+ All Categories
Home > Documents > Modul 2 HIV

Modul 2 HIV

Date post: 06-Jul-2018
Category:
Upload: ardianto-pradhana-putra
View: 217 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 50

Transcript
  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    1/50

     

    1

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    MODUL 2

    INFORMASI DASAR HIV DAN AIDS

    I.  DESKRIPSI SINGKAT

    IV-AIDS bukan hanya merupakan masalah penyakit menular semata tetapi

    sudah menjadi masalah nasional bahkan dunia yang berdampak negatif

    dihampir semua bidang kehidupan, oleh karena itu berbagai upaya untuk

    mengatasinya perlu dilakukan. MDGs menargetkan untuk HIV dan AIDS adalah

    menghentikan laju penyebaran serta membalikkan kecenderungannya pada tahun 2015,

    namun demikian sampai saat ini rendahnya kesadaran tentang isu-isu HIV dan AIDS

    serta terbatasnya layanan untuk menjalankan tes dan pengobatan masih menjadi

    kendala dalam mencapai target tersebut.

    Para pemegang program maupun penggerak dibidang HIV dan AIDS perlu memperoleh

    informasi tentang permasalahan HIV dan AIDS, agar dapat mengambil peran dalam

    melakukan pencegahan dan penanggulangannya. Modul ini akan membimbing Anda

    memahami berbagai hal tentang informasi dasar HIV dan AIDS.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, Anda akan diajak untuk : Memahami situasi

    epidemiologi HIV dan AIDS terkini di Indonesia, pengertian, pathogenesis, cara

    penularan, kelompok perilaku berisiko tinggi dan rentan, perjalanan dan stadium HIV

    dan AIDS, diagnosa HIV, pengobatan, perawatan komprehensif dan berkesinambungan

    ODHA, pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, kaitan HIV dan AIDS dengan

    NAPZA dan penyakit oportunistik lainnya.

    Pikiran terbuka (open mind ) adalah syarat utama agar Anda dapat menguasai informasi

    dasar tentang HIV dan AIDS. Disamping itu, pengalaman dalam menangani kasus HIV

    dan AIDS yang pernah Anda alami merupakan bahan kajian yang penting dalam

    pelatihan ini. Selamat mempelajari dan menerapkan hal yang sangat menantang ini!

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    2/50

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    3/50

     

    3

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    IV.  URAIAN MATERI

     A. 

    PENGERTIAN HIV DAN AIDS 

    Setelah membaca pokok bahasan sebelumnya, tentunya muncul pertanyaan, apakah

    yang dimaksud dengan HIV dan AIDS ? mengapa bisa dengan cepat menyebar?

    seberapa berbahayakah HIV dan AIDS bagi kehidupan manusia? dan bagaimana HIV

    dan AIDS bisa menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat/negara? Untuk lebih

     jelasnya coba Anda pelajari beberapa pengertian terkait HIV dan AIDS pada pokok

    bahasan ini.

    HIV atau Human Immunodeficiency Virus   adalah virus yang menyerang sel darah

    putih di dalam tubuh (limfosit ) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh

    manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV, disebut HIV positif atau

    pengidap HIV, dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun

    orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan

    seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

     Virus HIV ini adalah retrovirus yang

    berarti virus yang menggunakan sel tubuh

    nya sendiri untuk memproduksi kembali

    dirinya. Untuk lebih jelasnya, maka silakan

     Anda perhatikan gambar virus HIV.

    Pada gambar virus HIV tersebut, terlihat

    pada permukaan membran virus (berupa

    lapisan lemak/ lipid layer ), terdapat

    berbagai tonjolan molekul trans-membran  

    (terbentuk dari glikoprotein ) yang

    beberapa diantaranya dapat berikatan

    dengan reseptor CD4 di permukaan membran sel darah putih tertentu, dalam hal ini

    adalah sel Limfosit T, untuk kemudian diperbanyak mengikuti urutan hidup sel Limfosit

    yang terinfeksi.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    4/50

     

    4

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah

    putih manusia, terutama sel-sel limfosit T. Sel Limfosit T berfungsi untuk melawan

    berbagai macam infeksi tanpa menimbulkan gejala peradangan yang parah. Uniknya

    lagi, sel Limfosit T dapat mengingat kuman yang pernah dihancurkannya ke generasi

    selanjutnya. Sehingga identifikasi jumlah CD4 pada orang dengan sistem kekebalan

    yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh

    manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih (limfosit  T) yang seharusnya

    berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan

    sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar 1400  – 1500 sel/ml. Sedangkan pada

    orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV)nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa

    sampai nol). Untuk memahami bagaimana virus HIV berkembang biak dalam sel

    Limfosit T, maka dapat Anda pelajari gambar berikut ini :

    Ketika virus HIV menemukan Limfosit T, maka glikoprotein transmembran pada

    permukaan virus akan menempel pada reseptor CD4. Penempelan itu menimbulkan

    reaksi kimia yang mengaktifkan beberapa protein lainnya di permukaan membran sel

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    5/50

     

    5

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Limfosit tersebut sehingga menimbulkan peleburan membran sel Limfosit dengan

    membran virus. Dengan terjadinya peleburan membran, maka isi (inti) virus lalu

    menebar diseluruh isi sel, salah satunya adalah RNA virus beserta enzim

    transkriptasenya membantu proses peleburan inti sel Limfosit (DNA) dengan RNA virus

    HIV. Peleburan ini juga diikuti peleburan beberapa protein lain dari virus dengan

    enzim-enzim pembuatan protein sel sehingga seiring dengan produksi protein sel

    secara alamiah, maka protein dan inti virus HIV juga diperbanyak di dalam tubuh sel

    Limfosit tersebut dengan menghabiskan persediaan protein sel. Virus-virus HIV hasil

    metabolisme (palsu) sel Limfosit tersebut akhirnya keluar dari sel dan menyebar di

    aliran darah dengan menarik sebagian membran sel limfosit sebagai kulit (membran)virus. Akibatnya virus yang dihasilkan sangat banyak, namun sel Limfosit semakin

    rusak dan akhirnya mati. Masing-masing virus berpotensi menginfeksi sel Limfosit T

    lainnya.

    Setelah Anda Memahami tentang virus HIV, sekarang Anda akan mempelajari apa yang

    di maksud dengan AIDS.  AIDS atau  Acquired   Immune Deficiency Syndrome  

    adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh.

     AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada

    seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC,

    kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.

    Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan

     jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

    B. 

    GEJALA HIV DAN AIDS

    Untuk mengenali/ mencurigai secara mudah, apakah seseorang sudah terinfeksi virus

    HIV, maka Anda perlu mencermati beberapa gejala khas. Gejala yang dimaksud adalah

    adanya 2 gejala Mayor (umum terjadi) dan 1 gejala Minor (tidak umum terjadi). Secara

    rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

    1. 

    Gejala Mayor :

    Gejala mayor adalah gejala terinfeksinya seseorang oleh virus HIV namun tidak khas,

    dikarenakan penderita penyakit lain juga memiliki gejala serupa. Sehingga dibutuhkan

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    6/50

     

    6

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    paling sedikit 2 gejala ini untuk mulai mencurigai seseorang menderita virus HIV.

    Gejala-gejala ini yaitu:

    - Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

    - Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

    - Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

    - Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

    - Demensia / HIV ensefalopati

    2. 

    Gejala Minor :

    Sementara gejala minor jauh lebih spesifik kearah infeksi HIV, walaupun bisa juga

    diakibatkan penyakit lainnya. Satu gejala ini bila disertai 2 gejala mayor sudah cukupuntuk mencurigai seseorang sudah terinfeksi virus HIV. Gejala ini dapat berupa:

    - Batuk menetap lebih dari 1 bulan 

    - Dermatitis generalisata 

    -  Adanya herpes Zoster multisegmental dan herpes zoster berulang 

    - Kandidiasis orofaringeal 

    - Herpes simpleks kronis progresif  

    - Limfadenopati generalisata 

    - Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita 

    - Retinitis virus sitomegalo 

    Sebagai contoh, bila seorang dewasa (> 12 tahun) dianggap AIDS apabila

    menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan

    sekurang-kurang 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan

    oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV (2).

    Untuk lebih memperdalam pemahaman Anda, coba Anda diskusikan soal

    kasus yang ada pada lembar aktivitas 1 (lampiran).

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    7/50

     

    7

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    C. Perjalanan HIV - AIDS

    Masih ingatkah Anda dengan gejala HIV DAN AIDS yang sudah dipelajari pada point D?

    Ternyata gejala-gejala tersebut tidak dengan cepat muncul pada diri seseorang yang

    terinfeksi HIV. Gejala tersebut baru muncul beberapa hari sampai bertahun-tahun,

    sejak masuknya virus HIV ke dalam tubuh. Sehingga ada beberapa tahapan atau

    perkembangan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS. Dalam

    keadaan wajar (higiene/sanitasi baik), maka sejak masuknya virus HIV ke dalam

    tubuh, seseorang akan mengalami beberapa tahapan infeksi sebagai berikut :

    1.  Tahap I : Periode jendela (Window period/primary infection )- Periode ketika virus HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya

    antibody   terhadap HIV dalam darah

    - Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

    - Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

    - Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan

    2. 

    Tahap 2 : HIV positif (tanpa gejala/asimtomatik) rata-rata selama 5 – 10 tahun 

    - HIV berkembang biak dalam tubuh sampai pada menurunnya sistem

    kekebalan tubuh (sampai konsentrasi CD4 sebanding dengan konsentrasi virus

    HIV dalam darah)

    - Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

    - Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah

    terbentuk antibody  terhadap HIV

    - Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan

    tubuhnya (rata-rata 8 tahun) di negara berkembang lebih pendek

    3.  Tahap 3 : HIV positif ( muncul gejala/ simtomatik)

    - Sistem kekebalan tubuh semakin turun

    - Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya pembengkakan kelenjar

    limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll.

    - Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan

    tubuhnya

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    8/50

     

    8

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    4.  Tahap 4 : AIDS (Opportunistic infections )

    - Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

    - Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah (2)

    Untuk lebih jelasnya, dapat dicermati grafik riwayat alamiah/patofisiologi perjalanan

    penyakit HIV/AIDS (3) sebagai berikut.

    Pada grafik di atas, terlihat perjalanan perkembangan virus HIV ditandai dengan garis

    merah yang semakin meningkat, dan penurunan bertahap dari jumlah sel Limfosit T

    (secara laboratoris, diwakili dengan jumlah konsentrasi CD4 dalam darah) ditandai

    dengan garis hijau. Demikian pula fase-fase perkembangan penyakit terlihat jelas

    dengan perkiraan waktunya pada garis ordinat.

    Coba sekarang bayangkan, apabila seseorang terinfeksi virus HIV dalam darahnya,

    maka akan membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 6 minggu hingga dapat dideteksi

    melalui pemeriksaan laboratorium, dan lebih dari satu tahun sampai dia mempunyai

    keluhan dan memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Dalam rentang waktu itu, orang

    tersebut berpotensi menularkan virus HIV pada orang lain, apalagi bila dia memiliki

    perilaku berisiko (perilaku seks menyimpang, tenaga kesehatan yang berurusan

    dengan cairan tubuh/ darah orang lain, dsb.). Sehingga jelaslah mengapa HIV cepat

    menular di seluruh dunia.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    9/50

     

    9

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    D. 

    PENULARAN HIV DAN AIDS

    1.  Prinsip Penularan

    Walaupun HIV mudah menular pada orang lain, namun secara teori tetap mengikuti

    beberapa prinsip penularan penyakit.Prinsip penularan HIV dikenal dengan istilah

    ESSE yaitu :

    Exit (keluar)

    Sufficient (cukup)

    Survive (hidup)

    Enter (masuk)

    Maksudnya adalah HIV tersebut keluar dari tubuh manusia dalam  jumlah  yangcukup dan dalam keadaan hidup, kemudian masuk melalui jalur dan media

    tertentu ke dalam tubuh manusia.

    2.  Cara penularan

    HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, cairan sperma, cairan vagina, air

    susu ibu dan cairan lainnya yang mengandung darah.

    HIV ada dalam tiap cairan tubuh per ml² : (4)

    - Darah (plasma dan serum) : 10  –  50

    - Urin : < 1

    -  Air liur/saliva :

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    10/50

     

    10

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Dari gambar di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa virus HIV tersebut

    menular melalui jalur sebagai berikut :

    a. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang terinfeksi.

    Kondom adalah satu-satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.

    b. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah

    tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.

    c. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan

    seseorang yang telah terinfeksi.

    d. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa

    kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.

    HIV TIDAK  dapat ditularkan karena hal – hal berikut:

      Bersalaman

      Berpelukan

      Bersentuhan atau berciuman.

      Penggunaan toilet bersama

      Penggunaan kolam renang

    bersama

      Gigitan serangga seperti nyamuk

      Penggunaan alat makan atau minum

    secara bersama

      Bersentuhan pakaian dan barang-barang

    bekas pakai orang dengan HIV atau

    sudah AIDS

      Bersin dan batuk-batuk dari orang yang

    terkena HIV atau AIDS di depan kita 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    11/50

     

    11

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Nah, sekarang bagaimana jika Anda menggunakan sikat gigi

    atau pisau cukur (silet) milik pengidap HIV? Menularkah

    virus HIV pada Anda? Silakan diskusikan! 

    Jawaban :

    …………………………………………………………………………………………………………………

    ……………………………………………………………………..........................................……

    .………………………………………………..........................................……………………….

    Kesimpulan Diskusi :

    …………………………………………………………………………………………………………………

    ………………………………………………..........................................………………………… 

    ………………………………………………..........................................………………………… 

    Sekarang coba Anda diskusikan, bila seorang penderita HIV

    meninggal dunia, bolehkah kita mengurus jenazahnya

    (memandikan, mengkafani, menguburkan, dsb.)?

    Kalau iya, bagaimana melakukannya? Apa batasannya

    sehingga kita tidak tertular virus HIV saat melakukannya?

    Bagaimana cara melakukannya?

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………  

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    12/50

     

    12

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Batasan-batasan:

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………  

    Kesimpulan. Langkah pencegahan infeksi:

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………

    …………………………………………………………………………………………………………  

    Ingat !

    HIV tidak menular melalui air, udara, pakaian penderita, atau gigitan

    nyamuk. HIV hanya menular melalui cairan tubuh (darah, cairan

    otak, cairan vagina, sperma, dan ASI) yang terinfeksi, atau barang-

    barang pribadi yang tercemar cairan tersebut. 

    E. KELOMPOK PERILAKU BERISIKO TINGGI DAN RENTAN 

    Nah, sekarang Anda perlu mengenal kelompok orang yang berisiko terkena atau

    menularkan virus HIV. Golongan individu yang memiliki resiko tinggi untuk

    menularkan/tertular HIV dan AIDS disebut kelompok perilaku berisiko tinggi. Yang

    termasuk kelompok ini yaitu:

    Kelompok Resiko Tinggi

    1.  Pekerja seks perempuan dan laki-laki

    2.  Pelanggan pekerja seks

    3.  Penyalahguna narkoba suntik (penasun / IDU)

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    13/50

     

    13

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    4.  Waria pekerja seks dan pelanggannya

    5.  Lelaki suka lelaki (gay/homo)

    6.  Narapidana/warga binaan

    Sementara sebagian orang yang karena aktivitas atau profesinya termasuk dalam

    kelompok rentan, yaitu:

    Kelompok Rentan

    1. Orang dengan mobilitas tinggi (sipil maupun militer)

    2. Perempuan, remaja

    3.  Anak jalanan, pengungsi

    4. Ibu hamil5. Penerima transfusi darah

    6. Petugas pelayanan kesehatan

    F. 

    DIAGNOSA HIV

    Diagnosis sering terlambat karena :

    a.  Diagnosis klinis dini sulit karena periode asimptomatik yang lama.

    b.  Pasien enggan / takut periksa ke dokter

    c.  Sering pasien berobat pada stadium AIDS dengan infeksi oportunistik yang sulit

    didiagnosis karena : kurang dikenal, manifestasi klinis atipikal dan sarana diagnostic

    Selain mencurigai secara klinis, status HIV harus ditegakan melalui diagnosis

    laboratorium yang terdiri dari :

      Serologis / deteksi antibodi : rapid tes,

      ELISA, Western Blot ( untuk konfirmasi )

      Deteksi virus : RT- PCR, antigen p24

    Ingat !

    Perhatikan negatif palsu karena periode jendela

    Pada risiko tinggi , tes perlu diulang 3 bulan kemudian,

    dan seterusnya tiap 3 bulan.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    14/50

     

    14

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    G. 

    PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

    1.  Pencegahan HIV DAN AIDS

    Tidak ada pengobatan untuk HIV atau AIDS akan tetapi hidup berdampingan dengan

    kedua penyakit tersebut menjadi semakin dapat diatur.

     Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seseorang dalam mencegah tertularnya

    HIV/AIDS, seperti berikut:

    a.  Pencegahan Penularan melalui Kontak Seksual

    Sebagian besar penularan HIV di Indonesia terjadi melalui penularan seksual,

    sehingga pencegahan HIV/AIDS perlu difokuskan pada menghindari hubungan

    seksual yang beresiko. Untuk itu kepada setiap orang perlu memperoleh informasiyang akurat agar memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab,

    yaitu:

    1)  Tidak melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan

    2)  Hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang dan saling setia, yaitu

    hubungan suami-isteri.

    3)  Apabila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV atau tidak dapat saling setia,

    gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual.

    Rumus pencegahan HIV melalui seks, dikenal dengan istilah pencegahan pola ABCE :

     A  : abstinance   artinya puasaseks, dengan kata lain

    seseorang baiknya tidak

    melakukan hubungan seks diluar

    atau sebelum nikah.

    B  : Be faithful   artinya salingsetia pada satu pasangan,

    dengan kata lain melakukan

    hubungan seks dengan satupasangan (suami/istri) alias tidak

    berganti –ganti pasangan.

      C  : Condom  artinya melakukan hubungan seks dengan menggunakan condom,karena setidaknya dengan condom bisa mengurangi resiko tertular HIV. Ilustrasi

    cara penggunaan kondom dapat Anda lihat pada lampiran.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    15/50

     

    15

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Beberapa praktisi membaca pada kemasan kondom tertentu, tertulis

    bahwa kondom tidak menjamin terhalangnya penetrasi virus HIVmenembus lapisannya. Namun dengan penggunaan kondom yang

    benar dengan disertai penggunaan lumbrikan (pelumas khusus) sesuaiyang dianjurkan, maka pengelupasan sel-sel mukosa atau sel-sel kulit

    ari pasangan seksual, pada saat melakukan hubungan seksual akandiminimalisir. Dengan permukaan mukosa/ kulit yang intact   (utuh),maka kemungkinan penularan virus HIV akan menjadi sangat kecil

    atau dapat diabaikan. 

      E  : Education  artinya memberi edukasi kepada banyak orang tentang HIV dan

     AIDS sehingga tidak melakukan perilaku seks yang berisiko.

    b.  Pencegahan Penularan melalui Darah

    Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai

    tindakan yang berhubungan dengan darah, produk darah dan plasma:

    1) Transfusi Darah

    Pastikan darah untuk transfusi tidak tercemar HIV. Perlu dianjurkan pada

    seseorang yang HIV positif agar tidak menjadi donor darah. Begitu pula mereka

    yang berperilaku risiko tinggi.

    2) Penggunaan produk darah dan plasma. Sama halnya dengan darah yang

    digunakan untuk transfusi, maka produk darah dan plasma harus dipastikan tidak

    tercemar HIV.

    3) Penggunaan alat suntik dan alat-alat lain yang dapat melukai kulit, termasuk

    pada pengguna narkoba suntik (penasun). Penggunaan alat-alat seperti jarum,

     jarum suntik, alat cukur dan alat tusuk untuk tindik perlu diperhatikan

    sterilisasinya. Tindakan mensterilkan dengan pemanasan atau larutan

    desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting.

    c.  Pencegahan Penularan Dari Ibu kepada Anak

    Janin dari orang tua terinfeksi HIV berisiko tertular HIV sekitar 25%. Risiko akan

    semakin besar bila orang tua telah berada dalam tahap AIDS, oleh karena itu orang

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    16/50

     

    16

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    tua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang

    rencana kehamilan.

    Risiko bayi terinfeksi HIV melalui ASI kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu

    untuk memberikan ASI pada bayinya. Jika ibu berniat memberikan ASI, maka:

    1) Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan menggunakan cangkir atau sendok.

    2) Setelah 6 bulan, hentikan ASI dan berikan makanan tambahan.

    3) Bayi akan mendapat ( Anti Retroviral ) ARV profilaksis sesuai dengan petunjuk

    dokter.

     Alangkah bijaknya, apabila ibu yang terinfeksi HIV segera memeriksakan diri

    pada fasilitas kesehatan, mendapat pelayanan kesehatan yang memadai, dan

    mendapat pengobatan ARV sedini mungkin. 

    2.  Penanggulangan HIV DAN AIDS

    Kementerian Kesehatan RI melalui subdirektorat AIDS dan PMS telah menjadi leading

    sector secara teknis dalam menentukan dan menjalankan kebijakan terkait HIV dan

     AIDS. Berikut ini adalah sekilas kebijakan Kementerian Kesehatan RI mengenai HIVdan

     AIDS : Visi Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia (menurut Ditjen P2PL): 

    Terkendalinya penyebaran infeksi HIV DAN AIDS dan IMS dan meningkatnya kualitas

    hidup orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). 

    Misi Pengendalian HIV dan AIDS di Indonesia : 

    Pengendalian penyebaran infeksi HIV, IMS dan dampak HIV dan AIDS, dilakukan

    melalui : 

    a. 

    Upaya pencegahan 

    b. 

    Meningkatkan kualitas pelayanan jangkauan ODHA dan masyarakat. 

     Adapun tujuan Penanggulangan HIV dan AIDS adalah :

    a.  Menurunkan penyebaran dan Penularan HIV

    b.  Meningkatkan Kualitas hidup Pengidap HIV, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.

    c.  Menurunkan Prevalensi IMS

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    17/50

     

    17

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    d.  Mereduksi perilaku risiko tinggi (seksual, penyuntikan narkoba).

    e.  Peningkatan kemampuan Institusi penanggulangan.

    f.  Peningkatan Pengetahuan dan kesadaran masyarakat

    H. 

    KAITAN HIV DAN AIDS DENGAN NAPZA DAN PENYAKIT OPORTUNISTIK LAINNYA

    Ternyata dalam mencegah dan menanggulangi penularan HIV dan AIDS tidak

    sesederhana penyakit lainnya. Hal ini dikarenakan begitu banyak keterkaitan antara

    infeksi HIV dengan penyakit lainnya. Bisa merupakan pintu masuk terjadinya infeksi HIV,

    menjadi tanda awal kecurigaan terjadinya infeksi HIV, atau bahkan sebagai komplikasi

    infeksi HIV pada tahap lanjut. Oleh karena itu, sekarang kita bahas berbagai penyakit

    yang berhubungan dengan infeksi HIV ataupun kejadian AIDS di masyarakat.1.  HIV DAN AIDS dan NAPZA

    Kasus baru infeksi HIV terus meningkat diantara para pengguna narkoba (Narkotika

    dan obat berbahaya lainnya) khususnya pada pengguna narkoba dengan jarum

    suntik (Injection drug users ). Di seluruh dunia penggunaan narkoba suntik hanya

    berkontribusi 5 - 10% dari total infeksi HIV, namun dibeberapa belahan dunia

    seperti Asia, narkoba suntikan merupakan cara penularan virus HIV yang utama

    (Strathdee & Sherman, 2003). Diperkirakan di negara-negara Asia seperti Cina,

    Malaysia, dan Indonesia sedikitnya setengah dari kasus infeksi HIV berhubungan

    dengan narkoba suntik. Lebih dari 50% penderita HIV/AIDS ditemukan di Jakarta

    (Djoerban, 1999).

    Peggunaan jarum suntik yang bergantian sangat rentan bagi terjangkitnya

    HIV/AIDS pada pengguna narkoba (Carmen et al., 2004). Mereka ini sering sekali

    tidak menyadari bahayanya HIV/AIDS. Setelah dinyatakan HIV positif, semakin

    banyak dari IDU menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit

    tersebut. Seperti akibat dari gejala penyakit HIV/AIDS itu sendiri (demam, diare,

    lemas, batuk hingga TBC dan hepatitis, serta penyakit oportunis lain yang

    membutuhkan waktu yang lama bahkan sangat lama daripada orang tanpa

    HIV/AIDS).

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    18/50

     

    18

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Sebagai tambahan, coba Anda simak bagan berikut ini.

    Bagan tersebut menjelaskan tentang hubungan antara penyalahgunaan Napza

    dengan terjadinya penularan HIV DAN AIDS. Penyalahgunaan Napza muncul

    dikarenakan adanya karakter keluarga yang buruk, budaya/kebiasaan

    keluarga/masyarakat yang buruk (dalam hal ini kebiasaan penggunaan Napza di

    masyarakat, contoh rokok, ganja, coca, dsb.), perilaku berisiko (pekerjaan,

    kebiasaan sosialisasi yang salah, dsb.), merokok, dan lingkungan yang kurang

    kondusif, terutama ketidakpedulian terhadap penyimpangan-penyimpangan yang

    terjadi di masyarakat.

    Ketidakpedulian ini juga memunculkan permasalahan baru, yaitu penularan HIV

    DAN AIDS, apalagi jika didukung oleh terjadinya perilaku seks bebas, gaya hidup

    tertentu, dan buruknya praktek higiene di masyarakat. Tentunya hal tersebut

    diperparah karena pengguna Napza suntik secara langsung menjadi faktor utama

    penularan HIV DAN AIDS di masyarakat.

     Artinya terdapat hubungan yang erat antara penyalahgunaan Napza dengan infeksi

    HIV DAN AIDS, sehingga penanggulangan HIV DAN AIDS tidak dapat berjalan

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    19/50

     

    19

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    sendiri, tetapi perlu disertai dengan penanggulangan penyalahgunaan Napza secara

    simultan dan berkesinambungan.

    2.  Infeksi Menular Seksual (IMS)

    IMS atau Infeksi Menular Seksual adalah penyakit yang ditularkan dari seseorang

    kepada orang lain dimana jalur utamanya adalah melalui hubungan seksual.

    Seringkali IMS tidak menunjukkan gejala sama sekali dan tidak terasa, sehingga

    kita tidak tahu kalau kita sudah terkena. IMS tidak selalu menunjukkan tanda atau

    gejala, baik pada laki-laki atau perempuan. Beberapa IMS tandanya bisa muncul

    setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan tahunan setelah kita

    terkena. Risiko terkena IMS pada perempuan lebih besar daripada laki-laki sebabalat reproduksi perempuan lebih rentan dan tersembunyi. Namun, pada

    perempuan, IMS seringkali tidak menunjukkan gejala. Meski gejalanya tidak ada

    dan tidak terasa sakit, IMS ini bisa ditularkan kepada orang lain.

    Banyak penyakit yang tergolong IMS berjangkit di masyarakat, diantaranya Kencing

    nanah atau Pilek Bawah (Gonorrhoeae  /Go), Rajasinga (Syphillis ), Jengger Ayam

    (Condyloma acuminata ), Herpes Kelamin (Herpes simplex ), kutu kelamin (Pthirus

    pubis ), dan penyakit keputihan tertentu (Chlamydiasis dan Trichomoniasis ).

    Untuk memperjelas, maka berikut ini ditampilkan beberapa foto dan gambar dari

    infeksi menular seksual, silakan cermati.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    20/50

     

    20

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Jika seorang perempuan terkena IMS, perempuan tersebut akan cenderung kurang

    menunjukkan gejala, jika dibandingkan dengan laki-laki. Diperkirakan sekitar 80-85%perempuan dengan IMS tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala keputihan yang

    sering muncul pada perempuan merupakan hal biasa yang juga dipengaruhi oleh faktor

    lain (hormon dan lingkungan). Sehingga perempuan cenderung tidak akan mengobati

    infeksinya karena dianggap bukan merupakan gejala IMS. Hal ini disebabkan karena alat

    reproduksi perempuan yang cukup luas jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada pria

    alat reproduksi bermuara menjadi satu dengan alat berkemih. Sehingga ketika ada

    keluhan pada organ seksual, maka secara otomatis akan menimbulkan keluhan jika

    berkemih.

    IMS akan meningkatkan resiko seseorang terkena HIV dari hubungan seksual menjadi

    2-10 kali lipatnya. Jika seseorang terkena IMS, maka pada kulit/mukosa permukaan

    organ reproduksi/seksual nya akan terdapat infeksi. Dalam bahasa ilmiahnya disebut

    dengan inflamasi atau proses peradangan. Jika terjadi perandangan maka akan banyak

    sekali sel darah putih yang berkumpul di permukaan. Sel darah putih sendiri sangat

    disukai oleh virus HIV. HIV akan segera berlekatan dengan sel-sel darah putih, sehingga

    proses masuknya virus HIV dalam tubuh manusia dipercepat. Itulah mengapa salah satu

    cara untuk memutuskan penyebaran HIV adalah dengan memutuskan mata rantai

    penyebaran IMS.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    21/50

     

    21

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diderita seseorang, secara tidak langsung

    menunjukkan adanya perilaku seksual yang tidak sehat, baik oleh dirinya sendiri

    ataupun oleh pasangan seksualnya. Tentunya perilaku seks yang tidak sehat ini

    berisiko tinggi akan penularan HIV DAN AIDS.

    3. Penyakit paru-paru

    a. Pneumonia pneumocystis   (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki

    kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi

    HIV. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS.

    b. Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang

    terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat melalui rute

    pernapasan.

    4. Penyakit saluran pencernaan utama

    a. Esofagitis  adalah peradangan pada kerongkongan yaitu jalur makanan dari mulut ke

    lambung.

    b. Diare kronis   pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagaipenyebab; antara lain

    infeksi bakteri dan parasit yang umum.

    c. Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang

    digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari

    HIV itu sendiri.

    5. Penyakit syaraf dan kejiwaan utama

    a. Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan

    pada syaraf. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan

    muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak

    ditangani dapat mematikan.

    b. Kompleks demensia AIDS   adalah penyakit penurunan kemampuan mentalyang

    terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak yangdisebabkan oleh infeksi HIV.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    22/50

     

    22

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif,

    perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV.

    6.  Beberapa penyakit lain

    a. 

    Sarkoma Kaposi  adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi

    HIV.Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah

    salah satupertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini sering muncul di kulit dalam

    bentuk bintikkeungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut,

    saluran pencernaan,dan paru-paru.

    b. 

    Kanker getah bening  tingkat tinggi adalah kanker yang menyerang seldarah

    putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. Kanker ini seringkali merupakanperkiraan kondisi yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama

     AIDS.

    c. 

    Kanker leher rahim  pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS.

    Kanker  usus besar bawah (rectum), kanker anus, kanker payudara dan kanker usus

    besar (colon) adalah menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien

    yang terinfeksiHIV.

    Untuk lebih memperdalam pemahaman Anda mengenai HIV DAN AIDS,

    silakan mencoba menyelesaikan soal kasus yang ada pada lembar

    aktivitas 5 (lampiran).

    Nah, bagaimana? Jika sudah selesai menjawab, silakan diskusikan dengan teman-taman

     Anda dibimbing fasilitator di kelas, untuk kemudian simpulkan hasilnya.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    23/50

     

    23

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

      Saat ini kasus HIV dan AIDS di Indonesia termasuk dalam kategori epidemi

    terkonsentrasi, dengan pervalensi kasus >5% pada kelompok populasi berisiko tinggi.

      HIV atau Human Immunodeficiency Virus   adalah virus yang menyerang sel

    darah putih di dalam tubuh (limfosit ) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh

    manusia.  AIDS atau  Acquired   Immune Deficiency Syndrome   adalah

    sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS

    disebabkan oleh infeksi HIV.  Untuk mengenali/ mencurigai secara mudah, apakah seseorang sudah terinfeksi virus

    HIV, maka Anda perlu mencermati beberapa gejala khas. Gejala yang dimaksud

    adalah adanya 2 gejala Mayor dan 1 gejala Minor.

      HIV menular melalui kontak antar cairan tubuh seperti darah, cairan kelamin (sperma

    dan cairan vagina) dan ASI. Penularan HIV akan terjadi jika memenuhi prinsip ESSE

    (Exit, Sufficient, Survive dan Enter). 

      Kelompok perilaku berisiko tinggi terhadap HIV dan AIDS yaitu WPS/PPS, pelanggan

    WPS/PPS, penasun, GWL, dan narapidana, sementara yang masuk ke dalam

    kelompok rentan yaitu orang dengan mobilitas tinggi, perempuan, remaja, anak

     jalanan, pengungsi, ibu hamil, nakes dan penerima transfusi darah.

      Perjalanan HIV dan AIDS, terbagi dalam 4 tahap yaitu periode jendela, HIV positif

    asimtomatik, HIV positif simtomatik dan AIDS

      Pencegahan HIV dan AIDS meliputi Pencegahan penularan melalui kontak seksual,

    melalui darah dan pencegahan penularan dari Ibu ke Anak (PPIA)

      Terdapat keterkaitan antara HIV dan AIDS dengan NAPZA dan penyakit oportunistik

    lainnya, seperti IMS, penyakit Paru, penyakit saluran cerna dan penyakit syaraf.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    24/50

     

    24

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Daftar Pustaka

    1.  Modul ”Puskesmas Peduli NHA” BBPK Ciloto ,Agustus 2013.

    2.  Ringkasan Eksekutif ”Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan

     AIDS 2010-2014, KPAN 2010.

    3.  Ditjen PP & PL Kemenkes RI, Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia, dilapor sampai

    Maret 2013.

    4.  WHO, HIV transmission through breastfeeding : a review of available evidence,

    Geneva 2004.

    5.  Modul Informasi Dasar HIV DAN AIDS Diklat Jarak Jauh Konselor HIV , Pusdiklat Aparatur 2014.

    6.  Ringkasan Eksekutif ”Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan

     AIDS 2010-2014, KPAN 2010

    7.  http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-

    berkesinambungan/ 

    8.  http://www.ecigarettedirect.co.uk/ashtray-blog/2013/02/our-customer-rewards-

    scheme-explained-at-last.html

    9.   Agung Nugroho, PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV /

     AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas, Divisi Peny. Tropik & Infeksi, Bag. / SMF

    Ilmu penyakit Dalam, FK-UNSRAT / RSUP. Prof. Dr. R.D. kandou – Manado.

    http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/http://ceritaneto.wordpress.com/2009/01/02/perawatan-komprehensif-berkesinambungan/

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    25/50

     

    25

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Tema : Gejala HIV dan AIDS

    Metode : Diskusi

    Waktu : 10 menit

    Panduan:

    Persiapan yang harus dilakukan:

    Langkah 1 : Katakan bahwa kita akan melakukan kegiatan yang berkaitan

    identifikasi gejala HIV dan AIDS

    Langkah 2 : Beri penjelasan kepada peserta tentang penugasan. Minta peserta

    untuk bekerja secara berpasangan (2 orang) dengan teman yangduduk disebelahnya.

    Langkah 3 : Caranya : periksalah apakah ada indikasi gejala mayor / minor pada

    kasus yang ada. Ingat Gejala Mayor dan Minor yang telah dipelajari

    Kasus 1

    Sebagai petugas klinik, anda didatangi seorang laki-laki bernama bapak N usia

    45 tahun, dengan keluhan batuk-batuk tidak sembuh-sembuh lebih dari sebulan.

    Berat badan juga menurun drastis, celana dan baju terasa longgar. Dia merasa

    badannya semakin kurus dan lemah. Akhir-akhir ini dia mengaku sering lupa

    akan barang-barang yang dia simpan, bahkan pernah tersesat di kampung

    sendiri. Setelah wawancara mendalam ternyata dia mengaku sering

    berhubungan dengan pekerja seks komersial saat bertugas ke luar daerah.

    Menurut anda, patutkah bapak N dicurigai menderita HIV? Kalau iya, apa

    alasannya?

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    26/50

     

    26

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Kasus 2

     Anda adalah petugas konseling di puskesmas. Kebetulan anda sedang

    membantu teman kerja anda di poliklinik kesehatan. Anda didatangi seorang ibu

    bernama M, usia 40 tahun, dengan keluhan sering keputihan yang selalu

    berulang, tidak disertai perdarahan dan tidak disertai luka yang bermasalah.

    Namun dia mengaku selama sebulan ini menderita demam berulang dan

    berkeringat malam. Berat badan dirasakan menurun drastis tanpa sebab yang

     jelas.

    Menurut anda, patutkah ibu M dicurigai menderita HIV? Kalau iya, apa

    alasannya?

    Kasus 3

    Ketika anda bertugas di poliklinik, anda didatangi seorang wanita bernama H

    usia 47 tahun, dengan keluhan keputihan berbau dan berulang. Demamberkepanjangan (hareeng ) selama sebulan ini, namun tidak sampai mengigil

    atau demam tinggi. Selama sebulan ini dia mengaku sering murung, dan mudah

    marah tanpa sebab.Dari wawancara mendalam, dia mengaku bekerja sebagai

    PNS, dan sudah menjadi janda selama 10 tahun karena ditinggal suaminya.

    Pada pemeriksaan ditemukan beberapa luka seperti bekas terbakar di sekitar

    alat kelaminnya, dan dia mengaku lukanya itu sangat pedih dan panas. Berat

    badan tidak terasa menurun, dan tidak ada gejala lainnya.

    Menurut anda, patutkah H dicurigai menderita HIV? Kalau iya, apa alasannya?

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    27/50

     

    27

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Hasil Diskusi Peserta

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

     

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    Kesimpulan Hasil Diskusi

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    28/50

     

    28

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Tema : Kekebalan tubuh

    Metode : Permainan

    Waktu : 10 menit

    Permainan/Game Komik Kekebalan Tubuh

    Panduan:

    Persiapan yang harus dilakukan:

    1.  Komik sejumlah peserta

    Langkah 1 : Katakan bahwa kita akan melakukan kegiatan yang berkaitandengan penularan.

    Langkah 2 : Pasang komik di depan kelas atau bagikan komik tersebut ke

    setiap peserta

    Langkah 3 : Minta pesrta menyimak isi cerita kemudian beberapa dari

    peserta menceritakan isi komik

    Langkah 4 : Minta 5 orang peserta berperan sebagai sukarelawan untuk maju

    ke depan kelas, memainkn adegan-adegan pada komik

    : Pastikan sukarelawan mengetahui peran masing-masing yaitu:

    sebagai HIV, kuman influenza, kuman diare, tubuh kita dan sel

    darah putih.

    Langkah 5 : Fasilitator berperan sebagai dalang dan memberikan instruksi pada

    peserta untuk memainkan perannya masing-masing

    Langkah 6 : Ungkapkan makna dari permainan ini.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    29/50

     

    29

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Makna dari Permainan

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

     

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    30/50

     

    30

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    KOMIK KEKEBALAN TUBUH

    Sumber : www.hivandsrh.org/system/files/Slide-modul8-HIVAIDS.ppt  

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    31/50

     

    31

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Tema : Kekebalan tubuh

    Metode : Permainan

    Waktu : 10 menit

    Permainan Tukar Kartu

    Persiapan:

    1.  Kartu nama sebanyak 4 kali jumlah peserta

    2.   Alat tulis

    Langkah 1 : Katakan “Simulasi ini menggambarkan situasi penyebaran HIV/AIDS dimasyarakat, yang berasal dari salah satu dari anggota masyarakat yang

    ditularkan HIV melalui hubungan seksual. Dalam permainan ini peserta akan

    melakukan tukar-menukar kartu nama dengan beberapa rekan peserta

    lainnya.”  

    Langkah 2 : Mintalah peserta untuk berdiri membentuk lingkaran, anda sebagai fasilitator

    ada di tengah-tengah lingkaran.

    Langkah 3 : Bagikan sejumlah kartu. Setiap peserta menerima kartu dengan jumlah yang

    berbeda, seseorang menerima minimal 4 kartu.

    Langkah 4 : Minta peserta untuk menuliskan nama pada masing-masing kartu nama yang

    dimilikinya. Pastikan semua kartu telah tertulis nama sesuai dengan

    pemegangnya.

    Langkah 5 : Minta seluruh peserta untuk memejamkan mata sementara fasilitator

    berjalan-jalan di dalam lingkaran, sentuhlah pundak seseorang. Orang yang

    pundakna Anda sentuh ini tidak boleh memberitahukan pada peserta lainnya.

    Langkah 6 : minta seluruh peserta membuka mata dan tanyakan apakah mereka dapat

    menunjuk seseotang yang telah disentuh pundaknya. (jawaban peserta tidak

    mempengaruhi proses selanjutnya).

    Langkah 7 : Minta semua peserta berbaur dan keluar dari lingkaran untuk melakukan

    tukar kartu layaknya seseorang yang sedang melakukan aktivitas bisnis.

    Langkah 8 : jelaskan peserta diperbolehkan untuk menukar kartu nama dengan peserta

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    32/50

     

    32

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    lain. Katakan bahwa peserta mempunyai pilihan untuk menerima atau

    menolak kartu nama yang disodorkan oleh peserta lainnya.

    Langkah 9 : Batasi waktu permainan selama 5 menit.

    Langkah 10 : Minta seluruh peserta kembali ke lingkaran, fasilitator berada di tengah-

    tengah lingkaran.

    Langkah 11 : Ungkapkan kejadian dalam permainan kartu dengan membahas:

      Arti Kartu (perilaku)

     Sentuhan Pundak ( orang HIV positif)

     Bagaimana memulai tukar kartu?

     Tukar kartu (kontak perilaku) Siapa yang telah disentuh pundaknya?

     Siapa menerima kartu dari orang yang telah disentuh pundak?

     Dengan siapa saja bertukar kartu?

     Berapa kartu diterima?

     Siapa hanya menerima satu kartu?

      Ada yang pilih-pilih?

    Langkah 12 Kaitkan permainan ini dengan situasi penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.

    Langkah 13 Minta seluruh peserta kembali ke tempat duduk masing-masing.

    Langkah 14 Lakukan langkah pembelajaran selanjutnya.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    33/50

     

    33

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Makna dari Permainan

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

     

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

     

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    34/50

     

    34

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Tema : Prinsip Penularan

    Metode : Permainan

    Waktu : 10 menit

    Permainan/Game Risiko Penularan

    Ingat !

    •  Risiko bervariasi sesuai tindakan & perilaku.

    •  Kegiatan ini penting dibicara dalam konseling secara rinci.

    •  Informasi rinci dan eksplisit sangat penting agar klien mampu

    membedakan apa yang berisiko dan apa yang tidak berisiko.

    Panduan:

    Persiapan yang harus dilakukan:

    Langkah 1 : Katakan bahwa kita akan melakukan kegiatan yang berkaitan prinsip

    penularan HIV.

    Langkah 2 : Beripenjelasan kepada peserta tentang penugasan. Minta peserta

    untuk mengelompokkan pernyataan ke dalam kategori berisiko atau

    tidak berisiko

    Langkah 3 : Caranya : periksalah apakah empat prinsip penularan terpenuhi dalam

    pernyataan yang ada. Mulailah periksa apakah Exit, Survive,

    Sufficient, Enter  terpenuhi / ada. Bila keempat prinsip dipenuhi

    maka jawabannya berisiko, bila satu atau lebih prinsip tidak dipenuhi

    maka jawabannya tidak berisiko.

    Langkah 4 : Ingatkan peserta untuk menggunakan Empat Prinsip Penularan

    HIV  

    Langkah 5 : Tuliskan jawaban pada kolom jawaban. Pilih B  jika Anda anggap

    Brisiko, dan Pilih TB jika dirasa Tidak Berisiko.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    35/50

     

    35

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    PERNYATAAN JAWABAN

    1.  Membersihkan dengan menggunakan sarung tangan muntahan orang

    dengan HIVB / TB*) 

    2.  Menggunakan alat makan yang juga digunakan oleh orang terinfeksi

    HIVB / TB*) 

    3.  Bertukar kaos olah raga dengan orang yang terinfeksi HIV B / TB*) 

    4.  Berenang bersama dengan orang terinfeksi HIV di kolam renang B / TB*) 

    5.  Hubungan seks penetratif tanpa kondom kemudian segera ditarik

    sebelum ejakulasi/coitus interuptus : risiko bagi penerimaB / TB*) 

    6.  Berpelukan dengan orang yang terinfeksi HIV B / TB*) 

    7.  Makan makanan buatan orang yang terinfeksi HIV B / TB*)

     8.  Menghapus air mata orang yang terinfeksi HIV B / TB*) 

    9.  Sanggama dengan orang terinfeksi HIV menggunakan kondom B / TB*) 

    10. Oral Seks dengan orang terinfeksi HIV menggunakan kondom B / TB*) 

    11. Ciuman dalam yang bersemangat dengan orang terinfeksi HIV B / TB*) 

    12. Hubungan seks penetrasi menggunakan kondom namun kondom robek

    sebelum dilepasB / TB*) 

    13. Menerima transplatasi ginjal dari orang terinfeksi HIV B / TB*) 

    14. Gigitan nyamuk yang juga menggigit orang terinfeksi HIV B / TB*) 

    15. Mata terpercik darah HIV saat membantu proses kelahiran B / TB*) 

    16. Menggunakan sabun dan shampo yang digunakan orang terinfeksi HIV B / TB*) 17. Mutual masturbasi dengan orang yang terinfeksi HIV B / TB*) 

    18. Membuat Tattoo di tempat layanan bersertifikat B / TB*) 

    19. Pelaku donor darah B / TB*) 

    20. Menggunakan peralatan menyuntik bersama (misalnya kapas, air,

    mangkok pencampur dan jarum)B / TB*) 

    21. Seks anal penetratif – tanpa kondom, „ditarik‟ kemudian ejakulasi, risiko

    bagi penerimaB / TB*) 

    22. Luka tusuk jarum bekas suntik/infus orang dengan HIV B / TB*) 

    23. Penerima transfusi darah dari darah yang mengandung virus HIV B / TB*) 

    24. Ibu HIV menyusui bayi B / TB*) 

    25. Bergantian menggunakan alat bantu seks (sex toys ) B / TB*) 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    36/50

     

    36

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Tema : HIV dan Penyakit Penyerta Lainnya

    Metode : Diskusi

    Waktu : 10 menit

    Panduan:

    Persiapan yang harus dilakukan:

    Langkah 1 : Katakan bahwa kita akan melakukan kegiatan yang berkaitan HIV danPenyakit Penyerta Lainnya

    Langkah 2 : Beri penjelasan kepada peserta tentang penugasan. Minta peserta untuk

    bekerja secara berpasangan (2 orang) dengan teman yang dudukdisebelahnya.

    Langkah 3 : Caranya : Diskusikan langkah yang seharusnya dilakukan oleh petugaskesehatan pada kasus berikut

    Kasus 1Seorang wanita berumur 26 tahun, datang ke klinik ingin mengetahui kondisi fisiknya

    terkait dengan kehamilannya yang sudah berjalan minggu ke 16. Dari anamnesa pasienmengakui bahwa ia cemas dengan kehamilannya karena selama ini ia menggunakanbeberapa jenis Napza jenis obat penenang, yaitu Nipam yang diminum selama 2 sampai 3

    kali setiap minggu. Dua tahun setelah itu pasien diajak untuk menggunakan heroin. Awalnya dengan cara dihisap (ngedrag) dan selama setahun ini sudah menggunakandengan cara suntik. Pasien ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan juga status HIV

    nya karena ia juga masih ragu apakah suaminya sudah diperiksa HIV atau belum.Sebagai tenaga kesehatan di poliklinik, apa saja yang akan anda lakukan pada wanitatersebut?

    Kasus 2

    Seorang pria usia 42 tahun, datang ke klinik dengan keluhan sakit saat buang air kecil.Dari anamnesa diketahui bahwa pria tersebut baru pulang tugas dari luar daerah sekitarseminggu yang lalu, badan terasa demam, dan kadang sering tampak noda di celana

    dalamnya. Sejak itu pria tersebut sangat cemas, terutama karena sudah seminggu diatidak berhubungan dengan istrinya. Ketika ditanya mengenai hubungan seksual dengan

    PSK, pria tersebut mengaku tidak pernah melakukan hal tersebut.Pria tersebut tidak

    mengakui adanya gejala lain, baik itu penurunan berat badan, diare berkepanjangan,ataupun gangguan neurologik.

    Dari hasil pemeriksaan tampak kemerahan pada ujung kemaluan disertai keluarnya nanah,tampak pula pada celana dalamnya noda yang serupa dengan nanah yang mengering.Tidak didapatkan tanda-tanda lain yang mencurigakan.

    Sebagai tenaga kesehatan di poliklinik, apa saja yang akan anda lakukan pada pria

    tersebut?

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    37/50

     

    37

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Kasus 3

     Anda mendapati seorang ibu usia 18 tahun pasca sectio caesaria atas indikasi HIV. Padasaat anda periksa, ibu tersebut menghendaki anaknya nanti diteteki saja mengingatkondisi keuangan keluarganya yang tidak dapat membeli susu formula untuk bayinya.Sang bayi saat itu sudah berusia 3 minggu, dan masih mendapat obat ARV profilaksis dari

    rumah sakit.

    Sebagai tenaga kesehatan di poliklinik, apa saja yang akan anda lakukan pada ibu mudatersebut?

    Hasil Diskusi Peserta

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    Kesimpulan Hasil Diskusi

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

     

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    38/50

     

    38

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Berdasarkan laporan Kemenkes RI, situasi kasus HIV dan AIDS di indonesia sampai

    dengan Desember 2013, telah tersebar di 368 (72%) dari 497 kabupaten/kota

    diseluruh Provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV dan AIDS

    adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi

    Barat pada tahun 2011.

    Pada Triwulan IV 2013, jumlah kumulatif kasus HIV sebanyak 127.427 kasus dengan

     jumlah infeksi HIV tertinggi di provinsi yaitu DKI Jakarta (28.790), Jawa Timur

    (16.253), Papua (14.087), Jawa Barat (10.198) dan Bali (8.059). Angka tersebut adalah

    temuan kasus yang dilaporkan, dengan kata lain yang tidak sengaja terperiksa

    darahnya positif terinfeksi HIV ketika tindakan medis di rumah sakit tertentu, atau

    datang dengan sadar memeriksakan darahnya ke klinik-klinik VCT (Voluntary

    Counselling and Testing ) dan terdeteksi positif HIV. Tentunya yang belum

    memeriksakan diri, atau dengan kata lain terinfeksi namun tidak terdeteksi, jumlahnya

    bisa jauh lebih banyak di masyarakat.

    Untuk kasus AIDS, jumlah kumulatif kasus sebanyak 52.348 kasus dengan jumlah

    infeksi AIDS tertinggi yaitu Papua (10.116), Jawa Timur (8.725), DKI Jakarta (7477),

    Jawa Barat (4.131) Bali (3.985), Jawa Tengah (3.339), Sulawesi Selatan (1.703),

    Kalimantan Barat (1.699), Sumatera Utara (1.301) dan Banten (1.042).

     Apabila saudara ingin mengetahui situasi epidemiologi kasus HIV DAN AIDS ter-update,

    saudara dapat mengakses website Dirjen P2PL di http://pppl.depkes.go.id/ atau dapat

     juga mengakses website Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)

    di http://www.aidsindonesia.or.id/.

    Situasi Terkini Kasus HIV  –  AIDS di Indonesia

    http://pppl.depkes.go.id/http://pppl.depkes.go.id/http://pppl.depkes.go.id/http://pppl.depkes.go.id/

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    39/50

     

    39

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Pengobatan Antiretroviral atau Antiretroviral Therapy (ART) adalah pengobatan dengan

    menggunakan kombinasi obat Antiretroviral (ARV) yang diminum setiap hari. ART

    berfungsi untuk mencegah perkembangan biak HIV dan penghancuran sel CD4.

    Dengan pemberian ART maka jumlah virus atau Viral Load akan menurun. Dengan

    demikian CD4 berangsur meningkat, sehingga kejadian infeksi oportunistik atau IO

    menurun dan ini akan berdampak pada kualitas hidup yang meningkat. ODHA menjadi

    sehat kembali selama ia tetap minum obat ARV. Pengobatan dengan obat ARV (ART)

    lebih dini akan mencegah infeksi HIV berlanjut menjadi AIDS.

     ART tidak dapat menyembuhkan HIV namun membantu ODHA untuk hidup lebih sehat

    dan lebih lama. Dengan penurunan jumlah virus, ART juga menurunkan risiko

    penularan HIV

    Gambar diatas menunjukkan bahwa semakin banyak orang mendapat ART, maka

    angka kematian karena AIDS akan menurun.

    Pengobatan HIV dan AIDS

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    40/50

     

    40

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Dibandingkan dengan penyakit lain, pemberian ART akan menurunkan angka kematian.

    Ini menunjukkan bahwa obat ARV terbukti efektif dalam pengobatan infeksi HIV.

    Pada gambar di atas tampak perubahan kualitas hidup setelah ODHA mendapatkan

    pengobatan ARV. Perubahan seperti ini sudah dapat dilihat setelah 6 bulan

    pengobatan.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    41/50

     

    41

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Pengertian dan Komponen 

    Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan Perawatan Komprehensif, ya perawatan

    konprehensif adalah Perawatan komprehensif berkesinambungan melibatkan suatu

     jejaring kerja diantara semua sumber daya yang ada dalam rangka memberikan

    pelayanan dan perawatan secara holistik, komprehensif dan dukungan yang luas bagi

    ODHA dan keluarganya. Perawatan komprehensif tersebut meliputi perawatan di rumah

    sakit dan di rumah selama perjalanan penyakit. Sebelum diputuskan untuk memberikan

    perawatan komprehensif perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain sumber daya

    yang memadai yaitu dukungan dana, bahan dan alat, sumber daya manusia, baik dari

    pihak pemerintah maupun masyarakat serta jalinan kerjasama yang baik diantara

    mereka. Perawatan tersebut meliputi tatalaksana klinis, perawatan pasien secara

    langsung, pendidikan, pencegahan, konseling, perawatan paliatif dan dukungan sosial.

    Perawatan berkesinambungan adalah perawatan yang menghubungkan antara

    perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah secara timbal balik sepanjang

    perjalanan penyakit.

    Konsep mata rantai perawatan komprehensif yang berkelanjutan dibangun atas dasar

    pelayanan peawatan HIV dan AIDS dalam kerjasama tim dan harus meliputi beberapa

    komponen seperti berikut:

    a.  Konseling dan test HIV sukarela (Voluntary Counseling Testing  /VCT) adalah titik

    awal pelayanan dan perawatan yang berkelanjutan dan merupakan tempat mereka

    datang untuk bertanya, belajar, menerima status HIV seseorang dengan privasi

    yang terjaga, yang mampu menjangkau dan menerapkan perawatan dan upaya

    pencegahan yang efektif.

    PERAWATAN KOMPREHENSIF DAN

    BERKESINAMBUNGAN ODHA

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    42/50

     

    42

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    b.  Tata laksana kasus infeksi simtomatik dengan diagnosis dini yang memadai,

    pengbatan yang rasional, pemulangan yang terencana, kemampuan untuk

    melakukan rujukan ke penyelenggara layanan yang lain.

    c.   Asuhan keperawatan yang mampu memberikan kenyamanan pasien dan higienis,

    mampu mengendalikan infeksi dengan baik, memberikan perawatan paliatif dan

    menangani kasus terminal, melatih dan mendidik keluarga tentang perawatan

    dirumah dan pencegahan penularan serta melakukan promosi pemakaian kondom.

    d.  Perawatan di rumah dan di masyarakat termasuk diantaranya melatih keluarga

    dan relawan tentang tatacara perawatan, pengobatan gejala yang sering muncul,

    serta perawatan paliatif.e.  Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional, dukungan spiritual

    dan konseling.

    f.  Membentuk kelompok dukungan di masyarakat untuk memberikan dukungan

    emosional kepada ODHA dan para pendampingnya. Dalam kelompok ini dapat

    dijajaki kesempatan untuk meningkatkan dan menciptakan sumber pendapatan.

    g.  Mengurangi dan menyingkirkan stigma, membangun sikap positif dari masyarakat

    terhadap ODHA dan keluarganya, termasuk para petugas kesehatanbaik dijajaran

    pemerintah maupun swasta dan ditempat kerja.

    h.  Dukungan social atau rujukan kepada pelayanan social untuk mengatasi

    permasalahan di tempat tinggal, lingkungan pekerjaan, bantuan hokum, serta

    memantau dan mencegah terjadinya diskriminasi.

    i.  Pedidikan dan pelatihan tentang tatalaksana dan pencegahan HIV dan AIDS bagi

    para pendamping ODHA (petugas kesehatan, keluarga, tetangga,dan relawan).

     j.  Membangun kerja sama antar penyelenggara layanan (Klinik, Sosial, kelompok

    dukungan) agar layanan terjangkau melalui system rujukan yang saling

    mendukung.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    43/50

     

    43

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Tempat Perawatan

    a.  Perawatan dirumah

    Perawatan dirumah adalah perawatan yang diberikan kepada ODHA ditempat

    tinggalnya sendiri, dalam hal ini termasuk orang-orang yang merawat dirinya sendiri,

    keluarga, teman, tetangga, perawat, bidan, pekerja social, atau petugas kesehatan

    lainnya. Perawatan tersebut dapat berupa perawatn fisik, dukungan psikososial,

    spiritual, dan paliatif.

    b.  Masyarakat

    Dukungan masyarakat adalah perawatan atau dukungan yang diberikan dalam

    masyarakat. Perawatan tersebut dapat diberikan oleh perawat, bidan, relawan yang

    terlatih, petugas kesehatan masyarakat, dukun tradisional, LSM, tokoh masyarakat,

    guru, kelompok pemuda, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, dan lain-lain.

    Dengan melibatkan masyarakat dalam perawatn tersebut maka kualitas hidup ODHA

    akan ditingkatkan. Perawat dan petugas social dapat memiliki peran penting dalam

    menarik partisipasi masyarakat setempat dalam hal menerima dan memberikan

    dukungan kepada ODHA.

    c.  Pusat Kesehatan Masyarakat

    Perawatan bagi ODHA di sarana pelayanan kesehatan primer atau dasar di Pusat

    kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Puskesmas Pembantu (Pustu) dapat

    diberikan oleh pembantu perawat.

    d.  Rumah Sakit ditingkat Kabupaten Kota

    Pelayanan kesehatan lanjutan bagi para ODHA tersedia di Rumah Sakit kabupaten

    dimana tersedia tenaga dokter, perawat, konselor, pekerja sosial, dan sarana

    pendidikan dan pelatihan. Bantuan hukum juga dapat diberikan.

    e.  Rumah Sakit rujukan di Provinsi/ Nasional

    Pelayanan ditingkat rujukan tersebut berupa pelayanan medis spesialis sebagai

    tambahan yang berada di tingkat kabupaten / kota.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    44/50

     

    44

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Prinsip Dasar Perawatan Komprehensif Berkesinambungan

    a.  Perawatan dan pencegahan yang terpadu yang memberikan layanan perawatan

    secara lengkap dan menyeluruh.

    b.  Perawatan dan pencegahan yang tidak diskriminatif dan menghakimi.

    c.  Menjaga kerahasiaan dan menghormati hak asasi.

    d.   Asuhan keperawatan dan medis untuk meringankan gejala penyakit terkait HIV

    serta pencegahan terjadinya infeksi oportunistik

    e.  Konseling dan dukungan psikososial, aktif mendengarkan keluhan ODHA dan

    keluarganya, serta memberdayakan mereka agar mampu membuat rencana

    kedepan.

    f.  Menyediakan dukungan bagi perawatan di rumah.

    g.  Mobilisasi sumber daya di masyarakat untuk perawatan lengkap menyeluruh serta

    efisien.

    h.  Dukungan berupa pendidikan dan pelatihan serta supervisi bagi pemberi layanan

    dan staff.

    Memadukan Perawatan dan Pencegahan HIVMemadukan upaya perawatan dan pencegahan merupakan strategi yang penting.

    Komponen yang sangat vital pada perawatan ODHA adalah mendengarkan dan menarik

    pembelajaran dari ODHA dan keluarganya. Pelayanan konseling klinik IMS, Klinik KIA,

    dan pelayanan kesehatan lainnya memiliki peran penting. Memadukan upaya

    perawatan dan pencegahan akan memberi peluang untuk melakukan konseling dan tes

    HIV sukarela, pendidikan tentang perilaku yang beresiko dan distribusi kondom.

    Kegiatan tersebut harus disertai dengan konseling, tatalaksana klinis dan perawatan.

    Perlu juga untuk menggalang dukungan masyarakat agar orang mampu. 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    45/50

     

    45

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    CARA PENGGUNAANKONDOM PEREMPUAN

    CARA PENGGUNAAN KONDOM 

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    46/50

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    47/50

     

    47

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Pelaksanaan Kewaspadaan Umum

    Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di

    sarana pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang

    terlibat di dalamnya yaitu pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan

    termasuk staf penunjangnya dan juga pengguna yaitu pasien dan pengunjung sarana

    kesehatan tersebut.

    Komponen Utama Kewaspadaan Umum/ Kewaspadaan Baku

    Prinsip utama prosedur Kewaspadaan Universal dalam pelayanan kesehatan adalah

    menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga

    prinsip tersebut dijabarkan menjadi beberapa kegiatan pokok seperti:

    a.  Cuci Tangan

    Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat dilakukan oleh

    semua orang untuk mencegah penyebaran kuman. Tujuannya adalah untuk membuang

    kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba

    pada saat itu.Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan

    tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain dengan

    menggunakan sabun dan air yang mengalir.

    b.   APD (Alat Pelindung Diri)

     Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk melindungi diri dari sumber

    bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja dan

    berguna dalam usaha untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan cidera atau cacat,

    dan terdiri dari berbagai jenis APD di rumah sakit yaitu sarung tangan, masker, penutup

    kepala, gaun pelindung dan sepatu pelindung.

      Sarung Tangan

    Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan

    darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan

    benda yang terkontaminasi.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    48/50

     

    48

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

      Masker

    Masker berguna untuk melindungi alat pernapasan terhadap udara yang terkontaminasi

    di tempat kerja atau di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi dan mengurangi

    risiko tertular penyakit melalui udara .

      Keselamatan Menggunakan Jarum Suntik

    Keselamatan menggunakan jarum suntik sebaiknya menggunakan tiap-tiap jarum dan

    spuit hanya sekali pakai, tidak melepas jarum dari spuit setelah digunakan, tidak

    menyumbat, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang dan

    membuang jarum dan spuit di wadah anti bocor.

    c.  Sterilisasi AlatDekontaminasi adalah langkah pertama dalam mensterilkan instrumen bedah/tindakan,

    sarung tangan dan peralatan lainnya yang kotor (terkontaminasi), terutama jika akan

    dibersihkan dengan tangan misalnya, merendam barang-barang yang terkontaminasi

    dalam larutan klorin 0,5 % atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat

    membunuh HBV dan HIV. Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani

    sewaktu perlu dibersihkan, dan akhirnya dapat disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi.

    Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah instrumen ini akan

    bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang terkelupas atau jaringan

    di bawah kulit yang biasanya steril.

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    49/50

     

    49

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    BBPK Ciloto-Kemenkes RI

    Gambar 1Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

    Sumber : http://blogsoewandono.blogspot.com/2011/02/cara-mencuci-tangan-yang-baik-

    dan-benar.html

  • 8/16/2019 Modul 2 HIV

    50/50

     

    MODUL 2

     MODUL Pelatihan Puskesmas Peduli

    Gambar 2 Alat Pelindung Diri (APD)

    Sumber : http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/mencegah-infeksi-nosokomial.html


Recommended