Date post: | 07-Jul-2018 |
Category: |
Documents |
Upload: | widdi-hermawan |
View: | 215 times |
Download: | 0 times |
of 117
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
1/117
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN
DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS
PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat
dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun oleh :
Nama : Nur Ayu Benazir S
NRP : 02.07.182
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2007
Tanggal 19 Mei 2007
2013
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
2/117
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN
DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS
PENDIDIKAN
PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat
dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : Nur Ayu Benazir S
NRP : 02.07.182
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pipin Sukandi S.E., M.M.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen S1
Hj. Wien Dyahrini, S.E., MSIE., M.Si.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
3/117
ABSTRAK
Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mempengaruhiperilaku bawahannya, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif demi
tercapainya tujuan dari organisasi. Dalam hubungan pimpinan dengan
bawahannya, sejumlah karyawan berharap mendapatkan perlakuan pemimpin
yang terbuka dan memberikan keleluasaan dalam bekerja, sedangkan yang lainnya
berharap agar pimpinan lebih banyak melakukan pengarahan. Dalam
kenyataannya, setiap karyawan tidak hanya dikuasai oleh motif-motif ekonomi
saja. Upah dan gaji yang besar belum tentu dapat menjamin kepuasan dan mampu
memotivasi kerja karyawan.
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Hubungan Gaya
Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Karyawan Pada Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat . Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui
bagaimana gaya kepemimpinan diterapkan pada Dinas Pendidikan Provinsi JawaBarat, untuk mengetahui motivasi kerja karyawan pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat dan untuk mengetahui berapa kuat hubungan gaya kepemimpinan
dengan motivasi kerja karyawan pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
dengan pengumpulan data melalui, wawancara, observasi dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang dilakukan di
lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat kemungkinan gaya
kepemimpinan afiliatif, hal ini berdasarkan nilai rata-rata jawaban tertinggi yaitu
sebesar 3.94. Walau demikian gaya kepemimpinan selama ini dikatakan baik
dengan nilai rata-rata sebesar 3,75 yang berada pada interval 3,40-4,19 yang
artinya baik. Motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
dapat dikatakan tinggi, karena nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan adalah
sebesar 3,87 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil uji korelasi adalah sebesar
0,656 hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap motivasi kerja adalah sebesar 43,03%, dan sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain. Hasil uji hipotesis t hitung = 8,61> t tabel = 1,663 yang berarti Ho ditolak,
ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
motivasi kerja. Maka hipotesis yang penulis ajukan dalam Bab I, yaitu : Apabila
pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja
pegawai akan meningkat , dapat diterima.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
4/117
ABSTRACT
Leadership is the way a leader in influencing the behavior of their
subordinates, to cooperate and work productively to achieve the goals of the
organization. In connection with his subordinate leaders, a number of employees
are hoping to get treatment head open and provides flexibility at work, while
others hope that leaders do more directing. In fact, every employee is not only
controlled by economic motives alone. Wage and salary may not necessarily be
able to guarantee satisfaction and motivate employees.
In this study, the authors take the title "Leadership Style Relationships
With Employee Motivation In Education Department of West Java Province". The
purpose of this study was to determine how the leadership styles applied to the
Education Department of West Java Province, to see employee motivation in the
Education Department of West Java Province, and to find out how strong therelationship of leadership style to employee motivation in the Education
Department of West Java Province. The research method used in this research is
descriptive method with data collection through interview, observation and
questionnaire.
The results showed that leadership style is done in the Education
Department of West Java Province possibility affiliative leadership style, it is
based on the average value of 3.94 for the highest response. Yet leadership style is
said to be good for the average value at 3.75 which is the interval from 3.40 to
4.19, which means good. Employee motivation in the Education Department of
West Java Province to say high, because the average value of the entire statement
is at 3.87 which is the interval from 3.40 to 4.19.
The relationship of leadership style to employee motivation at Education
Department of West Java Province by the correlation of test results is equal to
0.656 indicating a strong correlation between leadership styles and motivation to
work. The magnitude of the influence of leadership style on work motivation is
equal to 43.03%, and the rest influenced by other factors. The results of
hypothesis test t = 8.61> t table = 1.663 which means that Ho is rejected, this
indicates that there is a relationship between leadership style and motivation to
work. The hypothesis that the authors propose in Chapter I, that is: "If the leaders
apply the appropriate leadership style that will increase employee motivation", is
acceptable.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
5/117
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan menghadapi banyak tantangan dalam Manajemen
Sumber Daya Manusia. Banyaknya lowongan pekerjaan setiap minggu pada
media massa diikuti dengan tingkat keluar masuk karyawan ( turn over ) yang
berkenaan dengan perampingan organisasi, keanekaragaman tenaga kerja,
kekurangan akan tenaga kerja ahli pada berbagai perusahaan dan hal-hal lainnya.
Peran yang demikian menuntut tingkat kemampuan, dedikasi maupun
profesionalisme.
Untuk mencapai hasil yang optimal, perusahaan membutuhkan sebuah
sistem yang mampu bekerja secara sinergi dan dinamis. Sistem ini melibatkan
sumber daya manusia yang efisien, teknologi yang mengikuti perkembangan
zaman, dan kebijakan-kebijakan perusahaan yang dapat mendukung interaksi
antara sumber daya manusia dan teknologi. Teknologi yang digunakan, yang
paling penting dalam proses penyatuan faktor-faktor yang dimiliki oleh
perusahaan dalam rangka proses pencapaian tujuannya yaitu Sumber Daya
Manusia. Faktor inilah yang menggerakkan seluruh faktor-faktor yang sudah
dimiliki perusahaan dalam rangka proses pencapaian tujuan perusahaan.
Namun dalam prakteknya, orang bekerja dan melakukan tugas serta
bertanggung jawab pada pekerjaannya, sering dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan dari manajer, perusahaan atau organisasi tersebut (Iskandar, 2005).
Para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan motivasi kerja, keamanan,
kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi dalam suatu organisasi.
Hal tersebut memberi arti, bahwa kepemimpinan memiliki faktor penting bagi
organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh
pimpinan, dapat mempengaruhi pegawainya melakukan pekerjaan sesuai dengan
apa yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk
mencapai tujuan itu, maka peranan pemimpin untuk menciptakan motivasi kerja
pegawai yang tinggi yang merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi
tersebut.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
6/117
Mengingat motivasi kerja mempengaruhi tindakan seorang pegawai, maka
apabila suatu perusahaan tersebut akan memperoleh hasil yang lebih
menguntungkan sehingga terjadi peningkatan produktivitas. Sebaliknya apabila
suatu perusahaan mempunyai pegawai yang motivasi kerjanya rendah dalam
melakukan pekerjaan, tidak merasa bergairah, timbulnya keluhan-keluhan, adanya
kelesuan, kurangnya rasa tanggung jawab, dan lain-lain, sudah barang tentu
perusahaan atau organisasi tersebut akan mengalami kerugian karena pegawainya
bekerja tidak produktif dan dapat dikatakan sebagai penurunan kinerja.
Penerapan kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap motivasi kerja
pegawai, karena di dalam motivasi kerja pegawai untuk memenuhi kebutuhannya
sangat membutuhkan dukungan dari seorang pimpinan, karena itu setiap
pemimpin harus mengetahui secara jelas tentang apa yang dibutuhkan oleh
pegawai dan perusahaan agar mereka bisa bekerja sama secara efektif .
Masalah yang terjadi pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dimana
kurangnya informasi dan sosialisasi terhadap ketentuan dan peraturan sehingga
seringkali terjadi kesimpangsiuran dalam penyelesaian pekerjaan yang di
instruksikan pimpinan. Adanya pergantian pimpinan akan berdampak pada
kondisi kerja, sehingga menimbulkan perubahan sikap perilaku kerja yang dibawa
oleh pimpinan yang baru yang berdampak pula pada kinerja karyawan.
Berdasarkan permasalahan tersebut bahwa kurangnya motivasi kerja pada
diri karyawan tersebut sehingga diperlukan ketegasan dari pimpinan terhadap
karyawan agar pegawai mempunyai motivasi yang tinggi dan loyal terhadap
perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu didukung oleh gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan harapan pegawai sehingga pegawai merasa
kebutuhannya terpenuhi. Sehingga mampu meningkatkan motivasi kerja pegawai.
Fenomena yang terjadi adalah adanya perbedaan pendapat tentang bagaimana
gaya kepemimpinan yang baik menurut para pegawai. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis mengangkat judul penelitian mengenai :
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA
PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
7/117
1.2 Identifikasi Masalah
Dengan kepemimpinan yang sesuai dari setiap pemimpin dalam
memimpin pegawainya maka akan menumbuhkan motivasi yang tinggi dari para
pegawai yang akan memberi nilai positif bagi perusahaan dalam usaha mencapai
tujuannya. Akan tetapi pada kenyataannya kepemimpinan dari seorang pemimpin
tidak banyak berpengaruh pada perusahaan maupun dalam memotivasi para
pegawainya dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu penyusun
akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Gaya k epemimpinan apa yang dilakukan pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat?
2. Bagaimana motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat?
3. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai
pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penyusun
tuliskan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan
informasi untuk mempelajari dan menilai pengaruh dari kepemimpinan terhadap
motivasi kerja pegawai.
Sedangkan tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan
motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
8/117
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Bagi perusahaan tempat penyusun melakukan penelitian dapat berguna
sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyikapi berbagai
masalah yang timbul dalam perusahaan menyangkut pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.
2. Bagi penyusun, penelitian ini selain merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Bisnis dan
Manajemen Universitas Widyatama, penelitian ini merupakan suatu
pengalaman yang sangat berharga dimana penyusun dapat memperoleh
suatu gambaran yang sangat nyata dan dapat membandingkan teori-teori
yang telah penyusun pelajari selama masa kuliah dengan kenyataan yang
terjadi dalam dunia kerja nyata.
3. Bagi pembaca khususnya di lingkungan perguruan tinggi, penyusun sangat
berharap agar hasil yang telah penyusun tulis dari hasil penelitian dapat
sangat berguna untuk menambah pengetahuan serta wawasan khususnya di
bidang sumber daya manusia.
1.5 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Sumber Daya Manusia memegang
peranan yang sangat penting dalam setiap perusahaan dalam usahanya mencapai
tujuan perusahaan, akan tetapi semua itu tidak akan selalu berjalan dengan lancar,
seringkali setiap perusahaan mengalami masalah menyangkut sumber daya
manusia yang diantaranya tentang rendahnya motivasi kerja pegawai. Salah satu
penyebab dari rendahnya motivasi kerja pegawai diakibatkan dari pengaruh
kepemimpinan dari seorang pemimpin.
Berbagai definisi kepemimpinan dikemukakan oleh para ahli, di bawah ini
beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli.
Menurut B.H Raven yang dikutip oleh Supardo (2006:4) dalam bukunya
Kepemimpinan Dasar-dasar dan Pengembangannya , menyatakan bahwa:
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
9/117
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi antara seorang
pemimpin dan pengikutnya untuk mencapai tujuan kelompok,
organisasi, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern
Public Administration yang dikutip oleh Kartono (2008:57) dalam bukunya
Pemimpin dan Kepemimpinan , menyatakan bahwa :
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, dan kemampuan untuk membimbing orang.
Dari pengertian yang telah disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan lebih yang dimiliki oleh seseorang
(baik dalam organisasi atau tidak) untuk mempengaruhi orang-orang yang ada
dalam lingkungan sekitarnya, agar mereka bersedia bekerja untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh pemimpin.
Beberapa kepemimpinan menurut Hasibuan (2007:170) :
1.
Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya
ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
Karakteristik dari Kepemimpinan Otoriter, yaitu :
a. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah
ditetapkan pemimpin.
b. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar,dan paling cakap.
c. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah,
hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
10/117
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan.
Karakterisitik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu :
a. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran
atau ide yang diberikan bawahannya.
c. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management ) dan
desentralisasi wewenang.
3.
Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan
dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan
mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan
kepada bawahan.
Karakteristik dari Kepemimpinan Delegatif, yaitu :
a. Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan
kepada bawahan.
b. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan
bawahannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kepemimpinan
yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari
perusahaan harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi.
Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan
organisasi. Kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan agar
motivasi kerja pegawai tinggi.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
11/117
Hasibuan (2007;95) memberikan definisi motivasi sebagai berikut :
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif , dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa motivasi adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan guna mencapai sasaran kepuasaan. Kita menerima motivasi sebagai suatu
pengaruh terhadap tingkah laku dan apabila kita menerima dengan paham, bahwa
bagian yang terbesar dalam pengaruh ini, terhadap tingkah laku manusia adalah
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Menurut Maslow yang dikutip oleh Hasibuan (2007:105), bahwa
motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan akan
keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri
dan kebutuhan perwujudan diri. Kemudian dari faktor kebutuhan tersebut
diturunkan menjadi indikator-indikator untuk mengetahui tingkat motivasi kerja
pada karyawan, yaitu
1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang
termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum,
perumahan, udara dan lain sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan
ini merangsang seseorang berperilaku atau bekerja giat.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan, adalah kebutuhan akan kebebasan dari
ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam
melaksanakan pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi, dicintai
dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan
masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan mau
hidup menyendiri seorang diri ditempat terpencil. Ia selalu membutuhkan
kehidupan berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
12/117
4. Kebutuhan akan penghargaan atau prestise, adalah kebutuhan akan
penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan
masyarakat lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja pegawai timbul karena
adanya beberapa faktor yang memuaskan pegawai. Faktor tersebut antara lain
kebutuhan pegawai seperti kompensasi, upah atau penghargaan yang diberikan
pimpinan. Dengan demikian apabila kepemimpinan yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan dapat memberikan kepuasan bagi pegawai maka motivasi kerja
akan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menarik hipotesis Apabila
pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja
pegawai akan meningkat.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.
Menurut Nazir (2003:54), mengemukakan bahwa metode deskriptif yaitu,
Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang yang bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai aspek-aspek yang sedang diteliti dan melakukan hubungan
terhadap variabel yang diteliti.
Untuk keperluan tersebut, maka penulis menggunakan bentuk-bentuk
penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penulis terjun langsung ke lapangan yang menjadi objek penelitian yangmeneliti secara langsung di tempat pelaksana kerja.
a. Wawancara
Penulis mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu
secara tertulis maupun secara lisan mengenai masalah yang akan diteliti
kepada pemimpin perusahaan.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
13/117
b. Kuesioner
Data yang diperoleh dengan cara menjabarkan suatu daftar pertanyaan
yang cukup terperinci dan lengkap tentang objek yang diteliti pada
responden. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer yang
selanjutnya akan diolah dan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.
c. Observasi
Pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat langsung
terhadap data yang ada di perusahaan.
2. Studi Kepustakaan ( Library Research)
Mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari dan menganalisa
buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan
cara sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan catatan-catatan
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dan informasi dengan lampiran-lampiran yang ada
hubungan dengan masalah yang diteliti. Data-data yang telah diperoleh
tersebut (berupa data sekunder) akan dijadikan landasan teoritis dalam
penyusunan skripsi.
1.7 Lokasi Penelitian
Perusahaan yang akan digunakan oleh penyusun dalam melakukan
penelitian adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Jl. Dr. Rajiman No. 6,
Bandung. Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 29 Oktober 2012 sampai
dengan Januari 2013.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
14/117
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1
Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, masyarakat. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diaturnya berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,
Pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari Men,
Money, Method , Materials, Machine dan Market yang disingkat 6M.
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena manajemen merupakan
alat dan wadah (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Walaupun manajemen hanya merupakan
alat saja, tetapi harus diatur sebaik-baiknya, karena jika manajemen ini tepat
maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi
yang dimiliki akan lebih bermanfaat.
Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen ini penulis mengutip
beberapa definisi sebagai berikut:
Menurut Kartono (2008:168) dalam bukunya Pemimpin dan
Kepemimpinan menyatakan bahwa :
Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan
pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya
kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber dayamanusia.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
15/117
Kemudian menurut Hasibuan (2007:1) :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tetentu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses yang terdiri dari perencanaan, pengarahan, pengendalian, melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan komponen dari perusahaan yang
mempunyai arti yang sangat penting sumber daya manusia menjadi sumber
penentu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan, karena fungsinya sebagai inti
dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan
perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya meskipun pada saat ini
otomatisasi telah memasuki setiap perusahaan, tetapi apabila pelaku dan
pelaksana mesin tersebut yaitu manusia, tidak memberikan peranan yang
diharapkan maka otomatisasi itu akan menjadi sia-sia.
Untuk lebih memperjelas pengertian dari manajemen sumber daya
manusia, berikut ini penulis mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli:
Menurut Rivai (2008:1) menyatakan bahwa:
Manajemen sumber daya manusia adalah salah satu bidang dari
manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Menurut Mangkunegara (2007:2), menyatakan bahwa :
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pengelolaan dengan
pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai).
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
16/117
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Sumber Daya
Manusia secara garis besar sama yaitu bahwa, manajemen sumber daya manusia
mengatur semua tenaga kerja secara efektif dan efisien dengan mengembangkan
kemampuan yang mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja
akan termotivasi untuk bekerja sebaik mungkin.
2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi manajemen sumber daya manusi sangat luas, hal ini disebabkan
karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola unsur-unsur manusia seefektif mungkin agar memiliki suatu tenaga
kerja yang memuaskan. Menurut Hasibuan (2007:21), fungsi-fungsi sumber daya
manusia meliputi fungsi manajerial dan fungsi operasional, yaitu :
1. Fungsi-fungsi Manajerial
a. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan
pemberhentian karyawan program kepegawaian yang baik akan membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, intergrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization
chart ). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
17/117
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan
agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efesien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Pengarahan dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar
mengerjakan tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja
sesuai dengan rencana. Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan
dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian
karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama,
pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi-fungsi Operasional
a. Pengadaan
Pengadaan ( procurement ) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan
orientasi dan induksi untuk menciptakan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development ) adalah proses meningkatkan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerja masa kini
maupun masa depan.
c. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect ) uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
18/117
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
19/117
bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan
proses manajemen suatu perusahaan akan baik jika tipe, cara, atau gaya
kepemimpinan yang diterapkan pemimpinannya baik.
Tegasnya baik atau buruknya, tercapai atau tidaknya tujuan suatu
perusahaan sebagian besar ditentukan oleh kecakapan pemimpin dalam
melaksanakan kepemimpinannya untuk mengarahkan para bawahannya, karena
kecakapan dan kewibawaan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya
akan mendorong gairah kerja, kreativitas, partisipasi, dan loyalitas para
bawahannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli diantaranya sebagai
berikut.
Menurut Kartono (2008:57), dalam bukunya Pemimpin dan
Kepemimpinan , menyatakan bahwa :
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar
mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Supardo, (2006:1), menyatakan bahwa:
Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks dimana seorang
mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau
suatu sasaran, dan mengarahkan organisasi dengan cara yang
membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan lebih yang dimilki oleh seseorang untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok, agar orang bersedia
bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
pada situasi tertentu. Setiap pemimpin dapat memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya dan tidak harus suatu gaya
kepemimpinan itu lebih baik atau kurang baik daripada gaya kepemimpinan
lainnya. Dasar yang sering dipergunakan dalam mengelompokkan gaya
kepemimpinan yang ada adalah tugas yang dirasakan harus dilakukan oleh
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
20/117
pemimpin, kewajiban yang pemimpin harapkan diterima oleh bawahan dan lain
sebagainya.
2.3.2
Syarat-syarat Kepemimpinan
Menurut Kartono (2008:36), Konsepsi mengenai persyaratan
kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:
b. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk
berbuat sesuatu.
c. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu
mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan
bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
d. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau
keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan
anggota biasa.
Kartono (2008:37), menuliskan kemampuan kepemimpinan dan syarat
yang harus dimiliki, ialah:
1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri.
2. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda.
3. Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
6. Mudah menyesuaikan diri adaptasinya tinggi.
7. Sabar namun ulet, serta tidak mendek berhenti.
8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
10. Berjiwa wiraswasta.
11. Sehat jasmaninya dinamis, sanggup dan suka menerima tugas berat, serta
berani mengambil resiko.
12. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya.
13. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuannya.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
21/117
14. Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya
yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme yang tinggi.
15. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang ideal adalah
pemimpin yang berpengetahuan luas, adil, jujur, optimis, gigih, ulet, bijaksana,
mampu memotivasi diri sendiri, memiliki hubungan yang baik dengan bawahan,
dimana semua ini didapat dari pengembangan kepribadiannya sehingga seorang
pemimpin memiliki nilai tambah tersendiri dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin.
2.3.3 Gaya-gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan manajemen merupakan cara yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya yaitu bertujuan untuk
mempengaruhi anggota atau bawahannya dalam mencapai suatu tujuan.
Berikut adalah Gaya Kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hasibuan
(2007:170), sebagai berikut :
1.
Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya
ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
Karakteristik dari Kepemimpinan Otoriter, yaitu :
a. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah
ditetapkan pemimpin.
b. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar,
dan paling cakap.
c. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah,
hukuman, serta pengawasan dilak ukan secara ketat.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
22/117
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan.
Karakterisitik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu :
a. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran
atau ide yang diberikan bawahannya.
c. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management ) dan
desentralisasi wewenang.
3.
Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan lengkap. Dengan demikian, bawahan
dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan
mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan
kepada bawahan.
Karakteristik dari Gaya Kepemimpinan Delegatif, yaitu :
b. Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan
kepada bawahan.
c. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan
bawahannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan
yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari
perusahaan harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi.
Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan
organisasi. Gaya kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan
agar motivasi kerja karyawan tinggi.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
23/117
Sedangkan menurut James A.F Stoner yang dialih bahasakan oleh Drs.
Alexander Sindoro dalam bukunya Manajemen (1995;165):
Gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai
oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu
otokrasi, demokratis dan laissez- faire. Kebanyakan manajer menggunakan
ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat
dipakai untuk membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis,
demokratis atau leissez- faire.
Ketiga macam gaya kepemimpinan ini dapat dijelaskan dibawah ini:
1. Otokratis
a. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.
b. Teknik -teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap
waktu, sehingga langk ah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti
untuk tingkat yang luas.
c. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota.
d. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya
terhadap kerja setiap anggota; mengambil jarak dari partisipasi kelompok
aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya.
2.
Demokratis
a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
diambil dengan dorongan dan bantuan dari kelompok.
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
24/117
d. Pemimpin adalah obyektif atau fact -minded dalam pujian dan
kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa
dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
3. Laissez faire
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan
partisipasi minimal dari pemimpin.
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat
ditanya.Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
d. Kadang-kadang memberi komentar sponsor terhadap kegiatan anggota
atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu
kejadian.
Terdapat enam gaya kepemimpinan yang dikutip dari buku Kepemimpinan
yang mendatangkan hasil yang ditulis oleh Daniel Goleman (2003;20) adalah
sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Koersif (Coersive Style)
Yaitu pemimpin yang menuntu perintahnya dipenuhi sesegera mungkin.
Kebijakan ekstrim dibuat oleh pemimpin tanpa adanya fleksibilitas kepada
bawahan.
Gaya kepemimpinan koersif akan mendatangkan hasil yang maksimal
ketika organisasi dalam situasi krisis dan menuntut perbaikan secepatnya.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan koersif yaitu:
a. Kebijakan selalu ditentukan oleh pemimpin
b. Tidak ada inisiatif atau ide-ide kreatif dari bawahan
c. Pemimpin menetapkan kontrol yang ketat dan standar yang tinggi
2. Kepemimpinan Otoritatif ( Authoritative Style)
Yaitu pemimpin yang menggerakkan orang menuju suatu visi, pemimpin
yang menggunakan gaya otoritatif akan memberikan motivasi kepada
bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
25/117
Gaya kepemimpinan otoritatif akan mendatangkan hasil yang maksimal
ketika sebuah organisasi tidak memiliki tujuan yang jelas atau target yang pasti
baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otoritatif yaitu:
a. Pemimpin hanya memberikan tujuan akhir yang harus dicapai
b. Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berinisiatif dan
memberikan ide-ide baru
c. Memiliki visi yang jelas dan keberanian untuk bertindak
d. Memiliki kharisma dan percaya diri yang tinggi
e. Pandai memberi motivasi kepada bawahan
3. Kepemimpinan Afiliatif ( Affiliative Style)
Yaitu pemimpin yang menilai individu dan emosi bawahan sebagai hal yang lebih
penting dari tugas dan tujuan. Pemimpin afiliatif berusaha menciptakan
keharmonisan antara pemimpin dan bawahan dan mengatur organisasi dengan
membangun ikatan emosional yang kuat sehingga mendapatkan kesetiaan yang
tinggi dari bawahan.
Gaya kepemimpinan afiliatif akan mendatangkan hasil yang maksimal
pada sebuah perusahaan yang baru berdiri dimana pemimpin sedang berusaha
untuk membangun kerjasama tim.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan afiliatif yaitu:
a. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
b. Fleksibel dan meningkatkan inovasi
c. Jarang memberikan arahan kepada bawahan
d. Memungkinkan kinerja buruk tidak terkoreksi
e. Cenderung memberikan toleransi yang berlebihan
4. Kepemimpinan Demokratis ( Democratic Leadership)
Yaitu pemimpin yang membangun rasa hormat dan tanggung jawab
dengan mendengarkan pendapat orang lain. Pemimpin demokratis menetapkan
kebijakan melalui konsensus dengan mengikutsertakan partisipasi bawahan.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
26/117
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu:
a. Menghargai pendapat bawahan
b. Fleksibel dan memberikan kebebasan kepada bawahan berinisiatif dan
memberikan ide baru
c. Tujuan yang dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama
d. Memungkinkan terjadinya pertemuan-pertemuan secara terus menerus
e. Melakukan pemungutan suara sebagai jalan akhir untuk mendapatkan
keputusan.
5. Kepemimpinan Pacesetting (Pacesetting Leadership)
Yaitu pemimpin yang ambisius yang menuntut keberhasilan dan
kesempurnaan dari tugas yang diberikan kepada bawahannya. Pemimpin dengan
gaya ini memiliki tujuan yang jelas dan memberikan arahan yang jelas mengenai
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan pacesetting yaitu:
a. Pemimpin menetapkan standar kinerja yang tinggi
b. Memberi contoh dan melakukan perbaikan terus-menerus
c. Tugas terhadap bawahan yang memiliki kinerja tidak baik.
d. Memberikan arahan secara terperinci dan fleksibel.
e. Tidak ada inisiatif dari bawahan.
6. Kepemimpinan Coaching (Coaching Leadership)
Yaitu pemimpin yang bertindak sebagai seorang penasehat bagi bawahan.
Pemimpin coaching membantu para bawahannya untuk menemukan kekuatan dan
kelemahan mereka dan membantu bawahan untuk membuat konsep dari aspirasi
pribadi dan karir bawahan.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan coaching yaitu:
a. Pemimpin menghargai gagasan bawahan.
b. Pemimpin memberi nasehat kepada bawahan mengenai tugas yang
harus dilaksanakan.
c. Bersedia untuk mentolerir kegagalan jangka pendek jika kegagalan itu
dapat meningkatkan cara kerja bawahan dalam jangka panjang.
d. Terbuka terhadap aspirasi atau kritik dari bawahan.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
27/117
e. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan pelatihan
secara pribadi kepada bawahan.
Pemimpin yang akan memberikan hasil terbaik tidak tergantung pada satu
gaya kepemimpinan. Para pimpinan menggunakan hampir semua gaya dalam
takaran yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
2.3.4 Gaya Pengambilan Keputusan
Tidak ada Gaya Kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk yang penting
Tujuan tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan
dipengaruhi oleh faktor-faktor : tujuan, pengikut (bawahan), organisasi, karakter
pemimpin, dan situasi yang ada.
Berikut ini adalah Gaya Pengambilan Keputusan yang dikemukakan oleh
Hasibuan (2007:175) :
a. Gaya Otoratif
Gaya Otoratif diterapkan pada situasi ketika manajer memiliki pengalaman
dan informasi untuk menghasilkan konklusi, sementara pengikut tidak
memiliki kemampuan, kesediaan, dan keyakinan untuk memecahkan masalah.
Jadi, manajer harus membuat keputusan tanpa bantuan pengikut.
b.
Gaya Konsultatif
Gaya Konsultatif adalah strategi yang tepat apabila manajer mengetahui bahwa
pengikut juga mempunyai beberapa pengalaman atau pengetahuan tentang
masalah dan bersedia memecahkan masalah meskipun belum mampu. Dalam
situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh masukan mereka, sebelum
membuat keputusan final.
c. Gaya Fasilitatif
Merupakan upaya kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerja sama
mencapai keputusan bersama. Dalam hal ini, pemimpin secara efektif memiliki
komitmen terhadap diri sendiri untuk berbagai dalam proses pengambilan
keputusan. Gaya merupakan cara yang sempurna manakala berhadapan dengan
pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan dirinya.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
28/117
d. Gaya Delegatif
Digunakan terhadap pengikut yang memiliki pengalaman dan informasi yang
diperlukan untuk keputusan atau rekomendasi yang layak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila pemimpin mampu dengan
tangkas, cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka
organisasi atau perusahaan bisa berfungsi secara efektif dan efisien.
2.3.5 Beberapa Teori Kepemimpinan
Menurut Wiludjeng (2006:74), mengenai teori kepemimpinan terdiri atas
empat teori, sebagai berikut:
1.
The Great Man Theory (Teori Sifat)
Teori ini berusaha mengidentifikasikan karakteristik seorang pemimpin.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang bisa berhasil manjadi seorang
pemimpin karena mereka memang dilahirkan untuk menjadi seorang
pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai
pemimpin. Keith Davis merumuskan ada 4 sifat umum yang mempengaruhi
kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi, yaitu:
a. Intelegensia
b. Kematangan sosial
c. Motivasi diri
d. Hubungan pribadi
2. Behavirol Theory (Teori Perilaku)
a. Teori Tannenbaum dan Warren H Schmidt
Kedua orang akademis tersebut mencoba menjelaskan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
dapat dijelaskan melalui titik ekstreem yaitu fokus pada atasan
(pemimpin) dan fokus pada bawahan. Menurut kedua orang ini gaya
kepemimpinan akan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
29/117
b. Studi Ohio State University
Studi ini menyimpulkan bahwa ada dua kategori perilaku pemimpin
yaitu:
1) Consideration, diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin peduli
dan mendukung bawahan. Para pemimpin dengan gaya ini cenderung
memiliki hubungan dengan bawahan yang mencerminkan perasaan
saling percaya, dan mereka menghormati ide dan perasaan
bawahannya.
2) Initiating Structure , diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin
membuat struktur pekerjaannya sendiri dan pekerjaan bawahannya.
Pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan pekerjaan
kelompok melalui kegiatan perencanaan, pembelian tugas-tugas,
penjadwalan, dan penetapan deadline.
c. Studi The University of Michigan
Study ini menyimpulkan bahwa para manajer dapat dibedakan
berdasarkan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu:
1) Relationship Oriented , diartikan sebagai perilaku yang bersikap
bersahabat pada bawahan, mengakui prestasi bawahan, dan
memperhatikan kesejahteraan karyawan.
2) Task Oriented , diartikan sebagai perilaku manajer yang menetapkan
standar kerja yang tinggi, menentukan metode kerja yang harus
dilakukan, dan mengawasi karyawan dengan ketat.
d. Managerial Grid
Managerial grid atau kisi-kisi manajemen yang dikembangkan oleh
Robert Blake dan Jane S. Mouton mendorong manajer untuk memiliki
dua kualitas kepemimpinan sekaligus yaitu orientasi pada tugas/produksi
dan orientasi pada hubungan/orang.
3. Contingensy Theory (Teori Situasi)
Pendekatan ini berpendapat bahwa tidak ada satu tipe kepemimpinan yang
efektif untuk diterapkan di segala situasi. Teori yang menggunakan
pendekatan kontingensi akan dibahas berikut ini:
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
30/117
a. Model Kepemimpinan Hersey
Teori ini mengembangkan model kepemimpinan dimana efektivitas
kepemimpinan tergantung dari kesiapan bawahan. Kesiapan tersebut
mencakup kemauan untuk mencapai prestasi, untuk menerima tanggung
jawab, kemampuan mengerjakan tugas, dan pengalaman bawahan.
Variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.
Menurut model ini manajer atau pimpinan harus secara konstan
mengevaluasi kondisi karyawan. Kemudian setelah kondisi karyawan
diketahui manajer menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai
dengan kondisi tersebut. Dengan demikian gaya kepemimpinan ini akan
efektif karena sesuai dengan situasi karyawan.
b. Model Fiedler
Teori ini mendasarkan pada pendapat bahwa sesorang menjadi pemimpin
tidak hanya karena karakteristik individu mereka tetapi juga karena
beberapa variable situasi dan interaksi antara pemimpin dengan bawahan.
Fiedler menjelaskan tiga dimensi yang menjelaskan situasi kepemimpinan
yang efektif. Ketiga dimensi tersebut adalah :
1) Power Position (Kekuasaan posisi)
Dimensi ini menjelaskan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin,
seperti kaehlian atau kepribadian, yang mampu membuat bawahan
mengikuti kemauan pemimpin. Pemimpin yang mempunyai
kekuasaan dari posisinya yang jelas dan besar dapat memperoleh
kepatuhan bawahan yang lebih besar.
2) Task Structure (Struktur pekerjaan)
Dimensi ini menjelaskan sejauh mana pekerjaan dapat dirinci atau
dijelaskan dan membuat bawahan bertanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Jika struktur pekerjaan jelas maka
pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, bawahan dapat diserahi
tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tersebut lebih baik.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
31/117
3) Leader Member Relation (Hubungan antara pemimpin-bawahan)
Hal ini berhubungan dengan antara bawahan-pimpinan, misalnya
tingkat loyalitas, kepercayaan, dan rasa hormat karyawan terhadap
pemimpinnya. Hubungan ini dapat diklasifikasikan baik atau
buruk .
Dari kombinasi ketiga variabel ini dapat ditentukan apakah situasi
yang dihadapi oleh pemimpin menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
c. Teori Jalur-Tujuan (Path Goal Theory)
Teori ini menyatakan bahwa fungsi utama seorang pemimpin adalah
untuk membuat tujuan bersama dengan bawahannya, membantu mereka
menemukan jalur ( path) yang paling tepat dalam mencapai tujuan
tersebut, dan mengatasi hambatan-hambatan yang timbul.
d. Yetton dan Vroom Jago
Teori dari Vroom mengkritik teori path goal karena gagal
memperhitungkan situasi dimana keterlibatan bawahan diperlukan. Model
ini memperkenalkan lima gaya kepemimpinan yang mencerminkan garis
kontinum dari pendekatan otoriter sampai ke pendekatan partisipatif.
Sehingga model Vroom memperoleh dukungan empiris yang lebih baik
dibandingkan dengan model kepemimpinan situasional lainnya.
4.
Teori-teori Kepemimpinan Kontemporer
Perkembangan penelitian dan teori kepemimpinan berkembang menuju
banyak arah. Beberapa perkembangan baru akan dibahas dalam bagian ini.
a. Kepemimpinan Transformasional atau Karismatik
Teori ini dikembangkan oleh Bernard M Bass. Ia membedakan
kepemimpinan transaksional (transactional leadership). Pemimpin
transaksional menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar
mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi, dan
membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan
tugas tersebut. Sedangkan, pemimpin transformasional memotivasi
bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan. Sehingga
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
32/117
pemimpin harus mampu membuat bawahan menyadari perspektif yang
lebih luas. Tipe kepemimpinan seperti hal tersebut dapat dimasukkan
kedalam tipe pemimpin yang transaksional, tetapi agar lebih efektif
seorang pemimpin tidak hanya menjalankan kepemimpinan dengan
biasa tetapi harus lebih dari yang biasa.
b. Teori Kepemimpinan Psikoanalisa
Teori ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Psikoanalitis.
Sigmund Freud menjelaskan bahwa seseorang berperilaku karena ingin
memenuhi kebutuhan bawah sadarnya. Menurut teori ini perilaku
manusia sangat kompleks. Sehingga penampilan dari luar tidak dapat
dijadikan pegangan. Untuk itu perlu dianalisa kembali teori-teori alam
tentang manusia yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia
atau pemimpin yang sangat kompleks.
c. Teori Kepemimpinan Romantis
Teori ini memandang bahwa pemimpin itu ada dan diperlukan untuk
membantu mencapai kebutuhannya. Jika bawahan sudah tidak
mempercayai pemimpinnya, maka efektivitas kepemimpinannya hilang,
tidak peduli dengan tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan sudah
dapat mengorganisasikan sendiri maka pemimpin tidak diperlukan lagi.
Teori ini mencoba menyeimbangkan antara sisi atasan dengan sisi
bawahan, sehingga porsi keduanya menjadi kurang lebih seimbang.
2.4 Motivasi Kerja
2.4.1
Pengertian Motivasi Kerja
Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil-hasil
melalui orang lain, yaitu para bawahan. Berhubung dengan hal itu, menjadi
kewajiban dari setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi
bawahan, terutama disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu: kemampuan dan daya
dorong. Kemampuan seseorang ditentukan oleh kualifikasi yang dimilikinya
antara lain oleh pendidikan, pengalaman dan sifat-sifat pribadi sedangkan daya
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
33/117
dorong dipengaruhi oleh sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain
diluar dirinya.
Daya dorong yang ada dalam diri seseorang sering disebut motif. Daya
dorong diluar diri seseorang, harus ditimbulkan pimpinan dan agar hal-hal di luar
diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai
sarana atau alat yang sesuai dengan orang lain.
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan
daya dan potensi bawahan agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan. Pengertian Motivasi menurut Rivai (2008:455) :
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi untuk mencapai hasil yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu.
Yang diartikan sebagai berikut :
Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai
keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi.
Menurut Liang Gie dalam yang dikutip oleh Martoyo ( 2000 : 165 ) :
Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang
lain, dalam hal ini karyawannya, untuk mengambil tindakan-
tindakan.
Motivasi menurut Arep dan Tanjung ( 2003 : 18 ) yaitu :
Motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan
seseorang untuk bekerja.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
34/117
Sedangkan definisi motivasi menurut Saydam (2000 : 227) :
Motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian
dorongan/rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka
bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.
Menurut Robbins dalam buku Sofyandi dan Garniwa (2007;99), yaitu :
Motivasi adalah sebagai proses mengarahkan dan ketekunan setiap
individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk meningkatkan
suatu usaha dalam mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2001:42), sebagai berikut :
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai
kepuasan.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang di dalam usaha
memenuhi kebutuhannya baik secara riil maupun materiil, dan menyalurkan
perilaku individu tersebut kearah pencapaian suatu tujuan.
2.4.2
Tujuan Motivasi Kerja
Pada hakekatnya pemberian motivasi kepada pegawai tersebut mempunyai
tujuan yang dapat meningkatkan berbagai hal, menurut Hasibuan (2004 : 146)
tujuan pemberian motivasi kepada karyawan adalah untuk :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
3. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
4. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
35/117
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tugasnya.
10. Meningkatkan efisiensi pengunaan alat-alat dan bahan baku.
Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa di dalam setiap
perusahaan diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya. Apabila
tidak terdapatnya motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya dalam suatu
perusahaan, maka akanlah sulit perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya.
2.4.3 Metode Motivasi Kerja
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode dari motivasi kerja, maka
dibawah ini adalah metode motivasi kerja menurut Menurut Hasibuan (2007:149).
Terdapat dua metode motivasi, yaitu :
1. Motivasi Langsung ( Direct Motivation )
Motivasi Langsung adalah motivasi (materiil dan non-materiil) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk
memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, bintang jasa dan lain
sebagainya.
2. Motivasi Tidak Langsung ( Indirect Motivation )
Motivasi Tidak Langsung adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah
kerja / kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya. Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang
serasi, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. Motivasi tidak
langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja
karyawan, sehingga produktifitas perusahaan meningkat.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
36/117
Berdasarkan metode tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
didalam memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang
dibutuhkan oleh para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung
didalam pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
2.4.4
Jenis- jenis Motivasi Kerja
Didalam memotivasi kerja karyawan, pemimpin haruslah mengetahui
tentang sebab dan akibat dari adanya proses memotivasi kerja karyawan. Dibawah
ini adalah dua jenis motivasi menurut Hasibuan (2004;222), yaitu :
1. Motivasi Positif ( Incentive Positive )
Dalam motivasi positif, manajer memotivasi (merangsang) bawahan
dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas
prestasi standar. Dengan motivasi positif ini semangat bekerja karyawan
akan meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima yang
baik -baik saja.
2. Motivasi Negatif ( Incentive Negative )
Dalam motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan standar,
apabila bawahan tidak dapat memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan
oleh manajer maka mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi
negatif ini, semangat kerja karyawan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu
panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu
perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan.
Yang menjadi masalah adalah kapan motivasi positif atau motivasi negatif
itu efektif merangsang gairah kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk
jangka panjang, sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek. Tetapi
manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
karyawan akan termotivasi diakibatkan adanya unsur positif dan negatif dari
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
37/117
pemimpin. Menurut saya, untuk memotivasi karyawan, seorang pemimpin
haruslah menimbulkan dampak positif, misalnya menimbulkan rasa memiliki dan
tanggung jawab kepada perusahaan oleh setiap karyawannya.
2.4.5 Teori Motivasi Kerja
Terdapat beberapa macam teori motivasi yang dikemukakan oleh para
ahli, seperti yang penulis kutip dari Hasibuan (2000;152) dan Mangkunegara
(2001;94), adalah sebagai berikut :
1. Teori Motivasi Klasik yang dikutip oleh Hasibuan (2000;152), yaitu
Frederick Winslow Taylor mengemukakan bahwa teori motivasi klasik
atau teori motivasi kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa
manusia mau bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Hierarki Kebutuhan Maslow yang dikutip oleh Mangkunegara (2001;95),
yaitu :
a. Physiological Needs ( kebutuhan fisik atau biologis )
Physiological Needs adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup.
Yang termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan,
minum, perumahan, udara dan lain sebagainya. Keinginan untuk
memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku atau
bekerja giat.
b. Safety and Security Needs ( kebutuhan keselamatan dan keamanan )
Safety and Security Needs adalah kebutuhan akan kebebasan dari
ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Affiliation or Acceptence Needs ( kebutuhan sosial )
Affiliation or Acceptence Needs adalah kebutuhan sosial, teman,
afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam
pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada
dasarnya manusia normal tidak akan mau hidup menyendiri seorang
diri ditempat terpencil. Ia selalu membutuhkan kehidupan
berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
38/117
d. Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise)
Esteem or Status Needs adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan
pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat
lingkungannya.
e. Self Actualization Needs ( kebutuhan akan aktualisasi diri )
Self Actualization Needs adalah kebutuhan akan aktualisasi diri
dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal,
untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan.
3. Teori Herzberg yang dikutip oleh Hasibuan (2000;156),
Herzberg mengemukakan suatu teori yang berhubungan langsung dengan
kepuasan kerja, yang didasarkan pada penelitian bersama di kota Pitsburg
dan sekitarnya. Dari hasil penelitian ini dikembangkan suatu gagasan
bahwa ada 2 (dua) rangkaian kondisi yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang, kedua rangkaian kondisi tersebut adalah rangkaian kondisi
pertama disebut faktor motivator dan rangkaian kondisi kedua disebut
faktor hygiene .
Teori motivasi kerja dari Herzberg dalam teorinya membagi motivasi
ke dalam 2 (dua) rangkaian kondisi seperti dikutip oleh Hasibuan
(2000;157), yaitu :
1. Rangkaian kondisi pertama disebut faktor motivator .
2. Rangkaian kondisi kedua disebut faktor hygiene .
Faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai,
yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik terdiri
dari :
a. Keberhasilan pelaksanaan : Agar seorang bawahan dapat berhasil
dalam pelaksanaan pekerjaannya, maka pemimpin harus mempelajari
bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan
kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Bila bawahan
telah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan
keberhasilan itu.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
39/117
b. Pengakuan : Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin
harus memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut,
berupa pemberian bonus uang tunai dan penghargaan.
c. Pekerjaan itu sendiri : Pemimpin membuat usaha-usaha yang riil dan
meyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan
yang dilakukannya dan berusaha menghindarkan kebosanan dalam
pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan sudah
tepat dalam pekerjaannya.
d. Tanggung jawab : Membiarkan bawahan bekerja sendiri sepanjang
pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.
Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya
merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.
e. Pengembangan pegawai : Pemimpin member rekomendasi tentang
bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan
pangkatnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan.
4. Teori X dan Teori Y dari McGregor yang dikutip oleh (Rivai, 2008),
yaitu:
Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia.
Negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y. Setelah melakukan
penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan karyawan, McGregor
merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai
berikut:
Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:
a. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia
akan menghindari dan akan bermalas-malasan dalam bekerja.
b. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya,
mereka harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk
menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
c. Karyawan akan meghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan
formal sebisa mungkin.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
40/117
d. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor lainnya
yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya
dengan sedikit ambisi.
Menurut teori X untuk memotivasi karyawan, harus dilakukan dengan
cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja
giat. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi negatif yakni
dengan menerapkan hukuman yang tegas.
Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Karyawan dapat memandang pekerjaannya sebagai sesuatu yang wajar,
lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian
berdiskusi atau sekedar teman bicara.
b. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika
mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
c. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara meluas diberbagai kalangan tidak hanya dari kalangan top
manajemen atau dewan direksi.
Menurut teori Y untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan
dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama dan keterkaitan pada
keputusan. Tegasnya, dedikasi, dan partisipasi akan lebih menjamin tercapainya
sasaran.
2.5 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja
Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi
sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan
motivasi di dalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008). Pemimpin berusaha
mempengaruhi atau memotivasi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan
tujuan yang diharapkan pemimpin.Motivasi kerja yang tinggi dapat didukung oleh
gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga gaya kepemimpinan yang kurang tepat
dalam penerapannya akan kurang memotivasi bawahannya dalam melakukan
aktivitasnya-aktivitasnya.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
41/117
Tugas seorang pimpinan yang utama dalam perusahaan memberikan
sumbangan yang besar berupa tenaga dan pikiran terhadap perusahaannya agar
tujuan perusahaan dapat tercapai. Tidak setiap orang dapat melaksanakan gaya
kepemimpinan dengan baik, karena tugas-tugas dalam strategi kepemimpinan
menuntut suatu tanggung jawab yang besar.
Selain daripada itu, untuk menimbulkan motivasi kerja yang tinggi,
dibutuhkan suatu tindakan yang dapat menumbuhkan motivasi kerja karyawan
pada suatu perusahaan. Dan tindakan tersebut berasal dari pemimpin atau yang
biasa disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan sangatlah
berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, karena didalam motivasi kerja
karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sangat membutuhkan dukungan dari
seorang pemimpin, karena itu setiap pemimpin harus mengetahui secara jelas
tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan perusahaan agar mereka bisa
bekerjasama secara efektif. Dan selain daripada itu karyawan juga harus
mengetahui tentang apa yang diinginkan oleh pemimpin dan perusahaan agar
tercapainya tujuan bersama, yaitu tujuan karyawan dalam memenuhi
kebutuhannya dan tujuan perusahaan. Sehingga jelas disini, bahwa peranan
seorang pimpinan sangat besar dalam mengatur bawahan dan pekerjaan agar
setiap karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaan benar-benar menunjukan
usaha-usaha ke arah peningkatan motivasi kerja.
Jadi, pada garis besarnya dapat kita simpulkan bahwa gaya kepemimpinan
dapat meningkatkan motivasi.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
42/117
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, tentang hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai.
Adapun yang menjadi variabel independennya yaitu gaya kepemimpinan dan
yang menjadi variabel dependennya yaitu motivasi kerja pegawai.
3.1.1
Visi
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menjadi Akselerator peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui manajemen pendidikan yang berkualitas guna
mendukung visi Jawa Barat 2010.
3.1.2
Misi
1. Membangun koordinasi dan sinergitas antar lini, unit dan institusi dalam
manajemen pendidikan di Jawa Barat yang terintegrasi berdasarkan tugas,
fungsi dan peran masing-masing.
2. Menciptakan suasana kondusif di dunia pendidikan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan
3. Meningkatkan kinerja dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
43/117
3.1.3 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat adalah sebagai berikut.
Sumber: Bagian Tata Usaha Disdik Jabar
3.1.4 Uraian Tugas dan Jabatan
Berdasarkan struktur organisasi dapat diuraikan mengenai peran dan tugasnya
masing masing.
1. Kepala Dinas
a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan, menetapkan,
memimpin,mengkordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
tugas pokok dinas serta mengkoordinasikan dan membina Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Kepala Dinas
Sekretariat
Sub Dinas Pendidikan Dasar
Sub Dinas Bina Pro ram
Seksi
Data & Informasi
Seksi Penyusunan
Pro ram
Seksi Evaluasi &
Monitorin
Seksi
Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi Sarpras
Seksi
Kesiswaan
Sub Dinas SLB
Sub Dinas Dikmenti
Seksi
Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi Sarpras
Seksi
Kesiswaan
Seksi
Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi Sarpras
Seksi
Kesiswaan
Sub Dinas PLS
Seksi
Kurikulum
Seksi
Ketena aan
Seksi
Seksi
Kesiswaan
Kepala Bagian Tata Usaha
Subag
Ke e awaian
Subag
Keuan an
Subag
Umum
UPTD
UPTD
UPTD
KelompokPejabat
fungsional
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
44/117
b. Rincian Tugas Kepala Dinas :
Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi dinas.
Menyelenggarakan penyusunan program kerja dinas.
Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis dinas sesuai dengan
kebijakan umum pemerintah daerah.
Menyelenggarakan kordinasi dan kerja sama dengan intansi
pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan dinas.
Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka
menyelenggarakan pelayanan pendidikan.
Menyelenggarakan kordinasi dan pembinaan UPTD.
Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di
kabupaten/kota.
2. Bagian Sekretariat
a. Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengelolaan
sistem informasi dan pendapatan, penyusunan rencana, program, laporan
pengelolaan keuangan, kepegawaian dan umum.
b. Rincian Tugas Bagian sekretaris :
Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi program kerja
sekretarian dan dinas.
Menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi dan peremajaan data.
Menyelenggarakan pengelolaan data administarasi keuangan.
Menyelenggarakan penyusunan anggaran belanja langsung dan
belanja tidak langsung.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
45/117
Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan
perlengkapan.
Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pengdokumentasian
peraturan perundang-undangan, mengelola perpustakaan, protokol dan
hubungan masyarakat.
Menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan.
Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional.
Menyelenggarakan telaah staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
Menyelenggarakan tugas lain sesuai sengan tugas pokok dan
fungsinya.
3.
Subbagian Perencanaan dan Program
a. Subbagian perencanaan dan program mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan sistem informasi dan peremajaan data,
koordinasi pengendaliaan dan penyusunan perencanaan program dan
pengendaliaan.
b.
Rincian Tugas subbagian perencanaan dan program :
Melaksanakan penyusunan bahan dan koordinasi program kerja
sekretaris dan dinas.
Melaksanakan pengelolaan data pendidikan.
Melaksanakan pengelolaan sistem informasi dinas.
Melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana serta program
dinas dan UPTD yang meliputi pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan luar biasa, pendidikan formal maupun non
formal dan UPTD.
Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan penetapan rencana
strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
dan Laporan Keuangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dinas.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
46/117
Melaksanakan pengendalian pelaksanaan rencana dan program dinas
dan UPTD.
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian perencanaan
dan program.
Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4.
Subbagian Keuangan
a. Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengelolaan administarasi keuangan di lingkungan dinas.
b. Rincian Tugas Subbagian Keuangan :
Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian keuangan.
Melaksanakan pengumpulan bahan dan penyiapan anggaran dinas.
Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan dinas.
Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan daerah, tunjangan
fungsional, struktural dan tunjangan kesejahteraan serta pembayaran
lainnya.
Melaksanakan pembendaharaan keuangan.
Melaksanakan verifikasi keuangan.
Melaksanakan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan penyiapan
bahan pertanggungjawaban keuangan.
Mengendalikan administrasi perjalanan dinas pegawai.
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian keuangan.
5. Subbagian Kepegawaian dan Umum
a. Subbagian kepegawaian dan Umum mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan
dan sarana prasarana.
b. Rincian Tugas Subbagian Kepegawaian dan Umum :
Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian kepegawaian dan
umum.
Melaksanakan pengusulan kebutuhan pegawai, kenaikan pangkat,
penyesuaian ijazah pegawai dan tenaga fungsional guru Sekolah Luar
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
47/117
Biasa (SLB), Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan fungsional
lainnya yang menjadi kewenangan dinas.
Melaksanakan fasilitasi pengangkatan, mutasi dan pemberhentiaan
jabatan kepala sekolah, guru SLB, dan SBI.
Melaksanakan fasilitasi usulan penetapan kenaikan gaji berkala bagi
pegawai dan guru yang menjadi kewenangan dinas.
Melaksanakan pengusulan ijin perceraian bagi pegawai, guru SLB dan
SBI.
Melaksanak an pengusulan sertifikasi guru SLB dan SBI.
Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai.
Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan
ketatalaksanaan kepada unit kerja di lingkungan dinas.
Melaksanakan penyiapan bahan rancangan dan pendokumentasian
peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan penerimaan, pengadaan, pendistribusian, dan
pengiriman surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan
perpustakaan.
Melaksanakan pengusulan bahan rekomendasi ijin operasional
pendirian SLB dan perubahan status untuk SBI.
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian
kepegawaian dan umum.
6. Bidang Pendidikan Dasar
a. Bidang pendidikan dasar mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pendidikan dasar.
b. Rincian Tugas Bidang Pendidikan Dasar :
Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pendidikan
dasar.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi penyusunan pedoman
dan supervasi bidang pendidikan dasar.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi pembinaan Taman
Kanak -kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
48/117
(SMP), Sekolah Standar Nasional (SSN), dan Sekolah Berstandar
Internasional (SBI) .
Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintahan
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di
kabupaten/kota.
Penyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan
bidang pendidikan dasar.
Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
7. Seksi Pembinaan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Standar Nasional (SSN),
dan Sekolah Berstandar Internasional (SBI)
a. Seksi pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI.
b. Rincian Tugas Seksi Pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI :
Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pembinaan TK dan
SD,SMP, SSN dan SBI.
Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan program kerja
seksi pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI.
Melaksanakan penyusunan bahan standarisasi dan pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum muatan
lokal dan kurikulum alternatif.
Melaksanakan penyusunan bahan standarisasi dan pengembangan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Melaksanakan penyusuna alat evaluasi dan penilaian.
Melaksanakan evaluasi buku pegangan guru, buku pegangan siswa
dan buku perpustakaan.
Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi dan pelaksanaan akreditasi
sekolah.
8/18/2019 Nur Ayu Benazir S
49/117
Melaksanakan fasilitasi peningkatan profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan.
Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis penerimaan siswa
dari kelompok masyarakat minoritas, terbelakang dan/atau tidak
mampu secara ekonomi.
Melaksanakan kegiatan lomba kesiswaan tingkat provinsi.
8.
Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi
a. Bidang pendidikan menengah dan tinggi mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pendidikan menengah dan tinggi.
b.
Rincian Tugas bidang pendidikan menengah dan tinggi :
Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pendidikan
menengah dan tinggi.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi penyusunan pedoman
dan supervisi bidang pendidikan menengah dan tinggi.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi pembinaan Sekolah
Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah
Standar Nasional (SSN), Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan
kerjasama pendidikan tinggi.
Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di
kabupaten/kota.
Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan
bidang pendidikan menengah dan tinggi.
Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
9. Seksi Pembinaan SMA, SMK, SSN, SBI dan Kerjasama Pendidikan