Hibah Penelitian Dosen Muda
Perjanjian No. III/LPPM/2017-01/27-P
EKSPLORASI STRUKTUR BAMBU DENGAN KONSTRUKSI ‘DEPLOYABLE’
Disusun Oleh:
Ketua Peneliti :
Anastasia Maurina, ST., MT.
Tim Peneliti :
Budianastas P., ST., MT.
Carissa, ST., MT.
Dosen Pembina :
Dr. Kamal A. Arif (Lektor)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan
2017
ABSTRAK
EKPLORASI STRUKTUR BAMBU DENGAN KONSTRUKSI ‘DEPLOYABLE’
Anastasia Maurina1, Budianastas P, Carissa
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan 1Email : [email protected]
Struktur deployable merupakan struktur yang dapat bertransformasi dari sebuah bentuk tertutup/kompak menjadi sebuah bentuk terbuka. Keunggulan dari struktur ini dapat dipindahkan dan dibangun dengan cepat dan mudah sehingga sangat berpotensi untuk bukan saja hanya untuk bangunan-bangunan temporer dan movable, namun dapat dimanfaatkan untuk bangunan yang lebih permanen, karena kemampuan struktur yang dapat bertransformasi dapat mengadaptasi perubahan kebutuhan atau keinginan pengguna di masa depan. Bambu yang memiliki karakteristik ringan dan merupakan material lokal dipandang sangat tepat untuk dikembangkan menggunakan struktur deployable tersebut. Pemanfaatan bambu dalam struktur deployable ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan shelter (baik fasilitas publik ataupun rumah) untuk masyarakat, terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu dapat juga dimanfaatkan untuk kondisi darurat dan atau terpencil yang membutuhkan bangunan cepat bangun. Pada penelitian ini, peneliti akan mengujicobakan konstruksi ‘deployable’ dengan menggunakan material bambu dan mencari kemungkinan bentuk dan cara transformasi untuk mencapai sebuah bangunan yang lebih permanen dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan di masa depan. Hasil riset sebelumnya, yaitu Bumi Awi Kabula Kabale yang menggunakan sistem Scissor-like Element (SLE)-Planar dan struktur Resiploy yang menggunakan sistem SLE-Spasial akan dievaluasi dari aspek perancangan modul, prefabrikasi, transportasi dan instalasi untuk kemudian merumuskan kriteria pengembangannya. Rancangan baru kemudian dikembangkan menggunakan kriteria tersebut yang kemudian hasilnya dikomparasikan untuk mengkaji potensi dan kendala dari sistem SLE-Planar dan SLE-Spasial. Hasil dari penelitian ini adalah pada struktur bambu dengan sistem SLE-planar memiliki variasi dimensi dan bentuk dari konfigurasi modul yang beragam, prefabrikasi modul lebih sederhana dan lebih mudah dipindahkan, namun waktu instalasi di lapangan lebih lama dan lebih sulit. Sedangkan instalasi di lapangan dengan sistem SLE-Spasial lebih cepat dan lebih mudah, namun memiliki variasi bentuk dan dimensi dari konfigurasi modul yang terbatas, prefabrikasi modul yang lebih kompleks serta lebih sulit dipindahkan.Sampai penelitian ini berakhir belum ditemukan struktur bambu dengan konstruksi deployable yang efektif, sehingga diperlukan penelitian desain lebih lanjut.
Kata kunci: Bambu, Deployable, Scissors-like Element (SLE), Planar, Spasial
DAFTAR ISI
Abstraksi
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Permasalahan ................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
1.4. Metode Penelitian .......................................................................................... 2
BAB 2. STRUKTUR DEPLOYABLE .......................................................................... 3
BAB 3. STUDI EVALUASI (Bumi Awi Kabula Kabale dan Resiploy) ......................... 6
3.1. Studi Kasus ...................................................................................................... 6
3.1.1. Bumi Awi Kabula Kabale .................................................................... 6
3.1.2. Resiploy .............................................................................................. 6
3.2. Evaluasi Aspek Perancangan Modul ............................................................... 7
3.3. Evaluasi Aspek Prefabrikasi ............................................................................ 9
3.4. Evaluasi Aspek Transportasi .......................................................................... 10
3.5. Evaluasi Aspek Instalasi ................................................................................. 10
3.6. Kesimpulan .................................................................................................... 12
BAB 4. STUDI EKPERIMENT (Kantilever dan Prisma Segitiga) ............................... 13
4.1. Studi Kasus ..................................................................................................... 13
4.1.1. Kantilever .......................................................................................... 13
4.1.2. Prisma Segitiga.................................................................................. 13
4.2. Evaluasi Aspek Perancangan Modul .............................................................. 14
4.3. Evaluasi Aspek Prefabrikasi ........................................................................... 15
4.4. Evaluasi Aspek Transportasi .......................................................................... 16
4.5. Evaluasi Aspek Instalasi ................................................................................. 17
4.6. Kesimpulan .................................................................................................... 18
BAB 5. STUDI KOMPARASI (SLE-Planar dan SLE-Spasial) ...................................... 20
5.1. Aspek Perancangan Modul ............................................................................ 20
5.2. Aspek Prefabrikasi ......................................................................................... 21
5.3. Aspek Transportasi ........................................................................................ 21
5.4. Aspek Instalasi ............................................................................................... 22
5.5. Kesimpulan .................................................................................................... 23
BAB 6. KESIMPULAN ......................................................................................... 24
6.1. Evaluasi .......................................................................................................... 24
6.1.1. Bumi Awi Kabula Kabale ................................................................... 24
6.1.2. Resiploy ............................................................................................. 24
6.2. Ekperimen ...................................................................................................... 25
6.2.1. Kantilever .......................................................................................... 25
6.2.2. Prisma Segitiga.................................................................................. 25
6.3. Komparasi ...................................................................................................... 26
6.3.1. SLE-Planar ......................................................................................... 26
6.3.2. SLE-Spasial ........................................................................................ 26
6.4. Pengembangan Lanjutan ............................................................................... 27
Daftar Pustaka
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Struktur deployable merupakan struktur yang dapat bertransformasi dari sebuah bentuk
tertutup/kompak menjadi sebuah bentuk terbuka. Keunggulan dari struktur ini dapat dipindahkan
dan dibangun dengan cepat dan mudah. Struktur deployable ini bukanlah sistem struktur yang baru,
karena telah dimanfaatkan terutama oleh dalam bidang space engineering, namun belum
dimanfaatkan maksimal dalam dunia arsitektur. Struktur ini sangat berpotensi untuk bukan saja
hanya untuk bangunan-bangunan temporer dan movable, namun dapat dimanfaatkan untuk
bangunan yang lebih permanen, karena kemampuan struktur yang dapat bertransformasi dapat
mengadaptasi perubahan kebutuhan atau keinginan pengguna di masa depan. Sehingga, sistem
struktur ini sangat mendukung keberlanjutan lingkungan.
Bambu yang memiliki karakteristik ringan dan merupakan material lokal dipandang sangat
tepat untuk dikembangkan menggunakan struktur deployable tersebut. Pemanfaatan bambu dalam
struktur deployable ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan shelter (baik fasilitas publik
ataupun rumah) untuk masyarakat, terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu
dapat juga dimanfaatkan untuk kondisi darurat dan atau terpencil yang membutuhkan bangunan
cepat bangun.
Dua topik riset yang dapat dillakukan adalah menemukan bentuk (form-finding) dengan
menggunakan berbagai tipe transformasi yang berbeda atau menggunakan material lain yang
memiliki bentuk geometri yang berbeda (Akgün, et al., 2010). Oleh sebab itu peneliti akan
menerapkan material bambu dan mencari kemungkinan bentuk dan cara transformasi untuk
mencapai sebuah bangunan yang lebih permanen dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan di
masa depan. Peneliti telah meneliti dan mengaplikasikan bambu sebagai material struktur
deployable dengan menerapkan 2 sistem, yaitu (1) Scissor-like element (SLE)-planar pada bangunan
Bumi Awi Kabula Kabale, yang merupakan hasil riset terapan dan dimanfaatkan masyarakat Desa
Sindang Pakuon sebagai pusat kegiatan Aquaponik; dan (2) SLE – spasial. berupa struktur Resiploy
(resiprokal dan deployable) yang merupakan skripsi Bernadette Sudira (2016) dibawah bimbingan
peneliti.
SLE-Planar: Bumi Awi Kabula Kabale (Kiri) dan SLE-Spasial: Resiprokal (Kanan)
(dokumentasi pribadi dan (Sudira, 2016))
2
1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN Untuk mengembangkan sturktur bambu deployable ini diperlukan evaluasi terhadap hasil
penelitian peneliti sebelumnya dan kemudian perlu dicari kriteria pengembangannya. Ekplorasi dalam
mencari kesesuaian bentuk, sistem transformasi dan material diperlukan untuk dapat menemukan
optimalisasi penggunaan bambu dalam sistem deployable ini. Pencapaian kemampuan struktur untuk
dideploy terkadang melalui sebuah perancangan dan pendetailan yang kompeks untuk dapat
mencapai potensinya dari aspek konfigurasi tertutup (kompak), transportabilitas, instalasi dan juga
pembongkaran (Grosso & Basso, 2013). Oleh sebab itu, penelitian ini akan melakukan evaluasi dan
mengembangkan rancangan dengan sistem SLE-planar dan SLE-spasial berdasarkan aspek yang
dinyatakan oleh Grosso (2013), dengan demikian pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah evaluasi rancangan BAKK (SLE-Planar) dan struktur Resiploy (SLE-Spasial) dari
aspek perancangan modul, prefabrikasi, transportasi, dan instalasi?
2. Kriteria apakah yang perlu menjadi acuan dalam pengembangan struktur deployable dengan
sistem SLE-Planar maupun SLE-Spasial?
3. Bagaimanakah rancangan baru struktur deployable dengan sistem SLE-Planar dan SLE-
Spasial yang lebih memenuhi kriteria pengembangan yang telah dirumuskan?
4. Apakah potensi dan kendala dari sistem SLE-Planar dan SLE-Spasial?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengevaluasi rancangan BAKK dan Resiploy dari aspek perancangan modul, prefabrikasi,
transportasi dan instalasi
2. Merumuskan kriteria pengembangan struktur deployable dengan menggunakan material
bambu
3. Mengeksplorasi rancangan baru struktur bambu deployable dengan sistem SLE-Planar dan
SLE-Spasial
4. Mengkaji potensi dan kendala dari sistem SLE-Planar dan SLE-Spasial
1.4 METODE PENELITIAN Secara garis besar, penelitian ini akan terbagi menjadi 3 tahap, yaitu; tahap studi evaluasi,
tahap studi eksperimen, dan tahap studi komparasi. Tujuan dari tahap studi evaluasi adalah
mengetahui potensi dan kendala dari rancangan hasil penelitian sebelumnya serta merumuskan
kriteria pengembangan struktur bambu deployable dengan menggunakan metode yang digunakan
adalah deskriptif-qualitatif. Tahap kedua, yaitu tahap eksperimen bertujuan untuk mengujicobakan
kriteria melalui desain yang menerapkan sistem SLE-Planar dan SLE-Spasial melalui pengujian
mekanisme pada protoype skala penuh, metode yang digunakan adalah metoda Research through
[experimental] Design (RtD). Sedangkan tahap akhir, yaitu studi komparasi, bertujuan untuk
menggali potensi dan kendala dari sistem SLE-Planar dan SLE-Spasial dengan membandingkan hasil
perancangan penelitian terdahulu dengan hasil rancangan pengembangannya. Metode yang
digunakan adalah komparatif-qualitatif.
3
BAB 2 STRUKTUR DEPLOYABLE
“A large group of structures have the ability to transform themselves from a small, closed or stowed configuration to a much larger, open or deployed
configuration. These are generally referred to as deployable structures though they might also be known as erectable, expandable, extendible, and
developable or unfurl-able structures.” (Jensen, 2004)
“Deployable structure is used for a broad category of structures that can be
transformed from a closed compact configuration to a predetermined expanded form, in which they are stable and can carry loads”
(Grosso & Basso, 2013)
Struktur deployable merupakan sebuah struktur yang memiliki kemampuan untuk bertransformasi
dari konfigurasi tertutup (kompak) ke konfigurasi terbuka, dimana pada konfigurasi terbuka ini
struktur tersebut memenuhi persyaratan struktur, yaitu: kuat, kaku dan stabil. Pencapaian
kemampuan struktur untuk dideploy terkadang melalui sebuah perancangan dan pendetailan yang
kompeks untuk dapat mencapai potensinya dari aspek konfigurasi tertutup (kompak),
transportabilitas, instalasi dan juga pembongkaran (Grosso & Basso, 2013).
Untuk aplikasi seperti itu, potensi penyimpanan kompak, transportabilitas dan ereksi dan
pembongkaran yang mudah sangat penting dan melebihi batasan yang dipaksakan oleh kebutuhan
akan perancangan dan perincian yang rumit, yang diperlukan untuk mencapai deployability (Grosso &
Basso, 2013). Cara transformasi sebuah struktur terbagi atas sliding, deploying, rotating, folding and
variasinya (Zuk & Clark , 1970)
Cara transformasi struktur
(Zuk & Clark , 1970)
Struktur deployable ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe (Temmerman, 2007), yaitu:
1. Struktur rangka batang dengan hubungan sendi
2. Struktur pelat lipat dengan hubungan sendi
3. Struktur tensegrity
4. Struktur membrane
4
Pada penelitian ini, struktur deployable difokusikan pada tipe struktur rangka batang dengan
hubungan sendi. Penggunaan scissor-like element (SLE) adalah penggunaan tipe deployable yang
paling umum. Secara sederhana, sistem ini menghubungkan dua batang dengan hubungan sendi yang
dinamai hubungan sendi tengah (intermediate hinge) sehingga kedua batang tersebut dapat bergerak.
Prinsip Sistem Spasial Bar (Temmerman, 2007)
SLE tersebut dikembangkan menjadi struktur deployable sederhana (planar) yang dapat berbentuk lurus (disebut dengan tipe lazy-tong), berbentuk kurva dan berbentuk portal. (Temmerman, 2007)
Tabel: Pengembangan sistem SLE-planar
(Temmerman, 2007)
PENGEMBANGAN
ILUSTRASI TIPE ‘LAZY-TONG’
BENTUK KURVA SEDERHANA BERUPA MODUL YANG DISAMBUNG-SAMBUNG
BENTUK SEDERHANA DENGAN GARIS HUBUNGAN YANG DIBUAT PADA SATU TITIK PUSAT
5
Selain pengembangan yang berbentuk planar seperti contoh diatas, sistem SLE-spasial dapat
diaplikasikan pada bentuk-bentuk yang meruang.
Tabel: Pengembangan sistem spasial bar meruang
(Temmerman, 2007)
PENGEMBANGAN
ILUSTRASI BENTUK PLANAR DUA ARAH
BENTUK SILINDRIS TROWONGAN
STRUKTUR RING DEPLOYABLE
PAPAN PATOGRAPHIC
6
BAB 3 STUDI EVALUASI BUMI AWI KABULA KABALE DAN RESIPLOY
3.1 STUDI KASUS: BUMI AWI KABULA KABALE DAN RESIPLOY
3.1.1 BUMI AWI KABULA KABALE Bumi Awi Kabula Kabale (selanjutnya disebut dengan BAKK) merupakan sebuah struktur
rangka lipat hasil riset peneliti dan tim pada tahun 2017. Prototype BAKK dibangun pertama
kali pada tahun 2016 sebagai uji coba lapangan di Desa Sindang Pakuon pada kegiatan
penyuluhan Awi dan Aquaponik, pembangunan kedua dilakukan pada tahun 2017 di UNPAR
yang difungsikan sebagai shelter workshop sementara. Sedangkan BAKK dengan mezzanine
dibangun tahun 2017 di Desa Sindang Pakuon sebagai pusat kegiatan aquaponik masyarakat
setempat.
Prototype BAKK tahun 2016 di Desa Sindang Pakuon (kiri) dan tahun 2017 di Desa Sindang Pakuon (kanan) Sumber: Dokumentasi Pribadi
3.1.2 RESIPLOY Resiploy merupakan singkatan dari resiprokal dan deployable. Struktur ini merupakan hasil
riset (Skripsi Arsitektur) Bernadette Sudira pada tahun 2016 dibawah bimbingan peneliti.
Prototype dibangun tahun 2016 di UNPAR sebagai uji coba mekanismenya.
Prototype Resiploy tahun 2016 di UNPAR Sumber: Sudira, Bernadette. 2016. Eksplorasi Konstruksi Bambu Dengan Sistem Deployable. Skripsi Prodi Arsitektur. UNPAR
7
3.2 EVALUASI ASPEK PERANCANGAN MODUL
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY
MODUL 1. CLOSED
CONFIGURATION
2. PREDETERMINE
D CONFIGURATION
- Bentuk dan Dimensi
Denah dengan bentuk persegipanjang dengan lebar bangunan 3m – 6m dengan jarak antar pasangan modul sekitar 3m. Sehingga luas bangunan berkisar 9m2 – 18 m2 (untuk 2 pasang modul).
Ketinggian ruang adalah 4,3 m – 6,9 m (memungkinkan untuk ditambahkan mezzanine)
Bentuk segienam dengan panjang sisi 2m dan luas bangunan 10,4 m2. Ketinggian ruang adalah 3,6 m (tidak memungkinkan untuk ditambahkan mezzanine)
- Kapasitas Kapasitas bangunan jika digunakan sebagai bale warga adalah 7-15 orang (1,2 m2/orang)
Kapasitas bangunan jika digunakan sebagai bale warga adalah 8 orang (1,2 m2/orang)
- Efektifitas penggunaan bambu
1 modul menggunakan 9 batang, dan untuk 2 pasang modul menggunakan 40 batang ( 4 batang diantaranya adalah elemen tambahan-gording). Sehingga penggunaan bambu untuk per m2 ruang fungsional adalah 2,2 - 4,4 batang/m2
1 Modul menggunakan 15 batang bambu sehingga penggunaan bambu untuk per m2 ruang fungsional adalah 1,4 batang/m2
8
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY SUSUNAN MODUL Modul direpetisi dengan susunan
terpusat:
Modul direpetisi dengan susunan linear:
Bentuk atapnya berupakan bentuk terpusat sehingga tidak memungkinkan untuk direpetisi.
SAMBUNGAN Mur baut Sambungan Puncak:
Adjustable Bar:
Sambungan Bawah:
Mur baut:
Sambungan Puncak:
9
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY KESIMPULAN 1. KEKUATAN Kemampuan modul struktur
dibuka (adjustability) dalam berbagai ukuran
Kemampuan modul struktur disusun dalam berbagai susunan (flexibility)
Dapat berdiri sendiri dengan stabil (self-standing) tanpa bantuan pondasi
Memiliki sambungan pelat baja yang sederhana
Penggunaan bambu efektif
2. KELEMAHAN Memerlukan pondasi Memerlukan sambungan pelat
baja yang cukup kompleks Penggunaan bambu kurang
efektif
Merupakan modul tertutup yang hanya memiliki 1 ukuran ketika modul terbuka dan tidak dapat disusun.
3.3 EVALUASI ASPEK PREFABRIKASI
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY
PREFABRIKASI SAMBUNGAN
Kompleks, memerlukan pengerjaan dari tenaga ahli , terutama pembuatan adjustable bar.
Dapat diduplikasi dengan mudah
PREFABRIKASI MODUL
1. PEKERJAAN HORISONTAL
Seluruh pekerjaan pembuatan modul dilakukan secara horisontal.
Pekerjaan pembuatan modul X dilakukan secara horisontal.
2. PEKERJAAN
VERTIKAL Tidak ada pekerjaan prefabrikasi modul yang dilakukan secara vertikal
Penyambungan antar modul X dan atap dilakukan secara vertikal
KESIMPULAN 1. KEKUATAN Prefabrikasi modul mudah (easy-
adaptable)
Prefabrikasi ring puncak mudah (easy-adaptable)
2. KELEMAHAN Saat pembuatan sambungan, memerlukan pendampingan dari ahli.
Pembuatan modul cukup sulit dengan adanya pekerjaan vertikal dengan sudut tertentu
10
3.4 EVALUASI ASPEK TRANSPORTASI
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY
DEPLOYMENT Waktu deployment 1 modul adalah 10 menit, dengan tahapan sebagai berikut:
Waktu deployment 1 modul adalah 5 menit, dengan tahapan sebagai berikut:
PENGANGKUTAN 1. TENAGA ORANG Berat modul : +/- 40 kg
Memerlukan 2 orang (1 orang dapat mengakut 20-25 kg)
Berat modul: +/- 80 kg Memerlukan 4 orang mengakut (1 orang dapat mengakut 20-25 kg)
2. KENDARAAN Panjang modul adalah 4,2 m. Pengakutan dengan truk 1 engkel:
Pengakutan dengan truk double:
Panjang modul adalah 5,8 m Pengakutan dengan truk 1 engkel:
Pengakutan dengan truk double:
KESIMPULAN 1. KEKUATAN Ringan dan cukup pendek
sehingga lebih mudah dalam aspek transportasi
2. KELEMAHAN Berat dan cukup panjang sehingga lebih sulit dalam aspek transportasi
3.5 EVALUASI ASPEK INSTALASI DI LAPANGAN
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY
METODE 1. PEKERJAAN
AWAL Pekerjaan awal di lapangan yang harus disiapkan adalah pondasi (wajib)
Pekerjaan awal di lapangan yang harus disiapkan adalah pondasi (tidak wajib)
11
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY 2. TAHAPAN
INSTALASI
Ada 2 cara pendirian modul : 1. Sepasang modul dirankai di
tanah kemudian ditarik pada titik puncak menggunakan tali.
2. Modul dengan adjustable bar
terlepas, dipasangkan pada pondasi kemudian titik puncak didorong keatas. Setelah itu adjustable bar dipasang sesuai dengan kebutuhan.
Cara pendirian modul seperti pada cara deployment:
3. WAKTU INSTALASI 1 jam untuk 1 pasang modul dan 3 jam untuk 2 pasang modul (lengkap dengan elemen pengaku)
5 menit untuk 1 modul
MEKANISME PENGUNCIAN
Menggunakan adjustable bar, dimana batang ini dapat disesuaikan panjangnya sesuai kebutuhan.
Self-locking (dengan sistem resiprokal pada struktur atap)
ELEMEN PENGAKU 4 balok dan 2 sisi bracing
Tidak memerlukan elemen pengaku tambahan
KESIMPULAN 1. KEKUATAN Waktu instalasi cukup cepat
Memiliki sistem self-locking Tidak membutuhkan elemen pengaku tambahan
2. KELEMAHAN Waktu yang diperlukan lebih lama
Mekanisme penguncian masih manual
Membutuhkan elemen pengaku tambahan
12
3.6 KESIMPULAN Berikut ini adalah hasil evaluasi dari BAKK dengan sistem SLE-planar dan Resiploy yang menggunakan sistem SLE-spasial:
BUMI AWI KABULA KABALE RESIPLOY
PERANCANGAN MODUL
Memiliki variasi dalam bentuk dan dimensi modul
Memiliki variasi dalam bentuk dan dimensi bangunan
Tidak dapat berdiri sendiri tanpa pondasi
Jenis sambungan baja yang kompleks
Penggunaan bambu kurang efektif
Tidak memiliki variasi di dalam bentuk dan dimensi modul
Tidak memiliki variasi di dalam bentuk dan dimensi bangunan
Dapat berdiri sendiri tanpa pondasi
Sambungan baja yang sederhana
Penggunaan bambu cukup efektif
PREFABRIKASI Prefabrikasi sambungan baja membutuhkan ahli
Prefabrikasi modul mudah
Sambungan baja sangat mudah untuk ditiru oleh masyarakat awam
Prefabrikasi modul kompleks TRANSPORTASI Lebih ringan dan lebih pendek
sehingga lebih mudah dipindahkan
Lebih berat dan lebih panjang sehingga lebih sulit untuk dipindahkan
INSTALASI Waktu instalasi 2 pasang modul
(agar dapat menjadi 1 bangunan sederhana) lebih panjang
Sistem penguncian dilakukan secara manual
Membutuhkan elemen pengaku tambahan
Waktu instalasi sangat cepat
Memiliki sistem penguncian mandiri
Tidak membutuhkan elemen pengaku
Berikut ini adalah kriteria pengembangan struktur deployable dengan sistem SLE-Planar dan SLE-
Spasial:
STRUKTUR DENGAN SISTEM SLE-PLANAR DAN SLE-SPASIAL
KRITERIA PENGEMBANGAN
1. Menambah variasi bentuk dan dimensi modul serta bangunan 2. Mengefektifkan jumlah penggunaan bambu 3. Menambah kemampuan struktur untuk berdiri sendiri tanpa pondasi 4. Mengurangi kompleksitas sambungan 5. Mengurangi kompleksitas dari prefabrikasi modul 6. Mengurangi berat dan dimensi modul agar lebih mudah dipindahkan 7. Mengurangi waktu instalasi modul 8. Mengembangkan sistem penguncian mandiri 9. Mengurangi elemen pengaku
13
BAB 4 STUDI EKPERIMEN KANTILEVER DAN PRISMA SEGITIGA
4.1 STUDI KASUS: KANTILEVER DAN PRISMA SEGITIA
4.1.1 KANTILEVER Struktur ini dikembangkan dari BAKK dengan sistem SLE-planar dan mengubahnya dari
struktur portal sendi pada puncak menjadi struktur kantilever. Tujuan utama dari
pengembangan ini adalah pengurangan kompleksitas sambungan dan juga proses instalasi
modul. Prototype struktur ini dibangun tahun 2017 sebagai kantin sementara di UNPAR.
Prototype Struktur Kantilever tahun 2017 di UNPAR Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.1.2 PRISMA SEGITIGA Struktur ini merupakan pengembangan struktur resiploy dengan sistem SLE-spasial, dimana
tujuan utama dari pengembangan struktur ini adalah meningkatkan variasi bentuk dan
dimensi serta mempermudah prefabrikasi modul. Struktur ini merupakan hasil
pengembangan tugas mahasiswa di mata kuliah Struktur Konstruksi Bangunan Bentang Lebar
dibawah bimbingan peneliti. Prototype dibangun tahun 2017 di UNPAR sebagai uji coba
mekanismenya.
Prototype Prisma Segitiga tahun 2016 di UNPAR Sumber: Dokumentasi Pribadi
14
4.2 EVALUASI ASPEK PERANCANGAN MODUL KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
MODUL 3. CLOSED
CONFIGURATION
4. PREDETERMINED CONFIGURATION
- Bentuk dan Dimensi
Denah dengan bentuk persegipanjang dengan lebar bangunan 2,4 m dengan jarak antar pasangan modul sekitar 3m. Sehingga luas bangunan berkisar 9m2 (untuk 2 modul). Ketinggian ruang adalah 2,4 m (tidak memungkinkan untuk ditambahkan mezzanine)
Denah dengan bentuk persegipanjang dengan lebar bangunan 1,5 – 2,6 m dengan dengan panjang 3 – 6m (untuk 2 modul X). Sehingga luas bangunan berkisar 7,8 – 10 m2. Ketinggian ruang adalah 2,3 – 3,2 m (tidak memungkinkan untuk ditambahkan mezzanine)
- Kapasitas Kapasitas bangunan jika digunakan sebagai bale warga adalah 7 orang (1,2 m2/orang)
Kapasitas bangunan jika digunakan sebagai bale warga adalah 6 - 8 orang (1,2 m2/orang)
- Efektifitas penggunaan bambu
1 modul menggunakan 3 batang, dan untuk 2 modul menggunakan 8 batang ( 2 batang diantaranya adalah elemen tambahan-gording). Sehingga penggunaan bambu untuk per m2 ruang fungsional adalah 0,9 batang/m2
1 Modul X menggunakan 9 batang bambu dan untuk 2 modul X menggunakan 12 batang (3 batang diantaranya adalah elemen pengaku). Sehingga penggunaan bambu untuk per m2 ruang fungsional adalah 1,2 - 1,5 - batang/m2
SUSUNAN MODUL Modul direpetisi dengan susunan terpusat:
Modul direpetisi dengan susunan linear:
15
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA Modul direpetisi dengan susunan linear:
SAMBUNGAN Mur baut
Baja hollow segitiga:
KESIMPULAN 3. KEKUATAN Kemampuan modul struktur
disusun dalam berbagai susunan (flexibility)
Memiliki sambungan yang sederhana (hanya mur dan baut)
Penggunaan bambu cukup efektif
Kemampuan modul struktur dibuka (adjustability) dalam berbagai ukuran
Dapat berdiri sendiri dengan stabil (self-standing) tanpa bantuan pondasi
Memiliki sambungan baja hollow yang sederhana
Penggunaan bambu cukup efektif 4. KELEMAHAN Memerlukan pondasi Kemampuan modul struktur
disusun hanya dengan konfigurasi linear
4.3 EVALUASI ASPEK PREFABRIKASI
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
PREFABRIKASI SAMBUNGAN
Tidak ada prefabrikasi sambungan. Dapat diduplikasi dengan mudah
PREFABRIKASI MODUL
3. PEKERJAAN HORISONTAL
Seluruh pekerjaan pembuatan modul dilakukan secara horisontal.
Pekerjaan pembuatan modul X dilakukan secara horisontal.
16
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
4. PEKERJAAN VERTIKAL
Tidak ada pekerjaan prefabrikasi modul yang dilakukan secara vertikal
Penyambungan antar modul X dan atap dilakukan secara vertikal
KESIMPULAN 3. KEKUATAN Tidak memerlukan pekerjaan
prefabrikasi sambungan Prefabrikasi modul mudah (easy-
adaptable)
Prefabrikasi sambungan sangat mudah untuk ditiru oleh masyarakat awam dan dapat menggunakan material sisa.
4. KELEMAHAN Pembuatan modul cukup sulit dengan adanya pekerjaan vertikal dengan sudut tertentu
4.4 EVALUASI ASPEK TRANSPORTASI
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
DEPLOYMENT Waktu deployment 1 modul adalah 5 menit, dengan tahapan sebagai berikut:
Waktu deployment 1 modul adalah 5 menit, dengan tahapan sebagai berikut:
PENGANGKUTAN 3. TENAGA ORANG Berat modul : +/- 20 kg
Memerlukan 1 orang (1 orang dapat mengakut 20-25 kg)
Berat modul: +/- 90 kg Memerlukan 4 orang mengakut (1 orang dapat mengakut 20-25 kg)
4. KENDARAAN Panjang modul adalah 2,6 m. Pengakutan dengan truk 1 engkel:
Dimensi modul adalah 4 m x 3,5 m x 0,5 m Pengakutan dengan dapat dilakukan dengan truk double:
17
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
KESIMPULAN 3. KEKUATAN Ringan dan pendek sehingga
lebih mudah dalam aspek transportasi
4. KELEMAHAN Berat dan cukup besar sehingga lebih sulit dalam aspek transportasi
4.5 EVALUASI ASPEK INSTALASI DI LAPANGAN
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
METODE 1. PEKERJAAN
AWAL Pekerjaan awal di lapangan yang harus disiapkan adalah pondasi (wajib)
Pekerjaan awal di lapangan yang harus disiapkan adalah pondasi (tidak wajib)
2. TAHAPAN INSTALASI
Cara pendirian modul seperti pada cara deployment:
Cara pendirian modul seperti pada cara deployment:
3. WAKTU INSTALASI 5 menit untuk 1 modul dan 30 menit untuk 2 modul (lengkap dengan elemen pengaku)
5 menit untuk 2 modul
MEKANISME PENGUNCIAN
T-Bar
Menggunakan 3 batang horisontal
ELEMEN PENGAKU 2 balok dan 1 sisi bracing
3 batang (1 batang atas dan 2 batang bawah)
18
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
KESIMPULAN 3. KEKUATAN Waktu instalasi cukup cepat 4. KELEMAHAN Waktu yang diperlukan lebih
lama Mekanisme penguncian masih
manual Membutuhkan elemen pengaku
tambahan
Mekanisme penguncian masih manual
Membutuhkan elemen pengaku tambahan
4.6 KESIMPULAN Berikut ini merupakan rangkuman analisis hasil pengembangan sistem SLE-planar dan SLE-spasial dan perbandingan kekuatan serta kelemahannya:
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
PERANCANGAN MODUL
Tidak memiliki variasi dalam bentuk dan dimensi modul
Memiliki variasi dalam bentuk dan dimensi bangunan
Memiliki sambungan yang sederhana (hanya mur dan baut)
Penggunaan bambu cukup efektif
Tidak dapat berdiri sendiri tanpa pondasi
Memiliki variasi dalam bentuk dan dimensi modul
Keterbatasan dalam bentuk dan dimensi bangunan (hanya konfigurasi linear)
Memiliki sambungan baja hollow yang sederhana
Penggunaan bambu cukup efektif
Dapat berdiri sendiri tanpa pondasi
PREFABRIKASI Tidak ada pekerjaan prefabrikasi sambungan baja.
Prefabrikasi modul mudah (easy-adaptable)
Sambungan baja sangat mudah untuk ditiru oleh masyarakat awam dan dapat menggunakan material sisa
Pembuatan modul cukup sulit dengan adanya pekerjaan vertikal dengan sudut tertentu
TRANSPORTASI Lebih ringan dan lebih pendek sehingga lebih mudah dipindahkan
Lebih berat dan lebih panjang sehingga lebih sulit untuk dipindahkan
19
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA INSTALASI Waktu instalasi 2 modul (agar
dapat menjadi 1 bangunan sederhana) lebih panjang
Sistem penguncian dilakukan secara manual
Membutuhkan elemen pengaku tambahan
Waktu instalasi sangat cepat
Sistem penguncian dilakukan secara manual
Membutuhkan elemen pengaku tambahan
Berikut ini adalah evaluasi ketercapaian kriteria pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya:
KANTILEVER PRISMA SEGITIGA
KRITERIA PENGEMBANGAN
1. MENAMBAH VARIASI BENTUK DAN DIMENSI MODUL SERTA BANGUNAN
2. MENGEFEKTIFKAN JUMLAH PENGGUNAAN BAMBU
3. MENAMBAH KEMAMPUAN STRUKTUR UNTUK BERDIRI SENDIRI TANPA PONDASI
4. MENGURANGI KOMPLEKSITAS SAMBUNGAN
5. MENGURANGI KOMPLEKSITAS DARI PREFABRIKASI MODUL
6. MENGURANGI BERAT DAN DIMENSI MODUL AGAR LEBIH MUDAH DIPINDAHKAN
7. MENGURANGI WAKTU INSTALASI MODUL
8. MENGEMBANGKAN SISTEM PENGUNCIAN MANDIRI
9. MENGURANGI ELEMEN PENGAKU
20
BAB 5 STUDI KOMPARASI SLE-PLANAR DAN SLE-SPASIAL
5.1 ASPEK PERANCANGAN MODUL Berikut ini adalah perbandingan dari 4 studi kasus dalam aspek perancangan modul:
SLE-Planar SLE-Spasial
BAKK (evaluasi)
Cantilever (ekperimen)
Resiploy (evaluasi)
Prisma Segitiga (ekperimen)
Variasi modul Multi span [Sangat bervariasi]
- [Tidak bervariasi]
- [Tidak bervariasi]
4 variasi modul [Bervariasi]
Variasi konfigurasi modul
Linear + Terpusat [Sangat bervariasi]
Linear + Terpusat [Sangat bervariasi]
- [Tidak bervariasi]
Linear [Bervariasi]
Efektifitas penggunaan bambu
2,2-4,4 batang/m2 [Tidak efektif]
0,9 batang/m2 [Sangat efektif]
1,4 batang/m2 [Efektif]
1,2–1,5 batang/m2 [Efektif]
Sambungan Banyak jenis sambungan baja
Tidak ada sambungan baja
1 jenis sambungan baja
1 jenis sambungan baja
Kemapuan modul untuk berdiri mandiri
Jika berpasangan, dapat berdiri
sendiri
Sangat memerlukan
pondasi
Dapat berdiri sendiri
Dapat berdiri sendiri
Point (Merah = -1; kuning = 0 ; hijau = +1)
0 1 -1 1
Kekuatan perancangan modul ini adalah banyaknya variasi dimensi dan bentuk modul serta konfigurasi modulnya, namun tidak efektif dalam menggunakan bambu serta terlalu banyak jenis sambungan baja
Kekuatan perancangan modul ini adalah variasi dari dimensi dan bentuk konfigurasi modulnya, serta efektifitas menggunakan bambu, Namun tidak memiliki variasi dimensi dan bentuk modul serta tidak dapat berdiri sendiri.
Kekuatan perancangan modul ini adalah efektifitas penggunaan bambu, memiliki sambungan baja yang sederhana serta mampu berdiri sendiri, namun tidak memiliki variasi bentuk dan dimensi baik modul maupun konfigurasi modulnya
Kekuatan perancangan modul ini adalah variasi dimensi dan bentuk modul serta konfigurasi modulnya, efektifitas penggunaan bambu, memiliki sambungan baja yang sederhana serta mampu berdiri sendiri.
Dari hasil komparasi diatas, sistem planar akan memungkinkan variasi dari konfigurasi modul yang
lebih beragam dibandingkan dengan sistem spasial. Baik sistem planar maupun sistem spasial dapat
mengembangkan kemampuan modul untuk bervariasi, keefektifan penggunaan bambu,
kesederhanaan dan keseragaman jenis sambungan (terutama untuk baja) serta kemampuan modul
untuk berdiri sendiri tanpa pondasi.
21
5.2 ASPEK PREFABRIKASI Berikut ini adalah perbandingan dari 4 studi kasus dalam aspek prefabrikasi:
SLE-Planar SLE-Spasial
BAKK (evaluasi)
Cantilever (ekperimen)
Resiploy (evaluasi)
Prisma Segitiga (ekperimen)
Prefabrikasi sambungan
Sambungan baja kompleks
[Tidak mudah ditiru]
Tidak ada pekerjaan
prefabrikasi sambungan
Sambungan baja sederhana
[Mudah ditiru]
Sambungan baja sederhana
[Mudah ditiru]
Prefabrikasi modul Horisontal [mudah]
Horisontal [mudah]
Horisontal + Vertikal
[sangat sulit]
Horisontal + Vertikal [sulit]
Point (Merah = -1; kuning = 0 ; hijau = +1)
0 2 -1 0
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek prefasikasi adalah prefabrikasi modul yang mudah, namun prefabrikasi sambungan baja kompleks.
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek prefasikasi adalah tidak adanya pekerjaan sambungan baja dan prefabrikasi modul yang mudah.
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek prefasikasi adalah pekerjaan sambungan yang mudah ditiru, namun prefabrikasi modulnya sangat sulit.
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek prefasikasi adalah prefabrikasi sambungan baja dan modul yang mudah.
Dari hasil komparasi diatas, pekerjaan prefabrikasi modul dari sistem planar akan lebih mudah
dibandingkan dengan sistem spasial. Baik sistem planar maupun sistem spasial dapat
mengembangkan sambungan yang sederhana.
5.3 ASPEK TRANSPORTASI Berikut ini adalah perbandingan dari 4 studi kasus dalam aspek transportasi:
SLE-Planar SLE-Spasial
BAKK (evaluasi)
Cantilever (ekperimen)
Resiploy (evaluasi)
Prisma Segitiga (ekperimen)
Deloyment 5-10 menit [cepat]
3-5 menit [Sangat cepat]
3-5 menit [Sangat cepat]
3-5 menit [Sangat cepat]
Tenaga manusia 2 orang 1 orang 4 orang 4 orang
Kendaraan Truk 1 engkel + Truk double
Truk 1 engkel Truk 1 engkel + Truk double
Truk double
Point (Merah = -1; kuning = 0 ; hijau = +1)
1 2 3 2
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek transportasi adalah dapat dideploy dengan cepat dan sangat mudah dipindahkan.
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek transportasi adalah dapat dideploy dengan sangat cepat dan sangat mudah dipindahkan.
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek transportasi adalah dapat dideploy dengan sangat cepat dan mudah dipindahkan.
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek transportasi adalah dapat dideploy dengan sangat cepat dan mudah dipindahkan.
22
Dari hasil komparasi diatas, transportasi modul dari sistem planar akan lebih mudah dibandingkan
dengan sistem spasial. Baik sistem planar maupun sistem spasial dapat mengefektikan sistem
deploymentnya serta membatasi dimensi dan berat agar lebih mudah dipindahkan.
5.4 ASPEK INSTALASI Berikut ini adalah perbandingan dari 4 studi kasus dalam aspek instalasi:
SLE-Planar SLE-Spasial
BAKK (evaluasi)
Cantilever (ekperimen)
Resiploy (evaluasi)
Prisma Segitiga (ekperimen)
Pekerjaan awal Pondasi (tentative) Pondasi (wajib) Pondasi (tentative) Pondasi (tentative)
Waktu instalasi 3 jam Cukup lama
30 menit cepat
5 menit Sangat cepat
30 menit cepat
Mekanisme penguncian
Adjustable bar (manual+tambahan
elemen)
T-bar (manual+tambahan
elemen)
Resiprokal (otomatis)
Balok (tambahan
elemen)
Elemen pengaku tambahan
4 balok + 2 sisi bracing
2 balok + 1 sisi bracing
Tidak ada penambahan
elemen
3 balok
Point (Merah = -1; kuning = 0 ; hijau = +1)
-3 -3 +4 +1
kelemahan rancangan ini ditinjau dari aspek instalasi adalah waktu instalasi yang cukup lama, mekanisme penguncian yang manual serta membutuhkan banyak elemen pengaku tambahan
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek instalasi adalah waktu instalasi yang cepat, namun mekanisme penguncian yang manual serta membutuhkan banyak elemen pengaku tambahan
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek instalasi adalah kemampuan struktur berdiri sendiri (tanpa pondasi), waktu instalasi yang cepat, mekanisme penguncian yang otomatis serta tidak membutuhkan elemen pengaku tambahan
Kekuatan rancangan ini ditinjau dari aspek instalasi adalah kemampuan struktur berdiri sendiri (tanpa pondasi), waktu instalasi yang cepat, walaupun mekanisme penguncian manual serta masih membutuhkan elemen pengaku tambahan
Dari hasil komparasi diatas, instalasi modul menjadi bangunan dengan sistem spasial lebih cepat dan
lebih mudah dari sistem planar. Baik sistem planar maupun sistem spasial dapat mengefektikan
mekanisme pengunciannya serta mempersedikit elemen pengaku tambahan.
23
5.5 KESIMPULAN Berikut ini adalah kesimpulan dari komparasi sistem SLE-Planar dan SLE-SPasial:
SLE-PLANAR SLE-SPASIAL
PERANCANGAN MODUL
(+) Memiliki variasi dan konfigurasi modul yang beragam
(-) Memiliki variasi dan konfigurasi modul yang terbatas
PREFABRIKASI (+) Prefabrikasi modul lebih sederhana
(-) Prefabrikasi modul lebih
kompleks
TRANSPORTASI (+) Lebih mudah dipindahkan (-) Lebih sulit dipindahkan INSTALASI (-) Waktu instalasi di lapangan lebih
lama dan lebih sulit (+) Waktu instalasi di lapangan
lebih cepat dan lebih mudah
Berikut ini adalah merupakan perihal yang dapat dikembangkan baik untuk sistem SLE-planar maupun
sistem SLE-spasial:
1. Aspek perancangan modul :
a. Mempertinggi variasi bentuk akhir modul
b. Mengefektifkan penggunaan bambu
c. Menyederhanakan dan menyeragaman jenis sambungan (terutama untuk baja)
d. Mengembangkan modul agar dapat berdiri sendiri tanpa mengandalkan tahanan dari
pondasi
2. Aspek prefabrikasi :
a. Mengembangkan sistem prefabrikasi yang sesederhana mungkin agar dapat ditiru
dengan mudah
3. Aspek transportasi :
a. Mengefektikan sistem deploymentnya
b. Membatasi dimensi dan berat agar lebih mudah dipindahkan
4. Aspek instalasi :
a. Mengembangkan mekanisme penguncian mandiri
b. Mempersedikit elemen pengaku tambahan
24
BAB 6 KESIMPULAN
6.1 EVALUASI
6.1.1 BUMI AWI KABULA KABALE (BAKK) Struktur BAKK sangat baik pada aspek transportasi dan sangat lemah pada aspek instalasi di
lapangan. Berikut ini adalah kekuatan dan kelemahan dari setiap aspek:
KEKUATAN KELEMAHAN
PERANCANGAN MODUL
Banyaknya variasi dimensi dan bentuk modul serta konfigurasi modulnya
Tidak efektif dalam menggunakan bambu dan terlalu banyak jenis sambungan baja
PREFABRIKASI Prefabrikasi modul yang mudah Prefabrikasi sambungan baja kompleks
TRANSPORTASI Modul dapat dideploy dengan cepat dan sangat mudah dipindahkan.
INSTALASI Waktu instalasi yang cukup lama, mekanisme penguncian yang manual serta membutuhkan banyak elemen pengaku tambahan
6.1.2 RESIPLOY Struktur resiploy sangat baik pada aspek instalasi, namun sangat lemah pada aspek
perancangan modul dan prefabrikasi. Berikut ini adalah kekuatan dan kelemahan dari setiap
aspek:
KEKUATAN KELEMAHAN
PERANCANGAN MODUL
Efektifitas penggunaan bambu, memiliki sambungan baja yang sederhana serta mampu berdiri sendiri.
Tidak memiliki variasi bentuk dan dimensi baik modul maupun konfigurasi modulnya
PREFABRIKASI Prefabrikasi sambungan baja sederhana sehingga mudah ditiru.
Prefabrikasi modulnya sangat sulit.
TRANSPORTASI Dapat dideploy dengan sangat cepat dan mudah dipindahkan.
INSTALASI Kemampuan struktur berdiri sendiri (tanpa pondasi), waktu instalasi yang cepat, mekanisme penguncian yang otomatis serta tidak membutuhkan elemen pengaku tambahan
25
6.2 EXPERIMEN
6.2.1 KANTILEVER
Struktur Kantilever sangat baik pada aspek prefabrikasi dan transportasi dan sangat lemah
pada aspek instalasi di lapangan. Berikut ini adalah kekuatan dan kelemahan dari setiap aspek:
KEKUATAN KELEMAHAN
PERANCANGAN MODUL
Memiliki variasi dari dimensi dan bentuk konfigurasi modulnya, serta efektifitas menggunakan bamboo.
Tidak memiliki variasi dimensi dan bentuk modul serta tidak dapat berdiri sendiri.
PREFABRIKASI Tidak adanya pekerjaan sambungan baja dan prefabrikasi modul yang mudah.
TRANSPORTASI Dapat dideploy dengan sangat cepat dan sangat mudah dipindahkan.
INSTALASI Waktu instalasi yang cepat. Mekanisme penguncian yang manual serta membutuhkan banyak elemen pengaku tambahan
Pengembangan struktur kantilever dengan menggunakan sistem planar berhasil memenuhi
kriteria pengembangan sebagai berikut:
Menambah variasi bentuk dan dimensi modul serta bangunan
Mengefektifkan jumlah penggunaan bamboo
Mengurangi kompleksitas sambungan
Mengurangi kompleksitas dari prefabrikasi modul
Mengurangi berat dan dimensi modul agar lebih mudah dipindahkan
Mengurangi waktu instalasi modul
Mengurangi elemen pengaku
Namun, tidak berhasil memenuhi kriteria pengembangan sebagai berikut:
Menambah kemampuan struktur untuk berdiri sendiri tanpa pondasi
Mengembangkan sistem penguncian mandiri
6.2.2 PRISMA SEGITIGA
Struktur prisma segitiga sangat baik pada aspek transportasi dan cukup baik pada aspek
lainnya. Berikut ini adalah kekuatan dan kelemahan dari setiap aspek:
KEKUATAN KELEMAHAN
PERANCANGAN MODUL
Variasi dimensi dan bentuk modul serta konfigurasi modulnya, efektifitas penggunaan bambu, memiliki sambungan baja yang sederhana serta mampu berdiri sendiri.
PREFABRIKASI Prefabrikasi sambungan baja dan modul yang mudah.
TRANSPORTASI Dapat dideploy dengan sangat cepat dan mudah dipindahkan.
26
INSTALASI Kemampuan struktur berdiri sendiri (tanpa pondasi), waktu instalasi yang cepat.
Mekanisme penguncian manual serta membutuhkan elemen pengaku tambahan
Pengembangan struktur prisma segitiga dengan menggunakan sistem spasial berhasil
memenuhi kriteria pengembangan sebagai berikut:
Menambah variasi bentuk dan dimensi modul serta bangunan
Mengefektifkan jumlah penggunaan bambu
Menambah kemampuan struktur untuk berdiri sendiri tanpa pondasi
Mengurangi kompleksitas sambungan
Mengurangi kompleksitas dari prefabrikasi modul
Mengurangi berat dan dimensi modul agar lebih mudah dipindahkan
Mengurangi waktu instalasi modul
Namun, tidak berhasil memenuhi kriteria pengembangan sebagai berikut:
Mengembangkan sistem penguncian mandiri Mengurangi elemen pengaku
6.3 KOMPARASI SISTEM PLANAR DAN SPASIAL
6.3.1 SISTEM SLE-PLANAR
Berikut ini adalah kekuatan dan kelemahan dari sistem SLE-Planar yang telah dikembangkan
oleh peneliti:
KEKUATAN KELEMAHAN
Memiliki variasi dan konfigurasi modul yang beragam
Waktu instalasi di lapangan lebih lama dan lebih sulit
Prefabrikasi modul lebih sederhana Lebih mudah dipindahkan
6.3.2 SISTEM SLE-SPASIAL
Berikut ini adalah kekuatan dan kelemahan dari sistem SLE-Spasial yang telah dikembangkan
oleh peneliti:
KEKUATAN KELEMAHAN
Waktu instalasi di lapangan lebih cepat dan lebih mudah
Memiliki variasi dan konfigurasi modul yang terbatas
Prefabrikasi modul lebih kompleks Lebih sulit dipindahkan
27
6.4 PENGEMBANGAN LANJUTAN Pengembangan struktur deployable dengan menggunakan bambu dapat menggunakan sistem SLE-
planar maupun SLE-Spasial dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing, namun ada hal-hal
yang dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menyempurnakan struktur deployable dengan
menggunakan bambu, yaitu:
1. Aspek perancangan modul :
a. Mempertinggi variasi bentuk akhir modul
b. Mengefektifkan penggunaan bambu
c. Menyederhanakan dan menyeragaman jenis sambungan (terutama untuk baja)
d. Mengembangkan modul agar dapat berdiri sendiri tanpa mengandalkan tahanan dari
pondasi
2. Aspek prefabrikasi :
a. Mengembangkan sistem prefabrikasi yang sesederhana mungkin agar dapat ditiru dengan
mudah
3. Aspek transportasi :
a. Mengefektikan sistem deploymentnya
b. Membatasi dimensi dan berat agar lebih mudah dipindahkan
4. Aspek instalasi :
a. Mengembangkan mekanisme penguncian mandiri
b. Mempersedikit elemen pengaku tambahan
28
REFERENCES
Akgün, Y., Gantes, C. J., Kalochairetis, K. E. & Kiper, G., 2010. A Novel Concept of Convertible Roofs
with High Transformability Consisting of Planar Scissor-Hinge Structures. Engineering
Structures, Volume 32, pp. 2873-2883.
Golabchi, . M. R. & Guest, S. D., 2009. Morphing multistable textured shells, Evolution and Trends in
Design, Analysis and Construction of Shell and Spatial Structures. Valencia, Spain, s.n.
Grosso, A. E. D. & Basso, P., 2013. Deployable Structures. Advances in Science and Technology, Volume
83, pp. 122-131.
Jensen, F. V., 2004. Concepts for Retractable Roof Structures, Cambridge: PhD Dissertation submitted
to the University of Cambridge .
Sudira, B., 2016. Ekplorasi Konstruksi Bambu dengan Sistem Deployable, Bandung: Undergraduate
Thesis submitted to Universitas Katolik Parahyangan.
Temmerman, N. D., 2007. Design and Analysis of Deployable Bar Structures for Mobile Architectural
Applications, Brussel: PhD Dissertation submitted to Vrije Universiteit Brussel.
Zuk , W. & Clark , R., 1970. Kinetic Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold.