Post on 02-Mar-2019
transcript
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
1
Arbeit
Ein bekanntes deutsches Sprichwort lautet:
„Arbeit ist das halbe Leben.“ Fleiß,
Tüchtigkeit und Zuverlässigkeit schätzen
die meisten Deutschen als Tugenden. Umso
schwerer ist es für viele, mit
Arbeitslosigkeit umzugehen.
Rund vierzig Millionen Deutsche sind
erwerbstätig. Fast dreiviertel davon
arbeiten als Dienstleister. Im
produzierenden Gewerbe arbeiten 19,9 %
und in der Land- und Forstwirtschaft nur
2,2 %.
Die durchschnittliche Arbeitszeit beträgt 40
Stunden pro Woche. Mit im Durchschnitt
30 Urlaubstagen liegen die Deutschen
europaweit auf Platz 2.
Arbeit hat einen hohen Stellenwert für das
Selbstverständnis. Arbeitslosigkeit kann
daher zu persönlichen Krisen führen.
Globalisierung, Firmenfusionen,
Automatisierung und Wettbewerb durch
Länder mit niedrigerem Lohnniveau sind
Gründe für den Verlust von Arbeitsplätzen.
Derzeit sind über 3 Millionen Deutsche
arbeitslos. Ein staatliches Sicherungssystem
soll die Folgen von Erwerbslosigkeit
mindern. Arbeitslosengeld und
Arbeitsplatzvermittlung helfen den
Betroffenen, eine neue Existenz
aufzubauen. Dennoch bleiben gerade
ältere Arbeitslose häufig auf Dauer ohne
Beschäftigung.
Pekerjaan
Sebuah pepatah Jerman yang terkenal berbunyi:
”Pekerjaan adalah separuh kehidupan”.
Mayoritas orang Jerman menilai kerajinan,
ketekunan dan komitmen sebagai kearifan.
Maka semakin sulitlah bagi kebanyakan orang
untuk menghadapi situasi pengangguran.
Sekitar empat puluh juta warga Jerman berada
dalam usia produktif. Hampir tiga per empat dari
angka itu bekerja sebagai pemberi jasa.
Di sektor produksi bekerja 19,9% dari jumlah
tersebut dan di sektor pertanian dan kehutanan
hanya 2,2%.
Rata-rata jam kerja adalah 40 jam per minggu.
Dengan rata-rata 30 hari cuti orang Jerman
menduduki posisi ke-2 se-Eropa.
Pekerjaan mempunyai kedudukan yang tinggi bagi
kepercayaan diri. Karena itu pengangguran dapat
menimbulkan krisis karakter kepribadian bagi
seseorang. Globalisasi, penggabungan perusahaan,
otomatisasi, dan kompetisi dengan negara-negara
berstandar upah lebih rendah adalah beberapa
alasan hilangnya sejumlah lapangan kerja.
Saat ini, lebih dari tiga juta warga Jerman tidak
memiliki pekerjaan. Sistem jaminan kesejahteraan
sosial dari pemerintah diharapkan bisa mengurangi
berbagai dampak akibat pengangguran. Pemberian
uang santunan bagi penganggur dan penyaluran
lowongan kerja membantu orang-orang yang
bersangkutan dalam membangun kembali eksistensi
barunya. Namun, justru penganggur yang sudah
berumur lah yang sering tetap tanpa pekerjaan
untuk waktu yang lama.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
2
Brauchtum
Weihnachten, Karneval und Schützenfest:
Alljährlich wiederkehrende Festtage
unterbrechen den Alltag und stiften
Gemeinschaft. Zeremonien, Kleidung,
Schmuck und Musik sind traditionsreich,
aber regional verschieden.
Das bedeutendste Fest im Christentum ist
Ostern. Doch für die Christen ist
Weihnachten, das Fest der Geburt Jesu, die
schönste Feier. Auch Menschen mit anderer
Weltanschauung begehen den 24. Dezember
als „Fest der Familie“ – mit Geschenken,
Tannenbaum und Festessen.
Weit weniger besinnlich geht es beim
Karneval zu. An den sogenannten „tollen
Tagen“ dreht sich alles um Spaß und
Ausgelassenheit. Mit Kostümen, Masken und
Uniformen schlüpfen die „Narren“ in eine
andere Rolle.
Die traditionellen Feste der Schützenvereine
erinnern mit Marschmusik, Orden und
Uniformen an militärische Zeremonien. Im
Schießwettbewerb wird ein „König“
ermittelt, dessen Sieg im Bierzelt gefeiert
wird. Zunehmende Bedeutung haben
Bräuche, die durch die Medien importiert
werden. Halloween und Christopher Street
Day zählen dazu. Ein hoher „Spaßfaktor“
sorgt für rasche Popularität.
Adat-istiadat
Natal, karnaval dan ”Schützenfest”
(festival penembak jitu bagi anggota
perkumpulan penembak): berbagai hari
raya yang berulang setiap tahun memberi
waktu untuk beristirahat dari rutinitas
keseharian dan mendukung waktu
kebersamaan.
Upacara-upacara, kostum, perhiasan, dan musik
kaya akan tradisi, tetapi berbeda-beda di setiap
daerah.
Festival yang paling berarti dalam tradisi Kristen
adalah Paskah. Meskipun demikian, bagi umat
Kristen Natal atau peringatan kelahiran Yesus (Nabi
Isa) merupakan perayaan yang paling indah. Begitu
pula halnya dengan penganut agama lain yang
menganggap tanggal 24 Desember sebagai ”hari
raya keluarga” – dirayakan dengan hadiah kado,
pohon natal, dan hidangan pesta.
Suasana yang jauh dari khusuk terjadi jika diadakan
karnaval. Pada hari-hari yang disebut ”die tollen
Tage” (hari-hari dengan pesta yang meriah) hanya
dikenal kata ”bersenang-senang dan bersantai-
santai.” Dengan berbagai kostum, topeng, dan
seragam, orang-orang yang mengikuti karnaval
(”die Narren”) mengganti diri mereka dengan peran
lainnya.
Perayaan-perayaan tradisional perkumpulan-
perkupulan penembak mengingatkan kita pada
upacara-upacara kemiliteran dengan
diperdengarkannya musik mars, berbagai bintang
jasa dan seragamnya. Dalam kompetisi menembak
akan dipilih seorang ”raja,” yang kemenangannya
akan dirayakan di dalam tenda bir. Makna yang
semakin penting dimiliki oleh adat-istiadat yang
diimpor melalui media. ”Halloween” dan ”St.
Christopher Street Day” merupakan contohnya.
”Faktor senang-senang” membuatnya cepat meraih
popularitasnya.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
3
Currywurst
Durch die Zugabe von Tomatenmark und
Currypulver entstand aus einer
gewöhnlichen, deutschen Bratwurst ein
legendäres Schnellimbissgericht.
Im zerstörten Berlin der Nachkriegszeit
erfand eine einfallsreiche
Imbissbudenbesitzerin jenes bis heute
beliebte Wurstgericht.
Die Köchin Herta Heuwer ließ sich 1959 ihre
„Chillup-Currysauce“ patentieren. An sie
erinnert eine Gedenktafel in Berlin. Die
Hamburger Entsprechung Lena Brücker ist
dagegen eine literarische Fiktion.
Den zahlreichen deutschen Currywurst-
Essern ist die Herkunftsfrage jedoch
gleichgültig. Ursprünglich vor allem im
Arbeitermilieu beliebt, wurde die scharfe
Wurst inzwischen sogar durch
Edelrestaurants und Gourmet Versionen
geadelt. Nach wie vor ist die VW-Kantine in
Wolfsburg ein Zentrum des Currywurst-
Konsums. Pro Jahr werden hier mehrere
Millionen Stück serviert.
”Currywurst”
Dengan penambahan saus tomat dan taburan bubuk
kari maka terciptalah suatu hidangan ringan cepat
saji yang legendaris dari sebuah sosis panggang
Jerman yang awalnya biasa saja.
Di kota Berlin yang hancur setelah Perang Dunia II,
seorang pemilik warung makanan kecil yang kreatif
kala itu mengkreasikan hidangan sosis yang sampai
saat ini tetap menjadi makanan ringan favorit. Sang
koki perempuan Herta Heuwer mematenkan saus
”Chillup Curry”-nya tahun 1959. Untuk
mengenang dirinya didirikan sebuah monumen di
Berlin. Sosok Lena Bruecker dari Hamburg yang
mirip dengan sang koki ternyata hanyalah tokoh
fiksi sastra semata.
Bagi penggemar sosis kari Jerman yang jumlahnya
banyak sekali persoalam asal-usul tersebut
sebetulnya tidak jadi masalah. Sosis kari pedas yang
awalnya digemari terutama dalam lingkungan para
buruh ini kini bahkan telah dinaikkan derajatnya
dengan dihidangkan di restoran-restoran kelas
mewah dengan beragam versi gourmet-nya. Kantin
produsen mobil VW di Wolfsburg menjadi pusat
konsumsi sosis kari. Setiap tahunnya jutaan sosis
kari disajikan di tempat ini.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
4
Deutsch sprechen
Eine gemeinsame Sprache verbindet. Sie ist
Teil der Kultur und kulturellen Vielfalt.
Herkunft und Gruppenzugehörigkeit prägen
den individuellen Sprachstil.
Fragt man die Deutschen, worauf sie stolz
sind, werden vor allem „Dichter und Denker“
genannt. Goethe, Schiller, Luther, Kant und
Nietzsche bedienten sich meisterhaft der
deutschen Sprache. Deutsche Literatur,
Philosophie und Wissenschaft bilden die
kulturelle Basis der Gesellschaft.
Die gesprochenen Worte des Hessen Goethe
unterschieden sich jedoch von denjenigen
des aus Schwaben stammenden Schiller.
Sehr unterschiedliche Dialekte prägen auch
heute noch die deutsche Sprache.
Momentan sprechen ca. 120 Millionen
Menschen Deutsch. Die deutsche Grammatik
gilt als schwierig, dennoch lernen zurzeit
rund 17 Millionen Deutsch.
Einer ihrer humorvollsten Kritiker war der
amerikanische Schriftsteller Mark Twain.
Berbahasa Jerman
Bahasa yang digunakan bersama-sama mengikat
satu sama lain. Ini adalah bagian dari budaya dan
keberagaman budaya. Asal-usul dan keanggotannya
dalam kelompok mencirikan gaya bahasa
individual.
Bilamana warga Jerman ditanya, apa yang mereka
banggakan, maka mereka terutama akan menjawab
”bangga akan Penyair dan Pemikir” mereka.
Goethe, Schiller, Luther, Kant, dan Nietzsche
menggunakan secara sempurna bahasa Jerman
dalam karya-karya mereka. Karya sastra Jerman,
filosofi, dan ilmu pengetahuan membentuk akar
budaya masyarakatnya.
Kata-kata yang diucapkan oleh Goethe yang berasal
dari negara bagian Hessen berbeda dengan kata-
kata yang diucapkan oleh Schiller yang berasal dari
daerah Schwaben. Bahasa-bahasa daerah yang jauh
berbeda ini masih saja mencirikan bahasa Jerman
sampai saat ini.
Saat ini terdapat sekitar 120 juta orang pengguna
bahasa Jerman. Meskipun tata bahasa Jerman diakui
sulit, tetapi terdapat sekitar 17 juta orang yang saat
ini sedang mempelajarinya. Salah seorang kritikus
tata bahasa tersebut yang mempunyai selera humor
tinggi adalah penulis berkebangsaan Amerika Mark
Twain.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
5
Exportweltmeister
Die Bezeichnung „Made in Germany“ steht
weltweit für Präzision und Zuverlässigkeit.
Dies macht Deutschland zur größten
Exportnation. Bekannte Markenprodukte
vielfältiger Sparten werden rund um den
Globus gehandelt.
Doch nicht nur die großen Markennamen
wie Mercedes, Volkswagen oder BASF sind
für diesen Erfolg verantwortlich. Auch mehr
als 300 mittelständische Unternehmen sind
in ihrer jeweiligen Branche Weltmarktführer.
Ursache dafür ist weniger der günstige Preis,
als vielmehr die Qualität der Produkte.
Insgesamt exportierte Deutschland bis 2008
jährlich Waren im Wert von über 900
Millarden Euro.
Deutschlands Nachbarn sind seine
wichtigsten Handelspartner. Nur etwa 15 %
der deutschen Exporte verlassen die
Europäische Union. Wichtigste
außereuropäische Handelspartner sind die
USA, China und Russland.
Pengekspor Nomor Satu di Dunia
Sebutan ”Made in Germany” terkenal di seluruh
dunia atas ketelitian dan kemampuannya yang
dapat diandalkan. Inilah yang membuat Jerman
menjadi sebuah bangsa pengekspor terbesar di
dunia. Produk-produk bermerek terkenal dari
beragam sektor industri diperdagangkan di seluruh
pelosok dunia.
Tidak hanya nama-nama merek besar seperti
Mercedes, Volkswagen (VW), atau BASF yang
mempunyai andil dalam kesuksesan ini. Demikian
pula halnya dengan lebih dari 300 perusahaan-
perusahaan berskala menengah yang berperan
sebagai pemimpin di pasar dunia di bidangnya
masing-masing. Alasannya bukan karena harganya
yang murah, tetapi lebih pada kualitas produk-
produknya. Hingga tahun 2008 Jerman telah
mengekspor barang dengan total nilai lebih dari
900 milyar Euro setiap tahunnya.
Negara-negara tetangga Jerman merupakan mitra
dagang yang terpenting. Hanya sekitar 15% dari
barang ekspor Jerman yang meninggalkan wilayah
Uni Eropa. Mitra-mitra dagang terpenting di luar
Eropa adalah Amerika Serikat, Cina, dan Rusia.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
6
Fußball
Das Spiel mit dem runden Leder ist in
Deutschland Volkssport Nr. 1. Etwa sechs
Millionen Menschen sind in über 27.000
Fußballvereinen aktiv. Weit größer ist die
Zahl der Fans, die „ihre“ Mannschaft
allwöchentlich anfeuern.
Die Begeisterung für einen bestimmten
Verein bietet Identifikation und
Gemeinschaftsgefühl. Die positiven
Emotionen können aber auch
in heftige Aggression umschlagen. Die
Vereine unterhalten deshalb Fanprojekte für
Toleranz und gegen Rassismus und Gewalt.
Durch Bundesligavereine und
Nationalmannschaft genießt der deutsche
Fußball Weltruf. Namen von Fußballspielern
wie Beckenbauer, Ballack oder Klinsmann
sind überall ein Begriff.
Wachsender Beliebtheit erfreut sich der
Frauenfußball. Seit 1989 wurde die deutsche
Frauennationalmannschaft sechsmal
Europameister und zweimal hintereinander
Weltmeister. Damit übertrifft sie die Bilanz
der männlichen Nationalelf. Die nächste
Frauen-Fußball-WM wird 2011 in
Deutschland stattfinden.
Sepak Bola
Permainan dengan si kulit bundar merupakan
olahraga rakyat nomor 1 di Jerman. Sekitar 6 juta
warga aktif bermain di lebih dari 27.000 klub sepak
bola. Jauh lebih besar lagi adalah jumlah para
penggemar, yang setiap minggunya memberi
dukungan kepada tim kesayangan mereka.
Semangat mendukung sebuah klub tertentu lah
yang memberikan identifikasi diri dengan klub serta
rasa kebersamaan. Namun berbagai emosi positif
dapat juga berubah wujud menjadi agresi dahsyat.
Oleh karena itu, klub-klub mengadakan berbagai
proyek bagi para penggemar demi menjaga toleransi
serta menantang rasisme dan kekerasan.
Melalui klub liga Jerman dan tim nasional sepak
bola Jerman memperoleh reputasinya di dunia.
Nama-nama pemain sepak bola seperti
Beckenbauer, Ballack atau Klinsmann dikenal orang
di mana-mana.
Sepak bola wanita semakin hari semakin digemari.
Sejak tahun 1989 tim nasional wanita Jerman telah
enam kali merebut juara Eropa dan dua kali
berturut-turut menjadi juara dunia. Dengan
demikian tim nasional wanita jelas sudah
mengungguli tim nasional pria dalam rekor
perolehan juaranya. Tahun 2011 Piala Dunia Sepak
Bola Wanita diselenggarakan di Jerman.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
7
Gemütlichkeit
Die Behaglichkeit eines warmen Raumes,
eine fröhliche und konfliktfreie Atmosphäre,
eine kleine Flucht vor dem grauen Alltag:
Die Definitionen zu dem Begriff
„Gemütlichkeit“ sind ebenso vielfältig wie
unpräzise.
Gemütlichkeit ist ein schwer erklärbarer
Zustand von Räumen, Situationen oder
Dingen, die eine Empfindung des
Wohlgefühls auslösen. Die Bedeutungsfülle
des Worts ist so einzigartig, dass es nur schwer
übersetzt werden kann. Selbst das wortreiche
Englisch beschreibt eine angenehme Situation mit
„gemütlich“.
Gemütlichkeit in Deutschland hat zwei
Seiten: die öffentliche wie beim Oktoberfest
oder einem Vereinsfest und die private im
heimischem Wohnzimmer. Die hektische
Welt und der Stress bleiben draußen, wenn
man es „sich gemütlich macht“.
Zu viel Gemütlichkeit kann aber auch
Trägheit und fehlende Courage bedeuten:
Kontroversen und Konflikte werden
ausgeblendet.
Suasana Santai dan Nyaman
Kenyamanan sebuah ruangan yang hangat, suasana
ruangan yang ceria dan bebas konflik, pelarian dari
rutinitas keseharian yang membosankan: definisi
istilah Gemütlichkeit (suasana santai dan nyaman)
tidak hanya beragam, tetapi juga tidak begitu tepat
dalam interpretasinya.
Gemütlichkeit merupakan suatu kondisi yang sulit
dijelaskan mengenai ruangan, situasi ataupun
benda, yang bisa menimbulkan suatu perasaan
nyaman. Kandungan arti yang kaya dalam kata
tersebut begitu unik, sehingga sulit sekali untuk bisa
diterjemahkan. Bahkan bahasa Inggris yang begitu
kaya dengan kosa-kata pun menggambarkan situasi
yang nyaman dengan kata ”gemütlich”.
Di Jerman Gemütlichkeit memiliki dua sisi: sisi
umum seperti pada ”Oktoberfest” atau festival
komunitas (di perkumpulan atau klub) serta sisi
yang pribadi di dalam ruang keluarga di rumah.
Dunia hektik dan stress tetap berada di luar rumah,
jika orang ”berbuat santai.”
Terlalu ”santai dan nyaman” pun bisa berarti malas
dan kurang berani: kontoversi dan konflik bisa
disembunyikan.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
8
Humor
„Deutsche haben keinen Humor“, sagt man.
Aber schon im 19. Jahrhundert waren
Wilhelm Buschs satirische Bildergeschichten
beliebt. Sie gelten als Vorläufer der Comics.
Populäre Comedyshows imitieren nicht nur
angelsächsische Vorbilder, sondern stehen
in der langen Tradition deutschen Kabaretts.
Ein Charakteristikum des deutschen Humors
ist die wenig sympathische Schadenfreude.
Auch Vicco von Bülow, alias „Loriot“, bedient
sich bei seiner Komik des Unglücks der
Anderen. Der Lacher erkennt sich selbst
darin.
Der humorlose Deutsche, der am liebsten
Witze-Pointen noch erklärt, gehört zu den
Standardfiguren internationaler Comedys.
Der aktuelle Deutschland Korrespondent der
Times stellt im Vergleich zum englischen
Humor fest: „Der deutsche Humor ist anders,
weniger ironisch, langsamer, aber auch
wärmer, herzlicher und (so gar nicht in der
Tradition Buschs) weniger grausam.“
Humor
”Orang Jerman tidak memiliki selera Humor,” kata
orang. Namun sudah sejak abad ke-19 cerita-cerita
bergambar satir karya Wilhelm Busch digemari.
Cerita-cerita tersebut berlaku sebagai pelopor bagi
cerita komik serial. Pagelaran komedi yang populer
zaman kini tidak hanya meniru contoh-contoh dari
daerah wilayah Anglo Saxon, melainkan juga
merupakan sebagian dari tradisi lama kabaret
Jerman.
Satu karakteristik humor Jerman adalah perasaan
senang atas penderitaan orang lain yang sedikit
mendapat simpati. Begitu pula Victor von Buelow
alias ”Loriot” yang menggunakan kesengsaraan
orang lain dalam komiknya. Orang-orang yang
tertawa dalam situasi ini sebenarnya termasuk
dalam kategori tersebut.
Orang Jerman yang tidak humoris, yang paling
senang menjelaskan kesimpulan akhir sebuah
lelucon, masuk kategori figur standar dalam
berbagai komedi internasional. Wartawan Jerman
untuk majalah ”Times” membuat kesimpulan
berikut dalam perbandingan dengan selera humor
Inggris: ”Selera humor Jerman itu beda, tidak begitu
ironis, agak lambat, tetapi agak hangat, dengan
tulus hati dan tidak begitu kejam (sama sekali tidak
sesuai dengan tradisi Wilhelm Busch).
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
9
Idole
Sportler, Musiker oder Topmodel: „echtes“
Vorbild oder „nur“ Star der Popkultur? Wer
starke Medienpräsenz hat, steigt bei
deutschen Jugendlichen schnell um Idol auf.
Mit solcher Popularität kann man „Kultstatus“
erreichen. Und unter den Fans entsteht ein
gemeinschaftliches Identitätsgefühl.
Welche Eigenschaften als vorbildhaft gelten,
hängt von Bildung und Gruppenzugehörigkeit
ab. Poster, Kleidung, Parfum und Bettwäsche,
eine Vielzahl von Fanartikeln zeigt, wie hoch
der Identifikationsgrad mit Idolen sein kann.
Sie sind besonders in der Jugend
Anhaltspunkt, um sich von den Eltern
abzugrenzen und eigene Wege zu gehen.
Dennoch werden neben den Idolen der
Medienlandschaft auch Privatpersonen zu
Vorbildern. So sind Mutter und Vater für über
30 % der Jugendlichen das wichtigste Vorbild.
Die Lebensleistung historischer
Persönlichkeiten kann ebenfalls als vorbildlich
entdeckt werden.
Idola
Olahragawan, musisi atau model terkenal:
teladan ”tulen” atau ”hanya” bintang budaya pop
masa kini? Barangsiapa yang populer di media
massa, maka cepat pula baginya untuk moreket
menjadi idola bagi kaum muda Jerman. Dengan
popularitas seperti itu orang dapat mencapai status
kultus dan menimbulkan suatu perasaan keterikatan
bersama di antara para penggemar.
Sifat-sifat apa yang dapat berlaku sebagai contoh
teladan, itu tergantung pada latar belakang
pendidikan dan keanggotaan dalam kelompoknya
masing-masing. Poster, pakaian, minyak wangi, dan
kain sprei, sejumlah benda-benda untuk penggemar
memperlihatkan betapa tingginya tingkat
identifikasi dengan idolanya masing-masing. Hal ini
terutama menjadi pegangan di masa muda, agar
mereka dapat membatasi diri dari orangtuan dan
mencari jati dirinya sendiri.
Selain idola-idola dari dunia media, sosok individu
juga bisa menjadi teladan. Demikianlah ibu dan
ayah merupakan contoh teladan terpenting bagi
lebih dari 30% kaum muda.
Prestasi dari tokoh-tokoh bersejarah dapat juga
dianggap sebagai contoh teladan.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
10
Jugend
Deutsche Jugendliche leben in einer offenen
Gesellschaft mit vielen Freiheiten und
Angeboten. Es gibt vielfältige Jugendszenen,
die sich durch Musik, Kleidung und Lebensstil
unterscheiden. Zu den populärsten
Jugendveranstaltungen zählen so starke
Gegensätze wie Kirchentage und die Love-
Parade.
Jungsein ist aber auch von Ängsten geprägt.
69 Prozent der deutschen Jugendlichen
fürchten, keinen Beruf zu finden oder ihren
Arbeitsplatz zu verlieren.
Jugendliche benutzen oft eigene
Redewendungen, mit denen sie sich von den
Erwachsenen abgrenzen. Sie stammen aus
dem Hip-Hop, Internet Kürzeln oder aus der
„Kanak Sprak“, einem deutsch-türkischen
Slang, der durch Feridum Zaimoglus
gleichnamiges Buch Kultstatus bekam.
Jugendkulturen waren lange Zeit
"Jungenkulturen". Mädchen galten darin
höchstens als nettes Beiwerk. Gerade in
Szenen, in denen es sportlich anspruchsvoller
zugeht, übernehmen zunehmend Mädchen
eine aktive Rolle.
In Deutschland haben viele Jugendliche ihr
eigenes Zimmer mit Schreibtisch, PC und
Fernseher. Aber deutsche Eltern sind sehr
schweigsam. In einer Umfrage sagte mehr als
die Hälfte der jungen Befragten, dass ihre
Eltern kaum Zeit haben, sich mit ihnen zu
unterhalten.
Masa Muda
Kaum muda Jerman hidup dalam sebuah
masyarakat yang terbuka dengan banyak kebebasan
dan penawaran. Terdapat bermacam-macam
skenario kaum muda yang berbeda satu sama
lainnya yang bisa dibedakan melalui musik, cara
berpakaian dan gaya hidup mereka.
Termasuk ke dalam acara kaum muda yang populer
adalah acara-acara yang berlawanan seperti hari
pertemuan umat Kristen dan ”Love-Parade.”
Namun masa muda berarti juga dicirikan dengan
bermacam ketakutan. 69% dari kaum muda Jerman
khawatir tidak mendapatkan pekerjaan atau
kehilangan tempat kerja mereka.
Kaum muda sering menggunakan ungkapan-
ungkapan mereka sendiri untuk membatasi diri
mereka dari orang dewasa. Ungkapan-ungkapan
tersebut berasal dari aliran Hip-Hop, singkatan-
singkatan dari internet, atau dari ”Kanak-Sprak”
yang merupakan bahasa gaul campuran antara
Jerman dan Turki, yang mendapat status kultus
lewat buku karangan Feridum Zaimoglu yang
berjudul sama.
Sudah sejak lama budaya kaum muda menjadi
”budaya remaja putra.” Remaja putri paling tinggi
hanya berperan sebagai pelengkap yang manis.
Baru-baru ini saja dalam bidang yang menuntut
kemampuan olahraga yang lebih tinggi remaja putri
lah yang semakin berperan aktif.
Di Jerman banyak anak muda yang memiliki kamar
sendiri yang dilengkapi dengan meja belajar,
komputer, dan perangkat televisi.
Namun orangtua di Jerman termasuk tidak banyak
bicara. Dalam suatu jajak pendapat, separuh dari
responden yang berasal dari kaum muda
mengatakan bahwa orangtua mereka hampir tidak
mempunyai waktu untuk berbicara dengan mereka.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
11
Kindergarten
Spielerisch die Welt entdecken und das
Zusammenleben in der Gemeinschaft lernen:
Viele deutsche Kinder erleben im
Kindergarten erstmals ein Sozialleben
außerhalb der Kleinfamilie.
1821 gründet der deutsche Lehrer Friedrich
Fröbel den ersten Kindergarten weltweit. Die
Institution findet rasch Nachahmer. Selbst
das deutsche Wort „Kindergarten“ wird im
englischsprachigen Raum übernommen.
Kindergärten haben heute ganzheitliche
Erziehungs-, Bildungs- und
Betreuungsaufgaben. Ergänzend zur
Erziehung in der Familie sollen sie den
Kindern erweiterte Erfahrungs- und
Bildungsmöglichkeiten eröffnen.
In Deutschland hat jedes Kind ab drei Jahren
einen Rechtsanspruch auf einen
Kindergartenplatz. Dahinter steckt der
Wunsch, die – zumeist für die Mütter –
immer noch bestehende Unvereinbarkeit
von Familie und Beruf aufzulösen. Aber
Kindergärten schließen in der Regel mittags.
Doch nur eine Ganztagesbetreuung auch
jüngerer Kinder böte Eltern bessere
berufliche Chancen. Vor allem in den alten
Bundesländern der Republik ist man von
diesem Ziel noch weit entfernt.
Taman Kanak-Kanak
Mengeksplorasi dunia sambil bermain dan belajar
hidup bersama dalam kebersamaan:
Banyak anak-anak Jerman mengalami kehidupan
bermasyarakat di luar lingkup keluarganya untuk
pertama kalinya di taman kanak-kanak.
Seorang guru berkebangsaan Jerman yang bernama
Friedrich Froebel mendirikan taman kanak-kanak
pertama di dunia pada tahun 1821.
Institusi tersebut mendapat sejumlah pengikut
dengan cepatnya. Bahkan kata Jerman
”Kindergarten” diambil secara langsung ke dalam
khasanah bahasa Inggris.
Sekarang ini taman kanak-kanak mempunyai tugas
yang holistik di bidang pedagogi, pendidikan, dan
pengasuhan. Sebagai pelengkap pendidikan di
dalam keluarga seharusnya taman kanak-kanak
membuka kesempatan bagi anak-anak untuk
mendapatkan pengalaman dan kesempatan
pendidikan yang lebih komprehensif.
Menurut hukum yang berlaku di Jerman, setiap
anak berusia di atas 3 tahun mempunyai hak atas
satu tempat di taman kanak-kanak. Suatu harapan
tersimpan di dalamnya, yakni agar dilema antara
berkeluarga dan menjalankan profesi – terutama
bagi para ibu - yang masih saja eksis dapat
diselesaikan. Namun taman kanak-kanak pada
umumnya berakhir pada siang hari. Hanya
penitipan sehari penuh bagi anak-anak yang lebih
kecil yang akan memberikan kesempatan kerja yang
lebih baik bagi para orangtua. Terutama di wilayah
negara-negara bagian Jerman yang, orang masih
jauh dari tujuan ini.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
12
Loreley
„Ich weiß nicht, was soll es bedeuten ...“
Heinrich Heines Lied von der Loreley hat den
Mythos der männermordenden Blondine
weltweit bekannt gemacht. Auf der Suche
nach deutscher Romantik besuchen von
Deutschlands Touristen jährlich circa 500.000
den Loreley Felsen am Rhein.
Die Romantik entstand im 19. Jahrhundert
als Gegenbewegung zur beginnenden
Moderne mit ihrer Industriekultur und kalten
Rationalität. Das malerische Mittelrheintal
bildet eine ideale Kulisse für den romantisch
verklärten Blick zurück in eine verlorene
Welt voller Harmonie und Geheimnis.
Die Ballade erzählt von der lieblichen
Loreley. Ihre Schönheit und ihr betörender
Gesang sollen die Rheinschiffer von der
tatsächlich gefährlichen Stelle im Fluss so
abgelenkt haben, dass ihre Schiffe
reihenweise an dem Felsen zerschellten.
Loreley
„Ich weiß nicht, was soll es bedeuten ...“
Lagu dari Heinrich Heine tentang ”Loreley” lah yang
telah membuat mitos perempuan berambut pirang
yang gemar membunuh laki-laki ini menjadi
terkenal di seantero dunia. Dalam pencarian zaman
romantik Jerman sekitar 500.000 wisatawan setiap
tahunnya mengunjungi tebing ”Loreley” di tepi
Sungai Rhein.
Zaman Romantik berlangsung pada abad ke-19
sebagai gerakan perlawanan terhadap zaman
modern yang baru dimulai dengan budaya industri
dan rasionalitasnya yang ”dingin”.
Lembah yang terletak di tengah Sungai Rhein yang
indah ini menyajikan sebuah latar belakang yang
ideal bagi mereka yang mau menoleh ke belakang,
memandang dengan mata romantis yang berseri-
seri, suatu dunia yang sudah lenyap, yang penuh
dengan keharmonisan dan misteri.
Balada tersebut mengisahkan tentang ”Loreley”
yang penuh kasih. Kecantikan dan nyanyiannya
yang memikat hati dikabarkan telah berhasil
membuyarkan konsentrasi para pelaut yang
melewati Sungai Rhein di lokasi yang sebenarnya
berbahaya, sehingga kapal-kapal mereka berderet-
deret hancur lebur di tebing bebatuan tersebut.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
13
Mauer
Schießbefehl, Überwachung und
Ausreiseverbot waren mehr als 40 Jahre lang
Realität in der DDR. Die 1961 errichtete
Berliner Mauer ist bis heute ein Symbol
dieser Unterdrückung. Der Mauerfall 1989
steht für das Ende der Diktatur in
Ostdeutschland und das Ende des Kalten
Krieges weltweit.
Die Teilung Deutschlands nach dem Zweiten
Weltkrieg in alliierte Besatzungszonen führt
1949 zur Gründung von Bundesrepublik und
DDR. In der sowjetisch gelenkten DDR
entsteht eine kommunistische Diktatur.
Unfreiheit und ökonomische Not veranlassen
bis 1961 über 2,5 Millionen Menschen zur
Flucht von Ost nach West.
Während die übrige Grenze schon
abgeriegelt ist, bleibt Berlin das letzte
Schlupfloch in den Westen. 1961 wird auch
diese Fluchtmöglichkeit durch den Bau der
Berliner Mauer versperrt. Die DDR-Grenzpolizisten
werden dazu verpflichtet,
auf Flüchtende zu schießen.
Vor dem Hintergrund politischer Reformen in der
Sowjetunion erzwingt die
Protestbewegung in der DDR 1989 die
Öffnung der Mauer. Dies führt wenige
Monate später zur Auflösung der DDR und
der Vereinigung mit der Bundesrepublik.
Tembok
Perintah tembak di tempat, pengawasan dan
larangan ke luar negeri merupakan kenyataan yang
terjadi di DDR (Jerman Timur) selama lebih dari 40
tahun. Tembok Berlin yang didirikan tahun 1961
adalah suatu simbol dari penindasan semacam itu.
Runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989 menandakan
berakhirnya rezim kediktatoran di Jerman Timur
dan berakhirnya perang dingin di seluruh dunia.
Pembagian negara Jerman ke beberapa zona
pendudukan negara sekutu setelah Perang Dunia II
menyebabkan pendirian Republik Federal Jerman
(RFD: Jerman Barat) dan Republik Demokratik
Jerman (RDJ: Jerman Timur) pada tahun 1949. Di
negara RDJ yang dikuasai pihak Soviet muncul suatu
rezim kediktatoran komunis.
Ketidakbebasan dan kesulitan ekonomi
menyebabkan lebih dari 2,5 juta warga melarikan
diri dari Timur ke Barat hingga tahun 1961.
Selama perbatasan lainnya ditutup, Berlin menjadi
tempat persembunyian terakhir untuk melarikan
diri ke Barat. Pada tahun 1961 kesempatan untuk
melarikan diri ini ditutup dengan pembangunan
Tembok Berlin.
Polisi penjaga perbatasan RDJ mendapat sebuah
perintah yang mewajibkan mereka untuk
menembak di tempat orang yang ingin melarikan
diri.
Dengan dilatarbelakangi reformasi politik du Uni
Soviet, gerakan protes yang terjadi di RDJ memaksa
pembukaan ”Tembok” pada tahun 1989. Beberapa
bulan kemudian gerakan ini membawa pada
keruntuhan negara RDJ dan persatuan kembali
dengan Republik Federal Jerman.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
14
Nazis raus!
Nicht erst seit den 1990er Jahren kommt es
in Deutschland immer wieder zu
rechtsextremistischen Gewalttaten. Bei
Übergriffen werden vor allem ausländische
Mitbürger gedemütigt, schwer verletzt oder
sogar getötet. Bürgerinitiativen und
staatliche Maßnahmen treten diesen
neonazistischen Tendenzen entgegen.
Jugendliche steigen häufig über Musik mit
rassistischen und nationalistischen Inhalten
in den Rechtsradikalismus ein. Neben der
Lust am Verbotenen und der Provokation ist
es oft ein gesteigertes Selbstwertgefühl in
der Gruppe, das zum Weitermachen
motiviert.
In Deutschland gibt es rund 30.000 Personen,
die Rechtsradikalismus propagieren. Sie sind
in rechtsextremen Parteien, aber auch in
losen Gruppen organisiert.
Gegen diese rechtsradikalen Strömungen
existiert eine starke Gegenbewegung.
Zahlreiche Initiativen gegen
Fremdenfeindlichkeit haben sich in der
Bevölkerung gebildet. Sie stören öffentliche
Kundgebungen der Neonazis und
veranstalten Gegendemonstrationen. Auch
der Staat wehrt sich. Seit 1992 wurden 26
rechtsextreme Organisationen verboten.
Penganut Nazi, pergilah!
Bukan hanya sejak tahun 90-an mulai muncul di
Jerman tindakan kekerasan yang semakin mengarah
pada kekerasan ekstrim kanan. Dalam aksi-aksi
serangannya warga keturunan asing dilecehkan,
dilukai dengan parah atau bahkan dibunuh. Inisiatif
warga dan berbagai tindakan dari pemerintah
menjawab beragam kecenderungan gerakan neonazi
ini.
Kebanyakan anak muda terlibat ke dalam
radikalisme ekstrim kanan ini melalui musik yang
sarat dengan unsur rasisme dan nasionalisme.
Hasrat akan sesuatu yang dilarang dan sesuatu yang
provokatif semakin bertambah besar dengan adanya
peningkatan rasa percaya diri dalam kelompok.
Di Jerman terdapat sekitar 30.000 orang yang
mempropagandakan ideologi ekstrim kanan.
Mereka tidak hanya terorganisir dalam berbagai
partai ekstrim kanan, tetapi juga dalam berbagai
perkumpulan lepas.
Namun ada juga gerakan tandingan yang kuat, yang
muncul untuk menaham aliran-aliran ekstrim kanan
ini.
Berbagai inisiatif melawan permusuhan terhadap
orang asing sudah terbentuk dalam masyarakat.
Mereka menghalangi orasi-orasi Neonazi yang
diselenggarakan di tempat-tempat umum dan
menyelenggarakan berbagai aksi demo untuk
menentangnya. Pemerintah juga ikut menghalangi.
Sejak tahun 1992 sebanyak 26 organisasi ekstrim
kanan telah dilarang.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
15
Ordnung
„Ordnung muss sein!“ Diese weit verbreitete
Redensart steht für den hohen Stellenwert
von Ordnung im Leben der Deutschen. Da
der Wunsch nach perfekter Ordnung ein
aussichtsloses Unterfangen ist, wird ihm mit
Ironie und Selbstironie begegnet.
Umfragen zeigen, dass rund dreiviertel aller
Deutschen über 14 Jahre zwar Ordnung als
Tugend schätzen, aber bei sich selbst gerne
ein Auge zudrücken. Normen, Richtlinien und
Regelungen gibt es in fast unübersehbarer
Zahl. Die weltweit gültige Industrienorm DIN
ist eine deutsche Erfindung.
Beliebtes Beispiel für übertriebenen
Ordnungswillen ist der „Schilderwald“ im
Straßenverkehr, der oft mehr Verwirrung
stiftet als Ordnung schafft.
Auch das gemeinschaftliche Zusammenleben
ist durch viele Vorschriften geregelt:
Eine Hausordnung gilt für alle Mieter; Kinder sollten
nach der Spielplatzordnung
spielen und in Vorgärten und Schrebergärten
wird die Natur geordnet mit
vorgeschriebenen Heckenhöhen und penibler
Beetbepflanzung.
Keteraturan
”Keteraturan haruslah ada!” Ungkapan yang dikenal
luas ini mencerminkan kedudukan keteraturan yang
tinggi dalam kehidupan orang Jerman. Karena
harapan untuk mencapai keteraturan yang
sempurna merupakan usaha yang sia-sia, maka hal
ini dihadapi dengan sindiran dan ironi bagi diri
sendiri.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa sekitar tiga per
empat orang Jerman di atas usia 14 tahun
menghargai keteraturan sebagai kearifan, tetapi
dalam kasus diri sendiri bisa dibilang tutup mata.
Ada banyak sekali norma, pedoman, dan aturan
sosial. Norma industri DIN (Deutsche Industrie
Norm = standar baku industri Jerman) yang berlaku
di seluruh duni adalah salah satu penemuan Jerman.
Contoh yang paling disukai untuk keinginan akan
keteraturan yang berlebihan adalah ”Rambu-rambu
hutan” di jalanan yang seringkali malah membuat
kebingungan daripada keteraturan.
Kehidupan bersama dalam sosial kemasyarakatan
juga diatur melalui sejumlah peraturan: suatu tata
tertib dalam gedung berlaku untuk semua penyewa;
anak-anak harus bermain sesuai dengan tata tertib
tempat bermain, dan di halaman depan serta kebun
pribadi yang umumya berada di pinggiran kota dan
dipakai terutama pada akhir pekan, alam sekeliling
diatur yang sedetil-detilnya dengan menentukan
ketinggian pagar tanaman dan penanaman bit.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
16
Pass
Der deutsche Staat garantiert seinen
Angehörigen grundlegende freiheitliche
Bürgerrechte und ein System der sozialen
Absicherung. Wer einen gültigen Pass
besitzt, hat in der Regel auch die deutsche
Staatsbürgerschaft.
Grundsätzlich haben Ausländer die
Möglichkeit, deutsche Staatsbürger zu
werden. Acht Jahre muss man rechtmäßig im
Land leben, und Deutschkenntnisse sind
Pflicht. Weitere Bedingungen sind ein
ausreichendes Einkommen und das
Bekenntnis zum Grundgesetz.
Seit 2008 müssen Ausländer zur
Einbürgerung im Test ihr Wissen über
Deutschland beweisen. Mehr als 100.000
Menschen nahmen seitdem den Weg über
Sprach- und Wissenskurse auf sich, um den
Einbürgerungstest zu bestehen und einen
deutschen Pass zu erhalten. Von 33 aus 310
möglichen Fragen zu Geschichte, Politik und
Kultur müssen mindestens 17 richtig
beantwortet werden. Diese Verschärfung des
Zuwanderungsgesetzes führte zu sinkenden
Einbürgerungszahlen. Sprachanforderungen
und die Pflicht zur Aufgabe der alten
Staatsangehörigkeit sind hohe Barrieren. Bei
sinkender Geburtenrate ist Deutschland auf
Zuwanderung aus dem Ausland angewiesen.
Paspor
Bagi semua rakyatnya, negara Jerman menjamin
hak-hak kebebasan warga yang mendasar dan suatu
sistem pengamanan sosial. Siapa pun yang memiliki
paspor yang masih berlaku pada umumnya juga
memiliki kewarganegaraan Jerman.
Pada prinsipnya orang asing pun mempunyai
kesempatan untuk menjadi Warga Negara Jerman.
Seseorang harus tinggal secara legal di dalam negeri
selama delapan tahun dan pengetahuan bahasa
merupakan suatu keharusan. Syarat-syarat lain
adalah pendapatan yang mencukupi dan pengakuan
terhadap Undang-Undang Dasar Jerman.
Sejak tahun 2008 orang asing harus membuktikan
bahwa dirinya telah menguasai dengan baik
pengetahuan mengenai Jerman untuk proses
naturalisasi lewat ujian. Lebih dari 100.000 orang
sejak itu bersedia menempuh jalur tersebut melalui
kursus bahasa dan kursus pengetahuan tentang
Jerman, agar mereka berhasil menjalani ujian
naturalisasi dan memperoleh paspor Jerman. Tiga
puluh tiga dari 310 pertanyaan yang mungkin
diajukan tentang sejarah, politik dan budaya
setidaknya 17 di antaranya harus dijawab dengan
benar. Pengetatan undang-undang imigrasi
berpengaruh pada menurunnya angka naturalisasi.
Persyaratan bahasa dan kewajiban untuk
meninggalkan kewarganegaraab yang lama
merupakan hambatan terbesar. Pada penurunan
angka kelahiran, Jerman tergantung pada migrasi
dari luar negeri.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
17
Querdenker
Querdenker stellen gängige Denkmuster
infrage. Auch gegen Anfeindungen setzen
sie ihre Idee durch. Gerade in Bereichen, in
denen Normen und Regeln hoch geschätzt
werden, haben es Querdenker besonders
schwer. Dennoch hat Querdenken in
Deutschland Tradition.
Im Land von Martin Luther und Karl Marx
finden sich auch heute noch Menschen, die
mit neuen, ungewöhnlichen Ideen Politik,
Kultur und Wissenschaft revolutionieren
wollen. Querdenker, deren Ideen sich
durchsetzen, genießen oft höchstes
Ansehen. Je größer die überwundenen
Widerstände, desto heller strahlt der Ruhm
des Querdenkers – wenn auch manchmal
nur bei seinen Gesinnungsgenossen.
Erfolglose Querdenker bleiben dagegen
höchstens als lästige Querulanten in
Erinnerung.
Pemikir ”miring”
Pemikir ”miring” suka mempertanyakan pola pikir
yang umum dan biasa. Sambil mengusung
permusuhan, mereka memperjuangkan ide mereka.
Baru di bidang-bidang di mana norma-norma dan
peraturan-peraturan sangat dihargai pemikir ini
berada dalam posisi yang sulit.
Meskipun demikian, pemikir ”miring” sudah
menjadi tradisi di Jerman.
Dalam daerah asal Martin Luther dan Karl Marx
sampai saat ini masih dijumpai individu-individu
yang membawa revolusi dalam bidang politik,
budaya, dan ilmu pengetahuan, dengan ide-ide
mereka yang baru dan tidak lazim. Para pemikir
”miring” ini seringkali amat sangat dihormati
bilamana ide-ide mereka lolos dalam perjuangannya.
Semakin besar rintangan-rintangan yang dihadapi,
semakin cemerlang pula kemasyhuran pemikir
tersebut – walaupun kadang hanya diterima di
kalangan rekan sepemikiran mereka. Sebaliknya
pemikir ”miring” yang gagal paling banter dikenang
sebagai orang ”miring” yang menjengkelkan.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
18
Religion
Deutschland ist ein christlich geprägtes Land.
Statistisch sind 50 Millionen Deutsche
Christen. Doch die Mehrzahl übt ihre Religion
nicht aus. 30 Millionen Deutsche sind
konfessionslos. Das Recht auf freie
Religionswahl und –ausübung ist im
Grundgesetz verankert.
Mit je circa 25 Millionen Mitgliedern teilen
sich die Christen in Katholiken und
Protestanten. Trotz massiver
Kirchenaustritte stehen religiöse
Veranstaltungen, wie das Weltjugendfest
oder die Kirchentage, vor allem bei
Jugendlichen hoch im Kurs. Auch das
spirituelle Gedankengut der Esoterik findet
eine wachsende Zahl von Anhängern.
Die drittstärkste Religionsgemeinschaft in
Deutschland bildet mit 3,5 Millionen
Gläubigen der Islam. Die Zahl der Moscheen
nimmt stetig zu. Durch Zuwanderung aus
Osteuropa steigt auch die Zahl der Menschen
jüdischen Glaubens wieder an, die durch Verfolgung
und Ermordung im Deutschland
der Nationalsozialisten auf wenige 1000
dezimiert worden waren.
Agama
Jerman adalah sebuah negara yang berorientasi
Kristen. Menurut statistik 50 juta warga Jerman
adalah orang kristen. Namun, mayoritasnya tidak
menjalankan agama mereka. Tiga puluh juta warga
Jerman tidak menganut agama apapun.
Hak atas kebebasan memilih agama dan
menjalankan agama dijamin oleh Undang-Undang
Dasar.
Dengan masing-masing sekitar 25 juta penganut,
agama Kristen terbagi menjadi Katolik dan
Protestan. Meskipun terjadi kemunduran dari gereja
yang amat besar, acara-acara keagamaan seperti
pesta kaum muda sedunia atau hari pertemuan umat
Kristen tetap populer, terutama di kalangan anak
muda. Begitu juga dengan pemikiran spirituil
Esoterik yang semakin hari semakin mendapat
jumlah pengemar yang meningkat.
Dengan 3,5 juta penganut, agama Islam menjadi
komunitas agama yang terbesar ketiga. Jumlah
masjid pun semakin hari semakin bertambah. Lewat
imigrasi dari Eropa Timur jumlah warga dengan
kepercayaan Yahudi pun semakin meningkat, yang
jumlahnya di Jerman berkurang drastis menjadi
kurang dari 1000 orang karena penganiayaan dan
pembunuhan pada masa kekuasaan Nazi.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
19
Sitten und Unsitten
Wen spricht man mit „Du“ und wen mit
„Sie“ an? Wen begrüßt man mit Küsschen,
wen mit Händedruck? Sind einige Minuten
Verspätung schon unhöflich? Diese und
andere komplizierte Benimm-Fragen stellen
sich Besucher aus anderen Ländern.
Die Deutschen gelten als förmlich und
schroff. Dienstleistungen werden oft ohne
Lächeln erledigt, doch selbst Unbekannte
werden im Aufzug gegrüßt. Wenn man sich
trifft, ist Händeschütteln üblich. Im
Straßenverkehr oder beim Schlangestehen
scheint das Recht des Stärkeren zu gelten.
Die Sitten der Deutschen zu verstehen, ist
schwer. Besonders dann, wenn sie zur
Unsitte werden, etwa Liegestühle durch
Handtücher zu „besetzen“. Ist das „typisch
deutsch“ oder nur schlechte Erziehung?
Der jeweilige Sittenkanon ist landestypisch.
Er dient der Regelung des Gemeinschaftslebens. In
Deutschland ist das Nachdenken über gutes
Benehmen eng mit Freiherrn von Knigge
verbunden. Sein Buch ist der Inbegriff des
Benimmratgebers. Die große Zahl moderner
„Knigges“ zeigt: Gutes Benehmen ist heute wieder
ein Thema.
Kebiasaan Baik dan Kebiasaan Buruk
Dengan siapa orang berbicara dengan kata”kamu”
dan dengan siapa dengan kata ”Anda”? Siapa yang
kita sapa dengan ”ciuman”, siapa dengan jabat
tangan? Apakah terlambat beberapa menit saja
sudah termasuk tidak sopan? Pertanyaan ini dan
juga pertanyaan lain mengenai bagaimana
bertingkah laku yang rumit ditanyakan oleh
pengunjung yang berasal dari negara lain.
Orang Jerman dianggap kaku dan kasar. Jasa-jasa
yang dilakukan seringkali diselesaikan tanpa
senyum, tetapi orang yang tidak dikenal malah
diberi salam bila berada dalam lift. Apabila saling
bertemu, yang paling umum adalah saling menjabat
tangan. Dalam hal berlalu lintas atau saat mengantri
hak orang ”kuat” lah didahulukan.
Memahami kebiasaan baik orang Jerman adalah hal
yang tidak gampang. Terutama ketika kebiasaan
baik tersebut berubah menjadi kebiasaan buruk,
seperti ”menempati” kursi-kursi malas untuk
berjemur dengan handuk. Apakah itu yang disebut ”
khas Jerman” ataukah itu hanya hasil dari
pendidikan yang buruk semata?
Aturan kebiasaan di masing-masing tempat adalah
kekhasan suatu negara. Peraturan tersebut berguna
untuk mengatur hidup bermasyarakat. Di Jerman
renungan tentang perilaku yang baik erat kaitannya
dengan seseorang yang bernama Freiherr von
Knigge(Freiherr adalah gelar kebangsawanan yang
setara dengan gelar Baron). Bukunya berisi koleksi
nasehat tentang perilaku. ”Knigge-Knigge” modern
yang jumlahnya besar menunjukkan: Perilaku baik
kini kembali menjadi tema perbincangan.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
20
Tagesschau
Seit 1952 gehört die Nachrichtensendung
„Tagesschau“ um 20 Uhr im Ersten
Deutschen Fernsehprogramm für Millionen
Deutsche zum festen Ritual des Abends. Die
Tagesschau zeigt in 15 Minuten Aktuelles aus dem
In- und Ausland. Danach beginnt das
Abendprogramm.
Ende der 1990er-Jahre versuchen neue TV
Sender, ihr Abendprogramm bereits um
20:00 Uhr zu starten. Der Plan scheitert – zu
groß war die Gewohnheit der Zuschauer an
den Start des Fernsehabends um 20:15 Uhr.
Die Mehrheit der Deutschen bezieht ihre
Informationen über das Fernsehen; Radio
und Zeitung liegen dahinter. Zur wichtigsten
Ergänzung der klassischen Medien hat sich
das Internet entwickelt. Im Durchschnitt
verbringen die Deutschen mit dem
Fernsehen täglich circa drei Stunden,
zweieinhalb am Radio und eine Stunde im
Internet.
Während an der „Tagesschau“ besonders
die politische Neutralität geschätzt wird, werden die
Tageszeitungen oft gerade
wegen ihrer jeweiligen politischen
Ausrichtung gelesen. So gilt die Frankfurter
Allgemeine Zeitung beispielsweise als
konservativ-liberal, die Süddeutsche Zeitung
dagegen als linksliberal.
Siaran Berita harian
Sejak tahun 1952 siaran berita ”Tagesschau” yang
tayang pada pukul 20.00 di saluran TV Jerman
pertama menjadi ritual malam yang tetap bagi jutaan
warga Jerman. ”Tagesschau” menayangkan berita
aktual dari dalam dan luar negeri dalam waktu 15
menit. Setelah itu barulah acara malam dimulai.
Pada Akhir tahun 90-an stasiun TV baru mencoba
meluncurkan acara malam mereka pada pukul
20.00. Rencana tersebut gagal – kebiasaan pemirsa
dengan acara malam yang dimulai pada pukul 20.15
terlalu dominan.
Mayoritas orang Jerman memperoleh informasi
lewat TV; radio dan koran berada di belakangnya.
Internet telah berkembang sebagai pelengkap media
massa klasik yang penting sekali. Orang Jerman rata-
rata menghabiskan waktu kira-kira 3 jam per hari
dengan TV, 2,5 jam untuk radio dan 1 jam untuk
Internet.
Selama penayangan ”Tagesschau” yang terutama
menilai netralitas politik, koran harian sering dibaca
karena orientasi politik masing-masing koran. Koran
”Frankfurter Allgemeine Zeitung” misalnya dianggap
sebagai liberal konservatif, sedangkan koran
”Sueddeutsche Zeitung” sebagai liberal kiri.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
21
Umwelt
In den 1980er-Jahren sorgte die These vom
Waldsterben für heftige emotionale
Reaktionen bei den Deutschen.
„Waldsterben“ wurde auch in anderen
Sprachen zum Ausdruck für die Zerstörung
der Umwelt.
Das Bild der toten Bäume löste die
Entstehung der Umweltbewegung sowohl in
der Bundesrepublik als auch in der
damaligen DDR aus. Das Umweltbewusstsein
der Deutschen ist hoch. 91 % der
Bevölkerung halten Umweltschutz für
wichtig. Heute beherrschen vor allem die
Themen Klimawandel, Gesundheitsrisiken
und Nachhaltigkeit die Diskussion.
Deutschland hat strenge Umweltgesetze, in
deren Folge neue Technologien entwickelt
werden. Daraus entsteht ein erfolgreicher
Wirtschaftszweig. Deutschland ist
Weltmarktführer in Umwelttechnik.
Insbesondere die Nutzung der Windkraft
wird entschieden vorangetrieben.
Doch das ökologische Bewusstsein hat zwei
Seiten: Auf der einen Seite stehen strenge
Regeln, beispielsweise für die penible
Mülltrennung. Für Häuser gibt es den
Energie-Pass. Nur beim Auto scheiden sich
die Geister: Auf Autobahnen darf noch
immer ohne Tempolimit Vollgas gegeben
werden.
Lingkungan Hidup
Sepanjang tahun 80-an pernyataan mengenai
kematian hutan telah menyebabkan berbagai reaksi
emosional yang keras di kalangan masyarakat
Jerman. “Kematian hutan“ dalam bahasa lain juga
sudah menjadi istilah bagi kehancuran lingkungan
hidup.
Gambaran kematian pohon-pohon memicu lahirnya
gerakan lingkungan hidup, baik itu di Republik
Federal Jerman maupun di daerah-daerah bekas
RDJ. Kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup
warga Jerman itu tinggi. Sembilan puluh satu persen
penduduk Jerman menganggap lingkungan hidup
penting. Kini tema-tema seperti perubahan iklim,
risiko kesehatan, dan kelestarian menguasai diskusi-
diskusi
Jerman memiliki undang-undang lingkungan hidup
yang ketat, yang sebagai dampaknya
dikembangkanlah berbagai teknologi baru. Dari
sanalah bangkit sebuah sektor perekonomian baru
yang sukses. Jerman adalah pemimpin pasar dunia
dalam bidang teknik lingkungan hidup. Terutama
pemanfaatan tenaga angin didukung secara
konsekuen untuk dikembangkan lebih lanjut.
Namun kesadaran ekologi memiliki dua sisi: di satu
sisi terdapat berbagai peraturan ketat seperti
pemisahan sampah yang sangat rinci. Untuk rumah-
rumah terdapat Kartu Identitas Energi. Hanya saja
hal ini tidak berlaku pada mobil. Di jalan-jalan tol
masih saja diperbolehkan mengendarai mobil tanpa
batas kecepatan berkendara.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
22
Verein
Über 50 % aller Deutschen sind
Vereinsmitglieder. Die Liebe der Deutschen
zum Verein ist sprichwörtlich und – Ziel
vieler Satiren. Jeder Ort in Deutschland hat
Vereine. Selbst im Grundgesetz ist das Recht
verankert, einen Verein zu gründen.
Vielerorts dreht sich das gesellschaftliche
Leben um die Vereine und ihre
satzungsgemäßen Werte. Sie dienen der
Stärkung des Gemeinschaftsgefühls, aber
auch wirtschaftlichen Belangen.
Insbesondere im ländlichen Raum spielen
Vereine eine wichtige Rolle. Sie haben hier
einen großen Anteil am kulturellen und
politischen Leben.
Eingetragene Vereine (e. V.) dürfen
keine wirtschaftlichen Zwecke verfolgen. Das
Engagement im Verein ist ehrenamtlich. Im
Zentrum deutscher Vereinskultur stehen
Sport-, Kegel-, Gesangs- und
Schützenvereine.
Insgesamt gibt es 535.000 deutsche Vereine. 15
davon allein in Nierderdorla, dem
geografischen Mittelpunkt Deutschlands,
einem Ort mit 1.500 Einwohnern.
Perkumpulan
Lebih dari 50% warga Jerman adalah anggota
perkumpulan. Kecintaan orang Jerman terhadap
perkumpulan merupakan suatu kenyataan dan
sasaran dari sejumlah sindiran (satir).
Setiap tempat di Jerman memiliki berbagai
perkumpulan. Bahkan dalam Undang-Undang Dasar
sekalipun tercantum hak untuk mendirikan sebuah
perkumpulan.
Di banyak tempat roda kehidupan bermasyarakat
berputar di berbagai perkumpulan dan nilai-nilai
hukumnya. Perkumpulan tersebut berguna untuk
memperkuat rasa kebersamaan, begitu pula untuk
berbagai kepentingan ekonomi. Terutama di daerah
pedesaan perkumpulan memiliki peranan yang
penting. Perkumpulan mengambil bagian yang
penting dalam kehidupan budaya dan politik.
Perkumpulan terdaftar (e.V. = eingetragene
Vereine) tidak boleh diikuti oleh tujuan-tujuan
ekonomis. Komitmen dalam perkumpulan bersifat
sukarela. Di pusat budaya perkumpulan Jerman
terdapat perkumpulan senam, bowling, menyanyi
dan menembak.
Secara keseluruhan terdapat 535.000 perkumpulan
Jerman. Lima belas di antaranya terdapat di
Niederdorla, daerah yang secara geografis terletak di
pusat Jerman, suatu daerah dengan 1.500 jiwa
penduduk.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
23
Wissen
„Wissen ist Macht“, lautet eine Redensart.
Als rohstoffarmes Land braucht Deutschland
Wissen als wichtige Produktivkraft. Die
Voraussetzung dafür ist eine gute Bildung.
Der Zugang zur Bildung soll allen
offenstehen. Schulen und Universitäten sind
meist staatlich.
Nach der für alle Kinder gemeinsamen
Grundschule trennen sich die Bildungswege.
Hauptschule, Realschule und Gymnasium
bilden drei wichtige Säulen des
Schulsystems. Das Gymnasium zielt auf das
Abitur, das zum Studium an einer Universität
berechtigt.
Deutsche Hochschulen haben Weltruf.
Dennoch ist die Bildung in Deutschland
häufig Gegenstand hitziger Debatten.
Internationale Vergleiche bescheinigen
Deutschland nur noch ein mittelmäßiges
Bildungsniveau. Initiativen wie der
Wettbewerbe „Jugend forscht“ sollen den Spaß an
der Wissenschaft fördern.
Pengetahuan
Sebuah ungkapan mengatakan: „Pengetahuan
adalah kekuasaan“. Sebagai sebuah negara yang
miskin akan sumber daya alam, Jerman
membutuhkan pengetahuan sebagai kekuatan
produksi yang mempunyai arti penting. Adapun
persyaratan untuk mencapai itu adalah pendidikan
yang baik. Akses pendidikan seharusnya terbuka
untuk semua lapisan. Sekolah-sekolah dan
universitas-universitas pada umumnya untuk milik
negara.
Setelah jenjang sekolah dasar yang berlaku bagi
semua anak jalur pendidikan mulai terpisah-pisah.
Hauptschule, Realschule dan Gymnasium
merupakan ketiga pilar penting sistem pendidikan.
Gymnasium berorientasi pada tingkat kelulusan
“Abitur“ (setara SMA) yang memberikan hak untuk
melanjutkan pendidikan di universitas.
Perguruan-perguruan tinggi Jerman memiliki
reputasi tingkat dunia. Meskipun demikian
pendidikan di Jerman sering menjadi tema
perdebatan-perdebatan sengit. Dari hasil berbagai
perbandingan internasional tampak bahwa Jerman
hanya memiliki jenjang pendidikan yang berskala
sedang-sedang saja (rata-rata). Berbagai inisiatif
seperti kompetisi „Jugend Forscht“ (Penelitian
Remaja) diharapkan dapat merangsang kesenangan
terhadap ilmu pengetahuan.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
24
X für U
Jemandem einen „Bärendienst erweisen“,
bedeutet schlechte Hilfe zu leisten, die mehr
schadet als nützt. Die deutsche Sprache
steckt voller Redewendungen, die auf Nicht-
Muttersprachler rätselhaft wirken.
Doch auch viele Deutsche wissen nicht,
woher die oft genutzten Floskeln stammen.
„Ein X für ein U vormachen“ heißt, jemanden
betrügen wollen und, wer „Lunte riecht“, der
schöpft Verdacht.
Der Ursprung der seltsamen Wortbilder
liegt manchmal hunderte Jahre zurück,
manchmal stammt er aus der Gegenwart.
Wenn der Schiedsrichter „die Arschkarte
zieht“, wusste man auch vor dem Schwarz-
Weiß-Fernseher, dass dem Spieler jetzt die
rote Karte gezeigt wird, die zuvor in der
Gesäßtasche des Schiedsrichters steckte.
X für U (menipu, mengelabuhi seseorang)
Ungkapan „jemandem einen Bärendienst erweisen“
berarti memberikan pertolongan yang jelek, yang
lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.
Bahasa Jerman memiliki banyak sekali ungkapan
yang dianggap membingungkan bagi mereka yang
bukan penutur asli bahasa tersebut.
Namun, banyak juga orang Jerman yang tidak
mengetahui darimana ungkapan-ungkapan yang
sering digunakan ini berasal. Ungkapan „ein X für
ein U vormachen“ berarti hendak menipu seseorang
dan ungkapan „Lunte riecht“ berarti menimbulkan
kecurigaan.
Gambaran kata-kata yang aneh kadang berasal dari
masa ratusan tahun terdahulu, kadang juga berasal
dari masa kini. Apabila wasit sepak bola
mengeluarkan „die Arschkarte“ (kartu peringatan),
meskipun berada di depan TV hitam putih orang
sudah mengetahui, bahwa pemain tersebut sekarang
menerima kartu merah, yang sebelumnya tersimpan
di saku belakang celana sang wasit.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
25
Yabanci Işçi
Die größte Zahl der Zuwanderer in
Deutschland stammt mit rund 2,5 Millionen
aus der Türkei. Die Migranten kommen in den
sechziger Jahren als „Yabanci Işçi“, zu Deutsch
„Gastarbeiter“. Heute leben türkische Familien
hier dauerhaft, teilweise bereits in der 3. und 4.
Generation.
Ihre kulturelle Integration ist oft schwierig. Es
entstand eine türkische Parallelgesellschaft mit
eigenen Vereinen, Lokalen, Kinos und Banken.
Doch auch erfolgreiche Integration findet
statt. 72.000 türkische Unternehmen
beschäftigen rund 350.000 Arbeitnehmer.
Ihre Wirtschaftskraft beträgt 36 Mrd. €
Umsatz.
Kulturschaffende mit türkischer Herkunft
geben der deutschen Kultur wichtige Impulse.
Ihre Auseinandersetzung mit der eigenen
Identität eröffnet aufschlussreiche, neue
Perspektiven auf das Leben in Deutschland.
Tenaga Kerja Asing
Warga pendatang terbesar di Jerman dengan jumlah
sekitar 2,5 juta berasal dari Turki. Para pendatang
ini datang pada tahun 60-an sebagai „Yabanci Işçi”,
atau dalam bahasa Jermannya disebut dengan
Gastarbeiter atau tenaga kerja asing. Kini keluarga-
keluarga Turki tersebut sudah hidup menetap di
Jerman, bahkan sebagian sudah sampai pada
generasi ke-3 dan ke-4.
Integrasi budaya mereka seringkali sulit, sehingga
terbentuklah masyarakat Turki paralel dengan
berbagai perkumpulan, restoran, bioskop dan bank
mereka sendiri.
Meskipun demikian, ada juga integrasi yang berjalan
sukses. Sebanyak 72.000 perusahaan Turki
mempekerjakan sekitar 350.000 karyawan.
Kekuataan ekonomi mereka ditaksir bernilai 36
Milyar Euro.
Para seniman keturunan Turki memberikan
pengaruh yang penting pada budaya Jerman.
Perselisihan mereka dengan identitas diri mereka
sendiri membuka perspektif yang baru dan
mendalam mengenai kehidupan di Jerman.
Deutschland für Anfänger Ausstellung / Germany for Beginners Exhibition
Copyright © Goethe-Institut 2011
Alle Rechte vorbehalten / All rights reserved
www.goethe.de/indonesien
26
Zukunft
Klimawandel, Überalterung und
Umweltschutz sind große Themen für
Deutschlands Zukunft. Wird das Meer 2100 bis
nach Bremen reichen? Liegt in Süddeutschland
dann Wüstensand? Wie könnten neue Formen
des Wohnens aussehen? Welche Autos sind
ökologisch noch tragbar?
Die Zukunft wird in Deutschland eher mit
einem Hang zum Pessimismus betrachtet. Zu den
großen Herausforderungen zählt sicher der
demografische Wandel. Deutschland wird stetig
älter. Immer weniger Erwerbstätige
müssen immer mehr Ruheständler versorgen.
Die Zukunftsfähigkeit Deutschlands hängt von
vielen Faktoren ab, die nicht mehr allein auf
nationaler Ebene lösbar sind. Globalisierung,
Urbanisierung, Klimawandel, Gesundheit und neue
Formen der Sicherheitsbedrohung sind nur einige
Stichworte für künftige Entwicklungen. Ein engerer
Zusammenschluss Europas wird von vielen Experten
als aussichtsreiches Zukunftsmodell betrachtet.
Masa Depan
Perubahan iklim, masalah penuaan, dan pelestarian
lingkungan hidup merupakan tema-tema penting
bagi masa depan Jerman. Apakah laut akan
mencapai negara bagian Bremen pada tahun 2100?
Apakah Jerman bagian selatan akan menjadi padang
pasir? Bagaimanakah kira-kira bentuk hidup yang
baru? Mobil manakah yang secara ekologi dapat
dipertanggungjawabkan?
Di Jerman masa depan cenderung dilihat dengan
rasa pesimis. Tantangan terbesar adalah perubahan
demografi. Jerman dengan mantap bertambah tua.
Pekerja produktif yang semakin berkurang harus
terus membiayai para pensiunan yang justru
semakin banyak jumlahnya.
Keberlanjutan Jerman di masa mendatang
bergantung pada banyak faktor yang tidak dapat
diselesaikan hanya di tingkat nasional saja.
Globalisasi, urbanisasi, perubahan iklim, kesehatan
dan berbagai bentuk ancaman keselamatan yang baru hanyalah beberapa istilah bagi perkembangan
yang akan terjadi di masa mendatang. Penyatuan Eropa yang semakin erat dipandang oleh sejumlah
pakar sebagai model masa depan yang penuh
harapan.