+ All Categories
Home > Documents > MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA...

MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA...

Date post: 23-Nov-2020
Category:
Upload: others
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
46
1 Dr. Nur Eva, M.Psi., Psikolog Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd Pravisi Shanti, S.Psi., M.Psi, Psikolog 2020 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA DAN MALAYSIA
Transcript
Page 1: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

1

Dr. Nur Eva, M.Psi., Psikolog

Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd

Pravisi Shanti, S.Psi., M.Psi, Psikolog

2020

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MODEL KESEJAHTERAN

PSIKOLOGIS

MAHASISWA INDONESIA

DAN MALAYSIA

Page 2: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

MONOGRAF

MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS

MAHASISWA INDONESIA DAN MALAYSIA

Dr. Nur Eva, M.Psi., Psikolog

Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd

Pravissi Shanti, S.Psi., M.Psi, Psikolog

Fakultas Pendidikan Psikologi

Universitas Negeri Malang

2020

Page 3: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS

MAHASISWA INDONESIA DAN MALAYSIA

Penulis:

Dr. Nur Eva, M. Psi., Psikolog

Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd

Pravisi Shanti, S.Psi., M.Psi, Psikolog

Editor: Dr. Tutut Chusniyah, M.Si

Penyunting Naskah: Prof. Fattah Hanurawan, M.Ed., M.Si

Desain Sampul dan Tata Letak: Rakhmaditya Dewi Noorrizki, S.Psi., M.Si

Penerbit: Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi)

Universitas Negeri Malang (UM)

Redaksi & Distributor Tunggal:

Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi)

Universitas Negeri Malang (UM)

Jl. Semarang No 5 Malang 65145

Telp/Fax: (0341) 551-312; (0341) 579-700

Kontak Person: Nur Eva Hp 081252444471

Cetakan Pertama, April 2020

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis

dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin penulis dan penerbit

Page 4: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

SEKAPUR SIRIH

Segala puji bagi Allah SWT yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan Monograf yang berjudul MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS

MAHASISWA INDONESIA DAN MALAYSIA. Monograf ini merupakan hasil penelitian

kesejahteraan psikologis Mahasiswa Indonesia dan Malaysia yang didanai oleh Universitas

Negeri Malang melalui dana PNBP 2019.

Penelitian tentang kesejahteraan psikologis pada mahasiswa menjadi menarik dilakukan

karena kesejahteraan psikologis adalah variabel yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi

akademik, kesehatan mental, fungsi sosial, relasi interpersonal, kesehatan, dan kemampuan

beradaptasi.

Fenomena menurunnya kesejahteraan psikologis pada mahasiswa merupakan fenomena

yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dan Malaysia. Hal ini disebabkan

karena mahasiswa adalah periode yang tidak stabil. Mahasiswa menghadapi berbagai

permasalahan yang komplek dalam bidang akademik, pekerjaan, romantisme, dan lain-lain

sehingga kondisi kesejahteraan psikologis mahasiswa menjadi menarik untuk diteliti dan

selanjutnya berkontribusi dalam memecahkan masalah terkait dengan kesejahteraan psikologis

mahasiswa. Kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti, sosial, ekonomi, aktivitas

fisik, religiusitas, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti memilih tiga variable yaitu

dukungan sosial, kepribadian dan religiusitas, dengan pertimbangan ketiga variable tersebut

berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa. Budaya Indonesia dan Malaysia

mendukung tumbuhnya religiusitas. Mahasiswa membutuhkan dukungan sosial memasuki periode

dewasa awal. Kepribadian adalah faktor yang krusial dalam kehidupan mahasiswa,

Penulisan monograf ini, jauh dari sempurna, namun penulis berharap memberikan

manfaat yang seluas-luas bagi penelitian pada bidang psikologi pendidikan khususnya, terutama

terkait dengan tema kesejahteraan psikologis pada mahasiswa strata satu (undergraduate).

Malang, 10 April 2020

Ketua Penelitian

Page 5: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar …………………………………………………………………………......

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………

i

ii

Bab I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………..…………………………………………………......

1.2. Rumusan Masalah ..……………………………………………………………......

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….........

1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………

1

3

3

3

Bab II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kesejahteraan Psikologis

2.1.1. Definisi …………………………….…………………………………………….......

2.1.2. Dimensi ………………………………………………………………………….......

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi ……………………………………………………........

2.2. Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa ……………………………………………........

2.3. Hipotesis …………………………………………………………………….…………

4

5

8

9

11

Bab III METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian ……..……………………………………………………………..........

3.2. Variabel Penelitian………………………………………………………..……….........

3.3. Subyek Penelitian …………………………………………...…………………….........

3.4. Instrumen Penelitian………………………………………………………………........

3.5. Analisis Data ……………………………………………………………………...........

Bab IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Deskriptif……………………………………………………….…….……….

4.2. Analisis Struktural Equation Model (SEM) ……………………………..……………..

12

12

13

13

15

16

18

Bab V PEMBAHASAN …………………………….…………………………………........ 28

Bab VI SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ………………………………………………………………………….........

5.2. Saran …………………………………………………….………………………..........

33

33

REFERENSI

Page 6: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Aristoteles menyampaikan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan akhir

dalam hidup manusia. Manusia berusaha meraih kesejahteraan dengan berbagai

cara. Tidak heran jika Diener (1996) menyimpulkan bahwa menjadi sejahtera

merupakan hak setiap manusia. Siapapun berhak menjadi sejahtera. Sejahtera

bukan hanya berkaitan dengan dimensi fisik namun juga terkait dengan dimensi

psikologis sehingga terdapat konsep kesejahteraan psikologis (psychological well-

being)

Psychological well-being merupakan nilai positif dari kesehatan mental yang

ada di dalam diri seseorang sehingga menyebabkan seseorang mampu

mengidentifikasi apa yang hilang dalam hidupnya (Ryff, 1995). Nilai positif dari

kesehatan mental akan memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan

seseorang. Khusus pada remaja, Akhtar (2009) yang menyatakan bahwa

psychological well being dapat membantu remaja untuk menumbuhkan emosi

positif, merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan, mengurangi kecendrungan

mereka untuk berprilaku negatif.

Hurlock (1991) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis akan

berkontribusi terhadap prestasi. Artinya kesejahteraan psikologis akan menjadi

energi untuk meraih prestasi. Kesejahteraan psikologis menyebabkan munculnya

emosi positif dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan kehidupan.

Emosi positif ini akhirnya membuka ruang dari potensi yang dimiliki seseorang

sehingga ia dapat memberikan kinerja terbaiknya dalam belajar.

Dengan demikian, kesejahteraan psikologis dibutuhkan agar individu

dapat meningkatkan efektivitas dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk salah

satunya adalah sukses pada bidang akademik. Pada saat menempuh pendidikan

pada jenjang manapun, individu diharapkan mempunyai kesejahteraan psikologis

Page 7: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

2

yang baik agar individu dapat mencapai kesuksesan pada bidang akademik.

Sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock (1991) bahwa prestasi berkorelasi dengan

kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan psikologis dapat dicirikan sebagai

indikator fungsi mental yang baik. Kesejahteraan psikologis sebagai suatu

dorongan untuk menggali potensi diri individu secara keseluruhan agar dapat

mencapai kesuksesan termasuk pada bidang akademik.

Pada mahasiswa terdapat fenomena yang menggambarkan bahwa

kesejahteraan psikologis mahasiswa cerdas istimewa belum berkembang dengan

baik. Hal ini diketahui dari hasil wawancara terhadap tiga mahasiswa Universitas

Negeri Malang (UM), meliputi: Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) UM dan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UM. Mahasiswa

kurang mampu mengontrol lingkungan, tujuan hidup yang belum terarah, dan

kurang dalam mengembangkan diri.

Ketidakmampuan mengontrol lingkungan menyebabkan mahasiswa

dengan mudah terbawa oleh lingkungan. Hal ini menyebabkan mahasiswa menjadi

fluktuatif dan tidak mampu membuat keputusan tanpa dukungan teman-teman.

Tujuan hidup mahasiswa belum mempunyai arah yang jelas. Mahasiswa

ingin meraih kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan orang tuanya,

namun usaha yang dilakukan hanya sebatas menyelesaikan perkuliahan yang saat

ini dijalani. Padahal mendapatkan kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan

datang membutuhkan berbagai kompetensi, bukan hanya kemampuan akademik.

Pada dimensi pengembangan diri, mahasiswa mengembangkan potensi

yang dimilikinya. Sebagaian fokus pada pengembangan diri yang bersifat

nonakademik, seperti organisasi dan olah raga. Padahal mahasiswa mempunyai

potensi yang beragam, namun belum dikembangkan dengan optimal.

Fenomena ini menarik untuk diteliti. Mahasiswa sebagai sumber daya

manusia yang unggul pada potensi intelektual diharapkan memberikan kontribusi

yang besar dalam kehidupan masyarakat, dalam bidang akademik dan non

akademik. Tentu hal ini tidak mudah diraih oleh mahasiswa karena prestasi

Page 8: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

3

akademik bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual namun juga faktor

nonintelektual, termasuk kesejahteraan psikologis.

Kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti, status sosial

ekonomi (Pinquart & Sorenson, 2000), dukungan sosial (Robinson 1983; Lazarus

1993), jaringan sosial (Wang & Kanungo, 2004), religiusitas (Eva & Bisri, 2018;

Bastaman, 2000), dan kepribadian (Santrock,1999; Warr, 2011). Faktor-faktor

yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia

belum banyak diteliti, walaupun mempunyai budaya serumpun. Padahal menjadi

hal penting untuk mengetahui faktor-faktor kesejahteraan psikologis mahasiswa

Indonesia dan Malaya agar dapat dijadikan salah satu landasan utama dalam

membantu meningkatkan prestasi akademik mahasiswa Indonesia dan Malaysia

agar dapat berkontribusi secara luas di masyarakat.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan model kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia

dan Malaysia?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan model kesejahteraan

psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Mengembangkan teori kesejahteraan psikologis khususnya pada mahasiswa

Indonesia dan Malaysia. Selain itu, perguruan tinggi dapat menggunakan hasil

penelitian ini untuk membantu mahasiswa dalam mengoptimalkan prestasinya dan

untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan psikologisnya agar sukses dalam

kehidupan, khususnya bidang akademik.

Page 9: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

2.1.1. Definisi Kesejahteraan Psikologis

Riff (1989) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis adalah pencapaian

penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat

menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup,

mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang

mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal.

Ryff (1989) menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan suatu

konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas

dalam kehidupan sehari-hari serta mengarah pada pengungkapan perasaan pribadi

atas apa yang dirasakan oleh individu sebagai hasil dari pengalaman hidupnya.

Selanjtunya menurut Ryff (1989) gambaran tentang karakteristik orang yang

memiliki kesejahteraan psikologis merujuk pada pandangan Rogers tentang orang

yang berfungsi penuh (fully-functioning person), pandangan Maslow tentang

aktualisasi diri (self actualization, pandangan Jung tentang individuasi, konsep

Allport tentang kematangan, juga sesuai dengan konsep Erikson dalam

menggambarkan individu yang mencapai integrasi dibanding putus asa.

kesejahteraan psikologis dapat ditandai dengan diperolehnya kebahagiaan,

kepuasan hidup dan tidak adanya tanda-tanda depresi (Ryff, 1995). Bradburn

(1970) menyatakan bahwa happiness (kebahagiaan) merupakan hasil dari

kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh

setiap individu (Ryff dan Singer, 1998).

Adapun menurut Ramos (2007) kesejahteraan psikologis adalah kebaikan,

keharmonisan, menjalin hubungan baik dengan orang lain baik antar individu

maupun dalam kelompok. Raz (2004) menambahkan bahwa menjalankan kegiatan

sepenuh hati dan sukses dalam menjalin hubungan dengan dengan orang lain

Page 10: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

5

merupakan makna dari kesejahteraan psikologis, dengan kata lain sumber dari

kesejahteraan psikologis adalah menemukan makna dalam hidupnya.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

psikologis adalah kondisi individu yang ditandai dengan adanya perasaan bahagia,

memiliki kepuasan hidup dan tidak ada tanda-tanda depresi. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh adanya fungsi psikologis positif dari diri individu yaitu:

penerimaan diri, hubungan sosial yang positif, mempunyai tujuan hidup,

mengembangkan potensi dan mampu mengontrol lingkungan eksternal

2.1.2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Menurut Ryff dan Keyes (1995) pondasi kesejahteraan psikologis adalah

individu yang secara psikologis mampu berfungsi secara positif (Possitive

psychological functioning). Dimensi individu yang mempunyai fungsi psikologis

yang positif yaitu:

a. Penerimaan diri (Self-acceptance)

Dimensi ini merupakan ciri utama kesehatan mental dan merupakan

karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal dan kematangan.

penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan menerima diri apa adanya.

kemampuan tersebut memungkinkan seseorang untuk bersikap positif terhadap

diri sendiri dan kehidupan yang dijalaninya. Menurut Ryff (1989) hal tersebut

menandakan kesejahteraan psikologis yang tinggi. Individu yang memiliki tingkat

penerimaan diri yang baik ditandai dengan sikap positif terhadap diri sendiri,

mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik yang positif

maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap masa lalu. Demikian

pula sebaliknya, seseorang yang memiliki tingkat penerimaan diri yang kurang

baik dan memunculkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, merasa kecewa

dengan pengalaman masa lalu, dan memiliki pengharapan untuk menjadi pribadi

yang bukan dirinya, dengan kata lain tidak menjadi dirinya saat ini.

Page 11: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

6

b. Hubungan Positif dengan orang lain (Positive relation with others)

Pada dimensi ini seringnya disebut dimensi yang paling penting dari konsep

kesejahteraan psikologis. Ryff menekankan pentingnya menjalin hubungan hangat

dan saling percaya dengan orang lain. Dimensi ini juga menekankan adanya

kemampuan yang merupakan salah satu komponen kesehatan mental yaitu

kemampuan untuk mencintai orang lain. Dalam dimensi ini, individu yang

dikatakan tinggi atau baik ditandai dengan adanya hubungan yang hangat,

memuaskan dan saling percaya dengan orang lain, dan ia juga memiliki rasa afeksi

dan empati yang kuat terhadap orang lain. Sementara itu, individu yang dikatakan

rendah atau kurang bak dalam dimensi ini ditandai dengan memiliki sedikit

hubungan dengan orang lain, sulit bersikap hangat dan enggan memiliki ikatan

dengan orang lain.

c. Memiliki Kemandirian (Autonomy)

Pada dimensi ini menjelaskan tentang kemandirian, kemampuan untuk

menentukan diri sendiri, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. Individu

yang mampu menolak tekanan sosial untuk berfikir dan bertingkah laku dengan

cara-cara tertentu, serta dapat mengevaluasi diri sendiri dengan standar personal,

hal ini menandakan bahwa ia baik dalam dimensi ini. Sementara individu yang

kurang baik dalam dimensi ini akan memperhatikan harapan dan evaluasi dari

orang lain, mereka akan membuat keputusan berdasarkan penilaian orang lain dan

cenderung bersikap konformis. Dengan kata lain individu yang tidak terpengaruh

dengan persepsi orang lain dan tidak bergantung dengan orang lain adalah individu

yang memiliki autonomy yang baik, sedangkan individu yang mudah terpengaruh

serta bergantung pada orang lain adalah individu yang memiliki autonomy yang

rendah.

d. Mampu mengontrol lingkungan eksternal (Environmental Mastery)

Hal yang dimaksud dalam dimensi ini adalah seseorang yang mampu

memanipulasi keadaan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi

yang dianutnya dan mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif melalui

Page 12: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

7

aktifitas fisik mapupun mental. Individu dengan kesejahteraan psikologis yang

baik memiliki kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang

sesuai dengan kondisi fisik dirinya. Dengan kata lain, ia memiliki kemampuan

dalam menghadapi kejadian-kejadian diluar dirinya (lingkungan eksternal).

Sementara itu, Individu yang kurang baik dalam dimensi akan menunjukkan

ketidakmampuan untuk mengatur kehidupan sehari-hari, dan kurang memiliki

kontrol terhadap lingkungan luar disekitarnya.

e. Tujuan Hidup (Purpose in Life )

Pada dimensi ini menjelaskan kemampuan individu untuk mencapai tujuan

atau arti hidup. Individu yang memiliki makna dan keterarahan dalam hidup, maka

akan memiliki perasaan bahwa kehidupan baik saat ini maupun masa lalu

mempunyai makna, memiliki kepercayaan untuk mencapai tujuan hidup, dan

memiliki target terhadap apa yang ingin dicapai dalam hidup, maka dapat

dikatakan bahwa ia memiliki tujuan hidup yang baik. Sementara, seseorang yang

kurang baik dalam dimensi ini, ditandai dengan memiliki perasaan tidak ada tujuan

yang ingin dicapai dalam hidup tidak melihat adanya manfaat terhadap kehidupan

masa lalunya, dan tidak mempunyai kepercayaan untuk membuat hidup berarti.

Dimensi ini juga menggambarkan kesehatan mental (psikologis) seseorang,

karena kita tidak dapat melepaskan diri dari keyakinan yang dimiliki seorang

indvidu mengenai tujuan dan makna kehidupannya ketika mendefenisikan

kesehatan mental.

f. Pengembangan Potensi dalam diri (Personal Growth)

Dimensi ini menjelaskan tentang kemampuan individu untuk mengembangkan

potensi dalam diri dan berkembang sebagai seorang manusia. Personal growth ini

penting untuk dimiliki setiap individu dalam berfungsi secara psikologis. Salah

satu hal penting dalam dimensi ini adalah adanya kebutuhan untuk

mengaktualisasi diri, misalnya keterbukaan terhadap pengalaman. Seseorang yang

memiliki personal growth yang baik memiliki perasaan untuk terus berkembang,

melihat diri sebagai sesuatu yang bertumbuh, menyadari potensi dalam diri, dan

mampu melihat peningkatan dalam diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu.

Page 13: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

8

Sementara itu, Individu yang kurang baik dalam personal growth ini akan

menunjukkan ketidakmampuan untuk mengembangkan sikap dan tingkah laku

baru, memiliki perasaan bahwa ia adalah seorang pribadi yang monoton dan

stagnan, serta tidak tertarik dengan kehidupan yang dijalaninya.

2.1.3. Faktor Kesejahteraan Psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis meliputi:

a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan gambaran ungkapan prilaku suportif

(mendukung) yang diberikan seseorang individu kepada individu lain yang

memiliki keterikatan dan cukup bermakna dalam hidupnya. Dukungan sosial dari

orang-orang yang bermakna dalam kehidupan seseorang dapat memberikan

peramalan akan well-being seseorang (Robinson 1983; Lazarus 1993).

Dukungan sosial yang diberikan bertujuan untuk mendukung penerima dalam

mencapai tujuan dan kesejahteraan hidup. Adanya interaksi yang baik dan

memperoleh dukungan dari rekan kerja akan mengurangi munculnya konflik dan

perselihan ditempat kerja (Chaiprasit, 2011).

b. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi mempengaruhi kesejahteraaan psikologis seseorang.

Seperti besarnya income keluarga, tingkat pendidikan, keberhasilan pekerjaan,

kepemilikan materi dan status sosial di masyarakat. (Pinquart & Sorenson, 2000).

Kegagalan dalam pekerjaan dan terhambatnya income dapat mengakibatkan stres

kerja yang berdampak pada menurunnya kesejahteraan psikologis karyawan yang

berakhir dengan performa kerja buruk dan produktifitas rendah akan merugikan

organisasi ataupun perusahaan. (Skakon Nielsen, Borg, Guzman, 2010)

c. Jaringan sosial

Berkaitan dengan aktivitas sosial yang diikuti oleh individu seperti aktif dalam

pertemuan-pertemuan atau organisasi, kualitas dan kuantitas aktivitas yang

dilakukan, dan dengan siapa kontak sosial dilakukan (Pinquart & Sorenson, 2000).

Page 14: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

9

Jaringan sosial yang baik dan menjaga kualitas hubungan sosial dengan

lingkungan akan mengurangi munculnya konflik dan meningkatkan kesejahteraan

psikologis dalam hidup. (Wang & Kanungo, 2004).

d. Religiusitas

Hal ini berkaitan dengan transendensi segala persoalan hidup kepada Tuhan

Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai

kejadian hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna

(Bastaman, 2000).

e. Kepribadian

Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan sosial, seperti

penerimaan diri, mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,

coping skill yang efektif akan cenderung terhindar dari konflik dan stres

(Santrock,1999; Warr, 2011). Seseorang yang tidak dapat menentukan pilihan

secara bijak, tidak berani mengambil resiko, kurangnya dalam hal kemampuan

mengontrol diri dan tidak memiliki penerimaan diri yang baik merupakan indikasi

keberadaan konflik dalam dirinya yang akan mengurangi tingkat kesejahteraan

secara psikologis di kehidupannya. (Warr, 2011).

2.2. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS MAHASISWA

2.2.1. Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Indonesia

Penelitian kesejahteraan psikologis mahasiswa di Indonesia telah banyak

dilakukan. Fadli (2008), telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara

dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis mahasiswa. Hasilnya

menunjukan korelasi positf yang signifikan. Mahasiswa membutuhkan dukungan

sosial untuk mencapai kesejahteraan psikologis.

Penelitian lainya mengenai kesejahteraan psikologis mahasiswa cerdas

istimewa di Indonesia menunjukan bahwa ada pengaruh religiusitas yang lebih

besar dibandingkan dengan pengaruh dukungan sosial (Eva & Bisri, 2018).

Page 15: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

10

Religiusitas memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dukungan

sosial.

Sedangkan pada faktor kepribadian, Tamalati (2012) meneliti dengan

subjek mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi menemukan bahwa

neuroticism berkorelasi negatif dengan kesejahteraan psikologis. Mahasiswa yang

sedang mengerjakan skripsi dengan neuroticism yang rendah memiliki

kesejahteraan psikologis yang sedang. Penelitian ini menggambarkan bahwa

faktor kepribadian berpengaruh terhadap kondisi kesejahtraan psikologis

mahasiswa. Penemuan ini menguatkan penelitian sebelumnya (Walker, 2009)

yang menyebutkan bahwa mahasiswa senior lebih sejahtera secara psikologis.

Berbagai penelitian diatas menunjukan bahwa prediktor kesejahteraan

psikologis mahasiswa tidak hanya dipengaruhi satu prediktor tunggal. Dukungan

sosial, religiusitas, dan kepribadian merupakan prediktor yang mempengaruhi

kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia.

2.2.2. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS MAHASISWA MALAYSIA

Penelitian pada mahasiswa Malaysia dilakukan oleh Yasin & Zulkifli

(2010) menunjukkan adanya hubungan negatif antara masalah kesejahteraan

psikologis mahasiswa dan dukungan sosial. Semakin tinggi dukungan sosial yang

diterima maka semakin rendah problem psikologisnya, sehingga kesejahteraan

psikologisnya meningkat.

Selain itu penelitian sejenis yang dilakukan oleh Panahi,dkk., (2016)

menghasilkan temuan bahwa kesejahteraan psikologis mahasiswa pascasarjana

Malaysia secara signifikan dipengaruhi oleh perencanaan, bencana, dukungan

orang lain yang signifikan, penilaian ulang, menyalahkan orang lain, menyalahkan

diri sendiri, dukungan teman, menempatkan ke dalam perspektif penerimaan, dan

berjalan. Pada penelitian ini disebutkan bahwa dukungan sosial menjadi salah satu

prediktor kesejahteraan psikologis.

Page 16: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

11

2.3. HIPOTESIS

Terdapat perbedaan model kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia dan

Malaysia.

Page 17: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. TIPE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Aliaga dan Gunderson

(2000) mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah: Quantitative research is

‘Explaining phenomena by collecting numerical data that are analysed using

mathematically based methods (in particular statistics)’

Berdasarkan definisi tersebut dijelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang mengangkakan semua data dan data dianalisis dengan metode

matematika. Pada pendekatan kuantitatif arah dan fokus penelitian dilakukan

melalui uji teoritik, membangun atau menyusun fakta dan data, deskripsi statistik,

kejelasan hubungan dan prediksi (Bogdan dan Biklen, 1982). Penelitian ini

dilakukan dengan melakukan literature review terlebih dahulu, kemudian memilih

variabel yang ingin diteliti, menyusun desain penelitian yang akan digunakan untuk

memperoleh data, selanjutnya data dianalisis dengan metode statistik inferensial,

diharapkan hasil penelitian akan menjelaskan hubungan antara variabel penelitian

dan dapat memprediksi fenomena yang terkait dengan variabel penelitian. Hasil

penelitian kuantitatif juga memungkin dilakukan generalisasi terhadap populasi

yang sesuai dengan karakteristik subyek penelitian (Rhodes, 2013).

Penelitian kuantitatif ini selaras dengan tujuan penelitian yang ditetapkan

oleh peneliti yaitu menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa

meliputi kepribadian, religiusitas,dan dukungan sosial, menjadi landasan untuk

mengkonstruksi model yang akan dikembangkan.

3.2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel Y : Kesejahteraan Psikologis (Y)

Variabel X : Dukungan Sosial (X1), Religiusitas (X2), Kepribadaian (X3)

Page 18: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

13

3.3. SUBYEK PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18-25 tahun yang

masuk dalam kategori remaja akhir di Universitas Negeri Malang (UM) dan

University of Malaya berjumlah 1000 orang. Sample yang digunakan berjumlah

354 mahasiswa Indonesia dan 220 mahasiswa Malaysia yang diperoleh dengan

teknik purposive.

3.4. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian diadaptasi dari instrumen yang pernah

digunakan di berbagai belahan dunia. Ada lima instrument, yaitu skala

kesejahteraan psikologis, skala dukungan sosial dan skala religiusitas

3.4.1. Skala Kesejahteraan Psikologis

Skala Kesejahteraan Psikologis diadaptasi dari psychological well-being

scale dari Ryff dan Singer (2006) menggambarkan psychological well-being

melalui enam dimensi keberfungsian yang meliputi : penerimaan diri, pertumbuhan

pribadi, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, kemandirian dan hubungan positif

dengan orang lain.

Tabel 1

Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis

Dimensi Nomor Aitem Favorabel Nomor Aitem Unfavorabel

Autonomi 1,7,25,37 13,19,31

Menguasai Lingkungan 2,8,20,38 14,26,32

Pertumbuhan Personal 9,15,21,33 3,27,39

Hubungan Positif 4,22,28,40 10,16,34

Tujuan Hidup 11,29,35,41 5,17,23

Penerimaan Diri 6,12,24,42 18,30,36

Page 19: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

14

3.4.2. Skala Dukungan Sosial

Skala Dukungan Sosial diadaptasi dari Scale of Perceived Social Support (Zimet,

Dahlem, Zimeft & Farley, 1988). Skala ini mempunyai tiga dimensi, yaitu: keluarga

(family), teman (friend), dan orang lain yang berpengaruh signifikan (significant

other). Skala ini berbentuk likert. Total aitem berjumlah 12 buah.

Tabel 2

Blue Print Skala Dukungan Sosial

Dimensi Nomor aitem

Keluarga 3,4,8,11

Teman 6,7,9,12

Orang Penting 1,2,5,10

3.4.3. Skala Religiusitas

Skala Regiliusitas diadaptasi The Religious Commitment Inventory-10 (RCI-10)

yang ditulis oleh Worthington, Wade, Hight, Ripley, McCullough, Berry, Schmitt,

Berry, Bursley, & O’Conner (2003).

Tabel 3

Blue Print Skala Religiusitas

Dimensi Nomor Aitem

Intrapersonal 1,3,4,5,7,8

Interpersonal 2,6,9,10

3.4.4. Skala Kepribadian Big Five

Skala Kepribadian diadaptasi dari Scale of Big Five dari Goldberg (1992)

mengemukakan bahwa terdapat lima dimensi kepribadian, yaitu Emotional

Stability, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness dan

Conscientiousness

Page 20: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

15

Tabel 4

Blue Print Skala Kepribadian

Dimensi Nomor Aitem Favorabel Nomor Aitem Unfavorabel

Emotional Stability 9 4

Extraversion 1 6

Openness to Experience 5 10

Agreeableness 7 2

Conscientiousness 3 8

3.5. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah terdapat perbedaan model kesejahteraan psikologis Mahasiswa Indonesia

dan Malaysia dengan dipengaruhi oleh dukungan sosial, dan religiusitas. Hipotesis

penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Model (SEM).

Page 21: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. ANALISIS DESKRIPTIF

4.1.1. Kesejahteraan Psikologis

Tabel 7

Hasil Analisa Deskriptif Kesejahteraan Psikologis

Negara Tinggi Sedang Rendah

∑ % ∑ % ∑ %

Indonesia 54 15.25 254 71.75 46 13

Malaya 35 15.9 148 67.3 36 16.4

Mahasiswa Indonesia dan Malaysia memiliki kesejahteraan psikologis yang

sedang.

4.1.2. Dukungan Sosial

Tabel 8

Hasil Analisa Deskriptif Dukungan Sosial

Negara Tinggi Sedang Rendah

∑ % ∑ % ∑ %

Indonesia 59 16.67 245 69.21 50 14.12

Malaya 35 16.9 151 68.64 34 15.45

Mahasiswa Indonesia dan Malaysia memiliki dukungan sosial yang sedang

4.1.3. Religiusitas

Tabel 9

Hasil Analisa Deskriptif Religiusitas

Negara Tinggi Sedang Rendah

∑ % ∑ % ∑ %

Indonesia 56 15.82 235 66.38 63 17.8

Malaya 6 2.72 199 90.45 15 6.82

Mahasiswa Indonesia dan Malaysia mempunyai religiusitas yang sedang

Page 22: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

17

4.1.4. Kepribadaian Big Five

Table 10

Hasil Analisa Kepribadian Big Five

Negara Emotional

Stability

Extraversion Openness Agreeableness Conscientiousnes

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

Indonesia 30 30 39 41 73

Malaysia 34 24 18 14 47

Mahasiswa Indonesia dan Malaysia sebagian besar berkepribadian

conscientiousness.

Page 23: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

18

4.2. ANALISIS STRUKTURAL EQUATION MODEL (SEM)

4.2.1. ANALISIS CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS (CFA)

4.2.1.1. Mahasiswa Indonesia

ANALISIS CFA – INSTRUMENT INDONESIA

Religiusutas (RE) – Indonesia

Gambar 1. Analisa CFA Religiusitas Mahasiswa Indonesia

Hasil :

Indikator Valid = semua valid

Indikator Tidak Valid = -

Dukungan Sosial (DS) – Indonesia

Page 24: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

19

Gambar 2. Analisa CFA Dukungan Sosial Mahasiswa Indonesia

Hasil :

Item tidak valid = -

Item valie = semua valid

Page 25: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

20

Kesejahteraan Psikologis (KP) – Indonesia

PART 1 – AUTO, ML, PP

Gambar 3. Analisa CFA Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Indonesia (Part 1)

Item tidak valid = KP7, KP25, KP37, KP31, KP2, KP38, KP9, KP15, KP21,

KP33, KP3, KP39

Page 26: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

21

PART 2 – HP, TP, PD

Gambar 4. Analisa CFA Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Indonesia (Part 2)

Item tidak valid : KP28, KP10, KP34, KP41, KP5, KP42, KP18, KP30, KP36

Page 27: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

22

4.2.1.2. Mahasiswa Malaysia

ANALISIS CFA – INSTRUMENTS MALAYSIA

Religiusitas (RE) – Malaysia

Gambar 5. Analisa CFA Religiusitas Mahasiswa Malaysia

Hasil :

Indikator Valid = RE1, RE3, RE4, RE5, RE6, RE7, RE8, RE9

Indikator Tidak Valid = RE2, RE10

Page 28: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

23

Dukungan Sosial (DS) – Malaysia

Gambar 6. Analisa CFA Dukungan Sosial Mahasiswa Malaysia

Hasil :

Item tidak valid = DS3 dan DS9

Page 29: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

24

Kesejahteraan Psikologis (KP) – Malaysia

PART 1 – AUTO, ML, PP

Gambar 7. Analisa CFA Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Malaysia (Part 1)

Item tidak valid = KP1, KP7, KP13. KP2, KP8, KP14, KP32, KP9, KP15,

KP21, KP33, KP3, KP39

Page 30: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

25

PART 2 – HP, TP, PD

Gambar 8. Analisa CFA Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Malaysia (Part 2)

Item tidak valid : KP11, KP7, KP37. KP13, KP19, KP31, KP2, KP8, KP14,

KP26, KP32,KP9, KP15, KP3

Page 31: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

26

4.2.2. ANALISIS REGRESI

4.2.2.1. Analisis Model Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Indonesia

Gambar 9. Analisis Model Kesejahteraan Mahasiswa Indonesia

Berdasarkan analisis model kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia diketahui

bahwa dukungan sosial dan religiusitas merupakan prediktor kesejahteraan psikologis

mahasiswa Indonesia, namun kepribadian bukan sebagai prediktor kesejahteraan psikologis

mahasiswa Indonesia.

Page 32: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

27

4.2.2.1. Analisis Model Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Malaysia

Gambar 10. Analisis Model Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Malaysia

Berdasarkan analisis model kesejahteraan psikologis mahasiswa Malaysia diketahui

bahwa dukungan sosial, religiusitas, dan kepribadian bukan sebagai prediktor kesejahteraan

psikologis mahasiswa Malaysia.

Page 33: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

28

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini menemukan adanya perbedaan hasil antara Model

Kesejahteraan Mahasiswa Indonesia dan Malaysia. Dukungan sosial dan

religiusitas sebagai prediktor kesejahteraan psikologis bagi mahasiswa Indonesia,

tetapi tidak untuk mahasiswa Malaysia. Kepribadian bukan prediktor

kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. Jadi kesejahteraan

psikologis mahasiswa Malaysia tidak dapat diprediksi oleh dukungan sosial,

religiusitas, dan kepribadian. Terdapat faktor yang lain, yang mempengaruhi

kesejahteraan psikologis mahasiswa Malaysia, seperti, aktivitas yang

menyenangkan, atau kesejahteraan finansial.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dukungan sosial dan religiusitas berperan

penting dalam mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia.

Dukungan sosial mahasiswa Indonesia berkorelasi dengan kesejahteraan

psikologis. Dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat

individu percaya bahwa mereka dicintai, dirawat, dan merupakan bagian dari

kelompok sosial (Taylor, 2009). Dukungan sosial menyediakan sumber daya

untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis melalui bantuan yang diberikan

oleh orang lain. Dukungan sosial membantu seseorang untuk menghadapi situasi

yang tidak menyenangkan dan untuk penyesuaian yang lebih baik. Dukungan

sosial yang diterima oleh individu akan meningkatkan kesehatan fisik dan mental,

selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan psikologis (Cohen, 2004)

Dengan demikian, ketika mahasiswa Indonesia ingin meningkatkan

kesejahteraan psikologis maka dukungan sosial menjadi faktor yang utama untuk

dihadirkan. Dukungan sosial dari teman, keluarga, dosen, dan orang yang

berpengaruh dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia.

Dukungan sosial dibutuhkan mahasiswa Indonesia untuk menyelesaikan beragam

masalah yang dihadapinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Arnett (2015),

mahasiswa dalam masa peralihan, dari masa remaja menuju masa dewasa, yang

dikenal dengan masa emerging adulthoods, adalah masa ketidakstabilan. Hal ini

Page 34: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

29

disebabkan mahasiswa menghadapi berbagai problem kehidupan, seperti,

akademik, percintaan, keuangan, dan hubungan pertemanan. Mahasiswa akan

mengalami perubahan kondisi lebih sering dibandingkan masa sebelum dan

sesudahnya. Kondisi yang tidak stabil ini menyebabkan mahasiswa mengalami

stress. Mahasiswa dalam kondisi stress membutuhkan dukungan sosial untuk

meningkatkan kesejahteraan psikologis (Yasin & Zulkifli, 2010; Luo, 2019).

Pada penelitian ini, tampak bahwa dukungan sosial dibutuhkan oleh

mahasiswa Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis. Hal ini

berbeda dengan mahasiswa Malaysia yang tidak membutuhkan dukungan sosial

untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis. Perbedaan pengaruh dukungan

sosial antara mahasiswa Indonesia dan Malaysia disebabkan dukungan sosial yang

diterima individu dipengaruhi oleh budaya masyarakat (Glazer, 2006). Budaya

mempengaruhi bagaimana individu menerima, memberi, dan mempersepsi jenis

dan sumber dukungan. Masyarakat Indonesia mempunyai budaya kolektivisme

akan mempengaruhi dukungan sosial yang diterima oleh individu.

Hofstede (2011) menerangkan bahwa individu yang hidup dalam budaya

kolektivisme akan mengintegrasikan diri dalam kelompok selama hidupnya, sejak

lahir sampai akhir hayat. Kelompok akan melindungi satu sama lain sebagai satu

keluarga besar. Budaya kolektivisme ini menjadi identitas bangsa Indonesia dan

menyebabkan individu lebih mementingkan kebutuhan kelompok daripada

dirinya sendiri. Mahasiswa Indonesia yang merupakan bagian dari kelompok akan

mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sosialnya, seperti teman, keluarga,

dosen, dan orang yang berpengaruh di sekelilingnya.

Faktor yang kedua, setelah dukungan sosial, adalah faktor religiusitas.

Religiusitas mahasiswa Indonesia mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

Religiusitas mahasiswa Indonesia dipengaruhi oleh budaya Indonesia. Tingkat

religiusitas yang tinggi dalam lingkungan budaya tertentu, akan meningkatkan

korelasi antara religiusitas dan kesejahteraan psikologis. Dalam lingkungan

budaya yang sangat religius, kesejahteraan psikologis dapat diharapkan untuk

berkorelasi positif dan bahkan lebih dengan orientasi keagamaan intrinsik (Lavric

& Klere, 2008).

Page 35: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

30

Hasil yang sama ditemukan oleh Eva & Bisri (2018) bahwa religiusitas

menjadi prediktor kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia, khususnya

mahasiswa cerdas istimewa. Dapat disimpulkan bahwa, mahasiswa Indonesia

secara umum menjadikan faktor religiusitas sebagai pendukung terciptanya

kesejahteraan psikologis dalam dirinya. Semakin religiusitas mahasiswa

Indonesia maka akan semakin tinggi pula kesejahteraan psikologisnya.

Religiusitas menyebabkan mahasiswa menjaga tujuan hidupnya, termotivasi

menjalin hubungan sosial yang lebih baik, menerima kelebihan dan kekurangan

yang ada pada dirinya, berusaha menjadi lebih baik,

Jika dibandingkan antara pengaruh dukungan sosial dan religiusitas sebagai

prediktor kesejahteraan psikologis bagi mahasiswa Indonesia, diketahui bahwa

dukungan sosial memiliki pengaruh yang lebih besar pada kesejahteraan

psikologis dibandingkan dengan religiusitas karena pada masa transisi dari remaja

menuju masa dewasa, mahasiswa membutuhkan dukungan sosial yang lebih besar

dibandingkan faktor religiusitas.

Religiusitas tetap menjadi hal yang penting untuk meningkatkan

kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia. Religiusitas adalah prediktor

kedua setelah dukungan sosial. Ini berarti bahwa kesejahteraan psikologis pada

siswa Indonesia semakin kuat dengan kontribusi religiusitas dan dukungan sosial.

Di Malaysia, dukungan sosial dan religiusitas siswa bukanlah prediktor

kesejahteraan psikologis. Dengan demikian ada variabel lain, seperti kegiatan

rekreasi (Chetna & Sharma, 2019) dan kesejahteraan finansial (Ludban & Gitimu,

2016) sebagai prediktor kesejahteraan psikologis bagi siswa Malaysia.

Sebagaimana diketahui terdapat perbedaan kondisi ekonomi di Indonesia dan

Malaysia. Kondisi ekonomi Malaysia menjadi faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan mahasiswa Malaysia.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mereka yang sangat puas

dengan keuangan mereka menunjukkan penguasaan emosi yang lebih tinggi

dalam kesejahteraan psikologis mereka daripada mereka yang peduli dengan

keuangan mereka. Individu-individu yang lebih stabil secara ekonomi lebih

mampu mengelola lingkungan mereka dan mengendalikan beberapa kegiatan

Page 36: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

31

eksternal yang pada akhirnya menciptakan titik kesejahteraan psikologis yang

lebih tinggi (Ludban & Gitimu, 2016).

Kepribadian bukanlah prediktor dari kesejahteraan psikologis bagi

mahasiswa Indonesia dan Malaysia. Dengan demikian kepribadian tidak

berkontribusi terhadap kesejahteraan psikologis. Sebagian besar mahasiswa

Indonesia dan Malaysia berkepribadian conscientiousness.

Kepribadian conscientiousness menunjukan ketekunan dan motivasi dalam

mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai lawannya menilai apakah

individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi. Dimensi ini merujuk pada

jumlah tujuan yang menjadi pusat perhatian seseorang. Orang yang mempunyai

skor tinggi cenderung mendengarkan kata hati dan mengejar sedikit tujuan dalam

satu cara yang terarah dan cenderung bertanggungjawab, kuat bertahan, mandiri,

dan berorientasi pada prestasi. Sementara yang skornya rendah ia akan cenderung

menjadi lebih kacau pikirannya, mengejar banyak tujuan, dan lebih hedonistik

(Robbins, 2001).

Pada kajian yang sebelumnya dijelaskan bahwa kepribadian berpengaruh

terhadap kesejahteraan psikologis (Warr, 2011). Namun, generasi melineal yang

merupakan subyek penelitian ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Terdapat

faktor teknologi yang saat ini menjadi prediktor bagi kesejahteraan psikologis

generasi melineal. Generasi melineal lebih sering berkomunikasi dengan sosial

media dibandingkan dengan interaksi sosial yang nyata. Generasi melineal

memenuhi kebutuhan yang bersifat personal melalui penggunaan aplikasi pada

gawai yang bekerja berbasis internet. Berdasarkan fenomena ini, kontribusi

kepribadian terhadap kesejahteraan psikologis mengalami perubahan yang sangat

mendasar disebabkan penggunaan teknologi yang massif dalam kehidupan

mahasiswa di Indonesia dan Malaysia.

Page 37: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

32

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Terdapat perbedaan model kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia

dan Malaysia. Kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesa dipengaruhi oleh

dukungan sosial dan religiusitas, sedangkan kepribadian tidak berpengaruh

terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia. Kesejahteraan psikologis

mahasiswa Malaysia tidak dipengaruhi oleh dukungan sosial, religiusitas, dan

maupun kepribadian.

Perbedaan model kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia dan

Malaysia bukan hanya dipengaruhi faktor psikologis, namun juga dipengaruhi

oleh faktor ekonomi. Sebagaimana diketahui kondisi ekonomi Malaysia lebih baik

dibandingkan dengan Indonesia. Teori kesejahteraan psikologis telah menjelaskan

beragam faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis, baik terkait dengan

psikologis, sosial, ekonomi, religiusitas, dan sebagainya.

6.2. SARAN

6.2.1. Kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia dapat ditingkat dengan

memberikan dukungan sosial. Mahasiswa Indonesia dapat memperoleh dukungan

sosial dari teman, dosen, keluarga, dan orang-orang yang berpengaruh. Untuk

mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sosial hendaknya mahasiswa lebih

terbuka dalam mengkomunikasikan problem yang dihadapinya pada teman,

dosen, keluarga, dan orang-orang yang berpengaruh di lingkungan. Mahasiswa

Indonesia dapat juga menggunakan lembaga konseling yang terdapat di Perguruan

Tinggi dimana mahasiswa belajar. Selain itu, mahasiswa Indonesia hendaknya

juga mengembangkan hubungan interpersonal sehingga mempunyai lingkungan

sosial yang lebih luas dan memungkin mendapatkan dukungan sosial yang lebih

tinggi pula.

6.2.2. Kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia juga dipengaruhi oleh

religiusitas. Religiusitas merupakan faktor kedua, setelah faktor dukungan sosial,

Page 38: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

33

yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa Indonesia.

Meningkatkan religiusitas dapat dilakukan dengan mempelajari agama secara

berkesinambungan, mengikuti kegiatan keagamaan, dan mempraktikan

pemahaman agama area pribadi dan sosial.

6.2.2. Kesejahteraan psikologis mahasiswa Malaysia dipengaruhi oleh faktor

selain dukungan sosial, religiusitas, dan kepribadian, seperti, aktivitas fisik dan

kegiatan yang menyenangkan, serta kesejahteraan finansial. Aktivitas fisik seperti

olah raga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental sehingga menjadi salah

satu alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis mahasiswa Malaysia.

Kegiatan yang menyenangkan akan mengembangkan emosi positif, yang dapat

digunakan untuk menjalin hubungan sosial dan meningkatkan penerimaan diri,

sehingga kesejahteraan psikologis pada mahasiswa Malaysia dapat ditingkatkan.

Kesejahteraan finansial membantu mahasiswa Malaysia untuk memenuhi

berbagai kebutuhan dan mengendalikan berbagai problem yang dihadapi.

Kesejahteraan finansial dapat ditingkatkan dengan memberi kesempatan

mahasiswa Malaysia membuka wirausaha untuk meningkatkan income sehingga

kesejahteraan psikologisnya dapat ditingkatkan.

Page 39: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

34

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. (2001). The Psychology of Happiness. 2nd Edition. Sussex :Routledge.

Arnett, J. J. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from late teens

through the twenties. American Psychologist, vol. 55, pp. 469-480. Doi:

10.1037/0003-066X.55.5.469

Arnett, J.J. (2006). G. Stanley Hall’s adolescence: Brilliance and non-sense.

History of Psychology, 9, 186-197. Doi: 10.1037/1093-4510.9.3.186

Arnett, J. J. (2015). Does emerging adulthood theory apply across social classes?

National data on a persistent question. Emerging Adulthood, 4, 227–235.

Doi: 10.1177/2167696815613000

Arnett, J. J. (2015). Emerging adulthood: The winding road from the late teens

through the twenties (2nd ed.). New York, NY, US: Oxford University

Press. doi:10.1093/oxfordhb/9780199795574.013.9

Bastaman, H.D. (2000). Logoterapi dan Islam: Sejalankah?. Metodologi Psikologi

Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bohus, S., Woods Jr, R. H., & Chan, K. C. (2005). Psychological sense of

community among students on religious collegiate campuses in the

Christian evangelical tradition. Christian Higher Education, 4(1), 19-40.

Doi : 10.1080/153637590507423

Bowman, N.A. (2010). Development of psychological well-being among first -

years college students. Journal of College Student Development, 51(2),

180-200. Doi: 10.1353/csd.0.0118

Bradley, Don E. (1995). Religious involvement and social resources: evidence from

the data set ‘americans’ changing lives. Journal for the Scientific Study of

Religion 34:259 -267.

Burris, J., Brechting, E., Salsman, J., & Carlson, C. (2009). Factors associated with

the psychological well-being and distress of university students. Journal of

American College of Health, 57(5), 536-543. DOI:

10.3200/JACH.57.5.536-544

Page 40: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

35

Cohen, S. (2004). Social relationships and health. American Psychologist, 59(8),

676–684. https://doi.org/10.1037/0003-066X.59.8.676

Compton, W. C. (2001). Toward a tripartite factor structure of mental health:

Subjective well-being, personal growth, and religiosity. The Journal of

Psychology, 135(5), 486-500. Doi: 10.1080/00223980109603714

Eva, N. & Bisri, M. (2018). Dukungan sosial, religiusitas, dan kesejahteraan

psikologis mahasiswa cerdas istimewa. Prosiding Seminar Nasional

Psikologi Klinis 2018. Malang: 26 Agustus 2018. Hal.101 - 112

Eisenberg, D., Gollust, S. E., Golberstein, E., & Hefner, J. L. (2007). Prevalence

and correlates of depression, anxiety, and suicidality among university

students. American Journal of Orthopsychiatry, vol. 77, pp. 534–542. Doi:

10.1037/0002-9432.77.4.534

Ellison, C.G, George,L.K. (1994). Religious involvement, social ties, and social

support in southeastern community. Journal for The Scientific Study of

Religion. 33, 46–61. Doi: 10.2307/1386636

Fadli, F. L (2008). Hubungan antara dukungan sosial dan Psychological bell-being

Pada Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang

Frankel, B. G., & Hewitt, W. E. (1994). Religion and well-being among Canadian

university students: The role of faith groups on campus. Journal for the

Scientific Study of Religion, 62-73. Doi: 10.2307/1386637

Garcia, D. (2011). Adolescents' happiness: the role of the affective temperament

model on memory and apprehension of events, subjective well-being, and

psychological well-being. Department of Psychology; Psykologiska

institutionen.

Glazer, S. (2006). Social support across cultures. International Journal of

Intercultural Relations, vol. 30, 605–622.

doi:10.1016/j.ijintrel.2005.01.013

Goodwin, R & Giles, S. (2003). Social Support Provision And Cultural Values In

Indonesia And Britain. Journal of Cross-Cultural Psychology. vol. 32, no.

2, pp. 240–245. Doi: 10.1177/0022022102250227

Page 41: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

36

Haskell, W. L., Lee, I. M., Pate, R. R., Powell, K. E., Blair, S. N., Franklin, B. A.,

Macera, C. A., Heath, G. W., Thompson, P. D., & Bauman, A. (2007)

Physical activity and public health: updated recommendation for adults

from the American College of Sports Medicine and the American Heart

Association. Circulation, 116, 1081-1093.

Doi:10.1249/mss.0b013e3180616b27

Hill, D. L. (2009). Relationship between sense of belonging as connectedness

andsuicide in American Indians. Archives of Psychiatric Nursing,23(1),

65–74. Doi:10.1016/j.apnu.2008.03.003

Hofstede, G. (2011). Dimensionalizing cultures: The hofstede model in context.

Journal of Psychology And Culture, 2 (1), 1–26.

Ibrahim, A. K., Kelly, S. J., Adams, C. E., & Glazebrook, C. (2013). A systematic

review of studies of depression prevalence in university students. Journal

of psychiatric research, 47(3), 391-400. doi:

10.1016/j.jpsychires.2012.11.015

Jiménez, M. G., Martínez, P., Miró, E., & Sánchez, A. I. (2008) Bienestar

psicológico y hábitos saludables: ¿están asociados a la práctica de ejercicio

físico?, International Journal of Clinical and Health Psychology, 8, 185-

202

Johnson, D.W. & Jhonson, F.P. (1991). Joining Together: Group Theory and Group

Skills. Fourth Edition. London: Prentice Hall International.

Khairani, A.Z., Idris, I., Shamsuddin, H. (2019). Improving psychological well-

being among undergraduates: how creativity can contribute?. International

Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering, 8, 48 – 52.

http://ejournal.ukm.my/mjc/issue/view/1200

Khan, R. S., Marlow, C., & Head, A. (2008) Physiological and psychological

responses to a 12-week BodyBalance training programme. Journal of

Science and Medicine in Sport, 11, 299-307. Doi:

10.1016/j.jsams.2007.04.005

Knox, D., Langehough, S. O., Walters, C., & Rowley, M. (1998). Religiosity and

spirituality among college students. College Student Journal.

Page 42: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

37

Koenig, H., Parkerson, G. R., Jr, & Meador, K. G. (1997). Religion index

forpsychiatric research. The American Journal of Psychiatry,154(6), 885–

886. Doi : 10.1176/ajp.154.6.885b

Krishnaswamy, S., Subramaniam, K., Jemain, A. Z., Low, W. Y., Ramachandran,

P., Indran, T., & Patel, V. (2011). Common mental disorders in Malaysia:

Malaysian mental health survey 2003-2005. Asia-Pacific Psychiatry, 4,

201-209. doi:10.1111/j.1758-5872.2012.00180.x

Lavric, M. & Klere, S. (2008). The Role of Culture in the Relationship Between

Religiosity and Psychological Well-being. The RJ Relig Health, 47, 164–

175 doi: 10.1007/s10943-008-9168-z.

Lazarus, R. S. (1993). From psychological stress to the emotions: A history of

changing outlooks. Annual review of psychology, 44(1), 1-22. Doi:

10.1146/annurev.ps.44.020193.000245

Ludban, M. & Gitimu, P.N. (2015). Psychological well-being of college students.

Undergraduate Research Journal for the Human Sciences, 14

http://www.kon.org/urc/v14/ludban.html

Luo, Z., Wu, S., Fang, X., & Brunsting, N.C. (2019). International students’

perceived language competence, domestic student support, and

psychological well-being at a U.S. university. Journal of International

Students, 9 (4), 954-971. doi: 10.32674/jis.v0i0.605

Mackenzie, S., Wiegel, J.R., Mundt, M., Brown, D., Saewyc, E., Heiligenstein, E.,

Harahan, B., & Fleming, M. (2011). Depression and suicide ideation

among students accessing campus health care. Am. J. Orthopsychiatry,

81(1), 101–107. doi : 10.1111/j.1939-0025.2010.01077.x

Mankowski, E. S., & Thomas, E. (2000). The relationship between personal and

collective identity: A narrative analysis of a campus ministry

community. Journal of Community Psychology, 28(5), 517-528. Doi:

10.1002/1520-6629(200009)28:5<517::AID-JCOP5>3.0.CO;2-A

Maulida, S.R. (2016). Hubungan tingkat gejala depresi dan indeks prestasi (ip) pada

mahasiswa program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran

universitas tanjungpura angkatan 2014. Naskah Publikasi. Universitas

Page 43: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

38

Tanjungpura: Fakultas Kedokteran.

https://media.neliti.com/media/publications/194150-ID-hubungan

tingkat-gejala-depresi-dan-inde.pdf

Menagi, F. S., Harrell, Z. A., & June, L. N. (2008). Religiousness and college

student alcohol use: Examining the role of social support. Journal of

Religion and Health, 47(2), 217-226. Doi: 10.1007/s10943-008-9164-3

Ministry of Health Malaysia. (2009). National suicide registry Malaysia annual

report. Kuala Lumpur. Retrieved October 12, 2014, from

http://www.crc.gov.my/wpcontent/uploads/documents/report/NSRM_rep

ort_2009.pdf

Molina-García, J., Castillo, I., & Queralt, A. (2011). Leisure-time physical activity

and psychological well-being in university students. Psychological

reports, 109(2), 453-460. doi:10.2466/06.10.13.PR0.109.5.453-460

Najati, U. (2005). Al’Quran dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Aras Pustaka.

Nooney J, Woodrum E. (2002). Religious coping and church-based social support

as predictors of mental health outcomes: Testing a conceptual model.

Journal for the Scientific Study of Religion, vol. 41, pp 359–368. Doi:

10.1111/1468-5906.00122

Pinquart, M., & Sörensen, S. (2000). Influences of socioeconomic status, social

network, and competence on subjective well-being in later life: a meta-

analysis. Psychology and Aging, 15(2), 187. Doi: 10.1037//0882-

7974.15.2.187

Puskar, K. R., & Bernardo, L.M. (2007). Mental health and academic achievement:

Role of school nurses. Journal for Specialists in Pediatric nursing, 12(4),

215-223.

Putri, F.O. (2012). Correlation between gratitudeand psychological well-being

among college students. Thesis. Universitas Indonesia: Fakultas Psikologi

Robinson, B. C. (1983). Validation of a caregiver strain index. Journal of

gerontology, 38(3), 344-348. Doi: 10.1093/geronj/38.3.344

Page 44: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

39

Rüppel, F., Liersch, S., & Walter, U. (2015). The influence of psychological well-

being on academic success. Journal of Public Health, 23(1), 15-24. DOI:

10.1007/s10389-015-0654-y

Ryff, C.D. (1989) Beyond ponce de leon and life satisfaction :new directions in

quest of successful aging. International Journal of Behavioral

Development, vol. 12, pp 35-55. Doi: 10.1177/016502548901200102

Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning

of psychological well-being. Journal of Personality and Social

Psychology, 57 (6), 1069–1081. Doi: 10.1037/0022-3514.57.6.1069

Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being

revisited. Journal of personality and social psychology, 69(4), 719.

Doi:10.1037/0022-3514.69.4.719

Ryff, C.D., Keyes, C.L.M., & Schmotkin, D. (2002). Optimizing well-being: The

empirical encounter of two traditions. Journal of Personality and Social

Psychology, 82, 1007-1022.

Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2006). Best news yet on the six-factor model of well-

being. Social Science Research, 35(4), 1103-1119.

Sarokhani, D., Delpisheh, A., Veisani, Y., Sarokhani, M. T., Manesh, R. E., &

Sayehmiri, K. (2013). Prevalence of depression among university students:

a systematic review and meta-analysis study. Depression Research and

Treatment, 1-7, doi: 10.1155/2013/373857.

Schwartz, S. H. (1999). A theory of cultural values and some implications for

work. Applied psychology, 48(1), 23-47. DOI: 10.1111/j.1464-

0597.1999.tb00047.x

St Jan-Trudel.E., Guay, S., Marchnd, A. (2009). The relationship between social

support, psychological stress and the risk of developing anxiety disorders

in men and women: results of a national study. Can J Public Health.

100(2): 148-52.

Taylor, Y. (2009). Lesbian and gay parenting: Securing social and educational

capital. Springer: Germany

Page 45: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

40

Triaswari, P. and Utami, M.S. (2014). Kesejahteraan psikologis mahasiswa ditinjau

dari stres. Skripsi. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pe

nelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=77206&obyek_id=4

Vidiawati, D.,Iskandar,S., and Agustian, D. (2017). Masalah kesehatan jiwa pada

mahasiswa baru di sebuah universitas di Jakarta. Masalah Kesehatan Jiwa

pada Mahasiswa Baru, 5(1), 27-33. Doi : 10.23886/ejki.5.7399.27-33

Warr, P. (2011). Work, happiness, and unhappiness. Lawrence Erlbaum Associate.

Inc : London-New York

Wigtil, C. J. & Henriques, G. R. 2015). The relationship between intelligence and

psychological well-being in incoming college students. Psychology Well-

Being, 5(4). Doi: 10.1186/s13612-015-0029-8

Worthington Jr, E. L., Wade, N. G., Hight, T. L., Ripley, J. S., McCullough, M. E.,

Berry, J. W., & O'Connor, L. (2003). The Religious Commitment

Inventory--10: Development, refinement, and validation of a brief scale for

research and counseling. Journal of counseling psychology, 50(1), 84. Doi:

10.1037/0022-0167.50.1.84

Yang, Y. T. T. (2010). Stress, coping, and psychological well-being: Comparison

among American and Asian international graduate students from Taiwan,

China, and South Korea. Dissertation. Lawrence, KS: University of

Kansas. http://hdl.handle.net/1808/6747

Yasin, M. S., & Zulkifli, M. A. (2010). The relationship between social support

and psychological problems among students. International Journal of

Business and Social Science, 1, 110-116.

http://journal.unika.ac.id/index.php/psi/article/viewFile/937/666

Zaid, Z., Chan, S., & Ho, J. (2007). Emotional disorders among medical students

in a Malaysian private medical school. Singapore Medical Journal, 48(10),

895.

Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The

multidimensional scale of perceived social support. Journal of Personality

Assessment, 52(1), 30-41. Doi: 10.1207/s15327752jpa5201_2

Page 46: MODEL KESEJAHTERAN PSIKOLOGIS MAHASISWA INDONESIA …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Monograf-PWB-2020.pdf · psikologis mahasiswa Indonesia dan Malaysia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN

41

Zulkefly, S. N., & Baharudin, R. (2010). Using the 12-item General Health

Questionnaire (GHQ-12) to Assess the Psychological Health of Malaysian

College Students. Global Journal of Health Science, 2(1), P73.


Recommended